Empat

1.9K 90 11
                                    


Ketika aku kembali ke kosan, Panpan baru saja bangun tidur. Karena aku tahu jam bangunnya pukul berapa, aku sempat mampir ke rumah makan Pagi Sore dalam perjalanan, membelikannya nasi rendang yang lezat.

Sepanjang jalan dari Bogor ke Jakarta, aku merenungkan semua ini. Aku penasaran, mengapa Mamoru ada di sana? Mengapa dia tahu aku ada di titik mana? Apakah dia memang bodyguard-ku? Atau secret admirer-ku? Atau jin khodamku?

Selama ini aku berpegangan teguh bahwa kehadirannya saat aku sial adalah kebetulan. Sekarang, aku tak bisa menampik fakta bahwa dia sengaja ada di lokasi yang sama denganku, saat aku ditimpa sial. Jangan-jangan dia juga yang menghajar perampas hape tempo hari?

Tapi mengapa?

Mengapa fantasiku selama ini (bahwa dia penguntitku) adalah nyata?

Ataukah sekarang aku sedang tidur dan ini hanyalah mimpi?

"Bangun! Aku bawa nasi padang buat kamu!" sapaku sambil menyajikan nasi padang ke piring, dan memberikan waktu bagi Panpan untuk mengumpulkan nyawa.

Dengan lesu dia berjalan menghampiriku untuk melihat makanan apa yang kubawa. Aku menatap lehernya yang mengilat.

"Kok kamu keringetan?"

Panpan mengusap lehernya sendiri. "Iya, anjir, keringetan," katanya sama-sama takjub. Dia menoleh ke AC di belakangnya. "Gue lupa nyalain AC seharian. Hehe."

Oh iya. Gerah juga ini kamar.

Setelah menyalakan AC dan membiarkan Panpan makan nasi padang, aku duduk dengan cantik di atas tempat tidur Panpan. Aku ingin mengobrol serius dengan adik tiriku ini.

"Kamu enggak kirim Mamoru, kan?"

GLEK! Panpan tersedak. Beberapa nasinya melompat keluar dari mulut. "Lu ngomong apa, sik?"

"Kamu enggak ngirim Mamoru untuk jadi bodyguard-ku, kan?"

"Lu gila, ya?" Panpan mengambil tisu dari bungkusan nasi padang dan melemparkannya ke arahku. "Kalau gue punya duit buat hire bodyguard, bakal gue pake buat jaga itu pintu, biar elo kagak nyelonong masuk setiap waktu! Jangan sompral kalo ngomong." Panpan lanjut mengunyah.

"Mamoru tahu aku ada di Bogor siang ini," akuku. "Di dunia ini, cuma kamu yang aku ceritain soal ke mana aku pergi hari ini."

"Gue kagak inget tuh lu pergi ke mana hari ini."

"Kan tadi pagi aku pamit ke kamu, woy! Aku bilang aku mau mendaki gunung bareng kelompok nudis. Ke Bogor."

"Bogor tuh gede, anjir! Dan juga gue lagi main Elden Ring pas lu tetiba nyelonong masuk bawa ransel segede kambing, yang isinya bukan alat camping, tapi malah alat makeup!"

Sepanjang jalan, aku punya feeling bahwa Panpan terlibat dalam segala urusan Mamoru ini. Yang pasti enggak mungkin dia orangnya, sih. Mengingat dia kerjaannya begadang main game semalaman, siangnya molor sampe magrib datang. Sementara Mamoru tuh ngikutin jadwal bangunnya aku, gitu. Jadi penjelasan paling rasional adalah ... Panpan yang meng-hire Mamoru sebagai bodyguard-ku.

Hanya saja bantahan Panpan lebih masuk akal.

Untuk apa dia meng-hire bodyguard untukku? Kalau dia dapat duit banyak pun, pasti dia habiskan untuk game dibandingkan untuk makan atau dirinya sendiri. Sangat enggak mungkin duitnya dihabiskan untukku.

Omong-omong, aku sudah cek nomor hape yang digunakan untuk memesan kendaranku pulang ke kosan. Ternyata bukan nomornya Panpan. Dan pas aku cek di Getcontact, enggak ada orang lain yang menyimpan nomor itu.

(3) MamoruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang