Tiga

2K 101 23
                                    


Jangan-jangan dia jodohku!

Yawla ... gimana kalau bener, ya?

Aku kembali ke kosan dan langsung memberondong masuk ke kamarnya Panpan. Lelaki itu, seperti dugaanku, sedang main game depan PC. Dia sedang mengumpat-umpat ke komputer ketika aku membuka pintu.

"ANJING! GOBLOK! Hajar yang sebelah situ, ANJING! NOOB LU!"

Aku memutar bola mata. "Heeey ...!" sapaku sambil memeluknya dari belakang. "Aku ada cerita seru."

"Besok aja," balas Panpan. "ANJING! WOY! Jangan masuk situ, anjrit! AAAH!" Panpan membanting mouse-nya, sampai baterainya keluar, lalu dia pasang lagi, dan main lagi.

Aku enggak tahu dia lagi main apa. Pokoknya ada tembak-tembakan gitu. Satu telinganya ditutupi headset, satu lagi terkuak lebar. Kuperhatikan, napas Panpan ngos-ngosan.

"Kamu habis maraton?" tanyaku.

"Bacot," balas Panpan bete.

"Keringetan juga. Kamu dari mana sih?"

"Kagak dari mana-mana anjir!" Panpan menepis kedua lenganku yang terulur melewati bahunya. "Awas dulu! Gue lagi championship!"

"Kenapa kamu ngos-ngosan segala?! Kamu kan main game sambil duduk. Bukan sambil goyang-goyang kayak dance-dance revolution!"

"Abisnya gue ketemu player goblok! Player tolol! Bikin nafsu. ANJING! WOY! Jangan masuk situ!"

Aku memutar bola mata. Aku enggak paham kenapa seseorang bisa seheboh ini saat main game. Setiap aku main Barbie Magical Fashion di laptop, aku enggak segininya, deh. "Aku tadi digerebek polisi pas di sauna," kataku kemudian, memutuskan untuk langsung curhat saja. Aku duduk di atas tempat tidur Panpan, memeluk bantal gulingnya yang bau khas cowok, sambil menatap Panpan yang ganteng fokus dengan layar monitor.

Karena enggak digubris, kuulang lagi dengan suara lebih keras. "AKU TADI DIGEREBEK POLISI PAS DI SAUNA."

"BAGUS!" balas Panpan sambil melirik ke arahku sejenak. "Udah waktunya kamu dipenjara."

"Ya tapi aku enggak dipenjara, adekku sayaaang .... Aku justru selamat! Siapa yang menyelamatkan akuuu?" Aku melompat dan memeluk lagi Panpan dari belakang. "MAMORUUU ...!"

"ANJING! WOY! GOBLOK LU, YA?! JANGAN MASUK SITU!"

Kujewer kuping Panpan yang tidak tertutup headset. "Denger aku enggak? Aku ditolong, Maa Mooo Ruuu ...!"

Panpan mencoba menepis tanganku dari telinganya. Namun kedua tangannya sedang sibuk menekan segala sesuatu di keyboard-nya, sehingga dia hanya bisa meringis, "Aduh, aduh, lepasin, Kak! Lepas! Argh!" Dengan mukanya yang ganteng dan innocent, membuatnya kelihatan makin menggemaskan.

Yawla ... andai aja aku bisa menyetubuhi cowok di depanku ini.

Kenapa sih aku harus punya adik tiri yang ganteng? Kenapa dia enggak jelek aja gitu, supaya aku enggak attach pake baper kayak begini?

Huh, sial!

Karena aku sayang banget sama Panpan, akhirnya kubebaskan juga dia dari curhatanku. Kuputuskan untuk melompat ke atas tempat tidur Panpan dan tidur di sana. Kutatap Panpan yang alisnya bertaut karena sedang konsentrasi, kukembangkan senyum senang dan rasa syukur, lalu aku mencoba tidur.

Kurasa aku akan tidur di sini saja. Siapa tahu kalau Panpan selesai main game dia akan membangunkanku, dan aku bisa cerita banyak kepadanya soal Mamoru. (Juga soal tiga cowok yang nge-fuck aku di Imodos.)

(3) MamoruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang