01.

55 22 101
                                    

Lelaki tegap berjalan menghampiri anak kecil yang berusia 6 tahun di sebuah taman, membawakan sesuatu mainan yang ia umpat kan dibelakang tubuh tegapnya.

"Ayah disini! Aku disini! Cepat lah yah, Aku ingin memeluk Ayah! Aku rindu denganmu!" Melambai tangan kecilnya dan merentangkan tangan saat sang ayah sudah berada didekatnya.

Memeluk dengan sayang, mengelus Surai lembutnya, air mata itu mengalir dari wajah Ayahnya, membasahi baju sang anak.

"Ayah menangis? Jangan menangis yah, aku sedih kalo Ayah menangis! Nanti Reina juga ikut nangis!" Melepas pelukan, mengelap cairan yang keluar dari wajah sang Ayah.

"Tidak Nak, Ayah menangis karna terkena debu, ini untuk mu sayang! Apakah kau suka?" Mengulur tangan  dan memberikan hadiah.

"Gitar? Ini untuk ku Ayah? Tapi mengapa ukuranya kecil tidak sebesar punya Ayah?!" Mengerucut bibir, mengembung kan pipi nya dan tangan yang dilipat, jika orang lain melihatnya pasti ingin mencubit pipi chubby nya.

"Nanti jika kamu sudah besar, pasti Ayah akan belikan yang Besar, seperti punya Ayah." Merasa gemas dengan sang anak, lelaki itu mencubit hidung kecil anaknya.

"Karina janji ya sama Ayah?!" Menatap sang anak dengan mata berkaca-kaca, jari kelingking nya diarahkan ke depan wajah sang anak.

Melihat mata sang ayah. "Janji apa yah?"

"Jika Ayah tidak ada di sisi mu jaga diri mu baik-baik dan jika kau sudah besar jagalah Bunda untuk Ayah. Apa karina bisa melakukan nya?!"

"Mm… bisa, tapi mengapa tidak Ayah saja yang melakukan nya?" Mengerut dahi merasa bingung.

"Ayah tidak bisa sayang! Suatu hari nanti, pasti kamu akan mengerti!" Membangunkan tubuhnya dari berjongkok, dan menatap seorang perempuan.

"Sayang, jaga dirimu baik-baik, aku akan kembali! Tapi… mungkin juga aku tidak akan kembali!" Menghampiri sang istri, membelai pipinya.

"Mas harus balik! Aku gamau kehilangan mas!" Mengeluarkan bulir-bulir air mata dari wajah wanita cantiknya.

"Baik, mas akan kembali." Memeluknya wanita yang dicintai.

"Aku harus pergi sayang, jaga Reina sayang?" Wanita itu menggeleng.

"Aku gamau! Aku mau kamu disini aja! Biar kamu saja yang menjaga kami?" Melepas pelukan, menghapus air mata di pipi sang istri.

"Tidak bisa sayang. Selamat tinggal!" Membawa koper yang telah di bawa sang istri, dan mencium kening wanitanya.

"Ayah pergi dulu sayang!" Berjalan menghampiri sang anak, dan mencium pipi chubby nya.

"Ayah mau kemana? Disini saja yah, aku tidak mau Ayah pergi!" Mencekal tangan sang Ayah.

"Maaf sayang? Ini jalan terbaik buat kita!" Melepas cengkraman tangan sang anak, dan berjalan meninggalkan mereka.

"Ayah jangan pergi! Jangan tinggalkan Karina!" Si kecil itu ingin mengejar sang Ayah, tapi Bunda nya memeluknya dari belakang. "Bunda lepasin! Karina mau ngejar Ayah!" Melepaskan pelukan itu, tapi ia tidak bisa.

"Tidak sayang! Kamu harus menemani Bunda!" Memeluknya dengan kuat anaknya, mengeluarkan air mata yang terus mengalir dari wajahnya.

"Ayah jangan tinggalkan Karina! Ayah kembalilah! Ayah jangan pergi!!"

"Karina bangun! hei, kau sedang bermimpi! Bangunlah sayang!" Sang Bunda Menggoncang tubuh sang anak.

"Jangan pergi! Ayah!!" Tersadar dari mimpinya, Karina terduduk dari kasur nya dan langsung memeluk sang Bunda.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang