Chapter [Name]

1.2K 229 20
                                    

Saya pengen up pas selesai pts, tapi saya kasian sama kalian wahahaha

Authornya baik kan ෆ╹ .̮ ╹ෆ

•••

Aku menelusuri hutan sendirian.

Menemukan anak itu sedang berdiri di batu yang sama.

Anak itu memandang kebawah, kearahku.

"Kenapa kau disini lagi, [Name]?"

"Ikutlah denganku." Ucapku cepat.

Anak itu nampak membulatkan matanya, walau wajahnya samar, tapi aku bisa merasakannya.

"Apa maksud-"

"Ikutlah denganku! Kau pikir aku takut dengan dunia ini?!"

"Atau kau ingin kuhajar dulu?" Ujarku sambil mengeratkan tangan.

Ya sebenarnya aku tidak mau menghajarnya sih, aku tidak bodoh.

Anak itu mulai waspada terhadapku, lalu mengerutkan alisnya.

"Heh, apa-apaan ini? 2 hari kau habiskan untuk menjadi gila? Lalu menantangku?!"

"Memangnya makhluk sepertimu layak mengaturku?"

"Apa?! APA?!" Ujarnya mulai geram.

"Menjijikan, kau gegabah!"

"Beraninya kau berbuat plin-plan di dunia ciptakanku yang indah ini?!"

"Duniamu busuk. Grafik kok kotak-kotak."

"KAUU??! BERANINYA?!"

"KAU TIDAK BOLEH MEMBANTAH!"

"Bocah nyolot! Pipis aja masih miring!" Ejekku sambil menahan tawa. Sudah lama aku tidak bercanda seperti ini, ini menyenangkan.

Anak itu menggeram, urat kesal muncul pada tangannya.

"Kau bercanda?! Dengarlah baik-baik! Aku adalah orang yang mengatur-"

"AKU ADALAH PENGATURMU!"

Teriakanku meruntuhkan dunia buatan bocah itu seketika, anak itu menatap tidak percaya.

"Apa ini..?!"

Diriku melangkah pada anak itu yang meringkuk dilantai penuh darah.

"Gimana? Teriakanku seperti gorila kan? Mamaku bilang bacotku kenceng sih."

"Jangan bercanda!"

"Kau...tidak berhak mengaturku lagi."

Anak itu menatapku. Perlahan, wajah blurnya mulai nampak. Dan yang terlihat adalah

Aku

Makhluk kecil itu adalah diriku.

Diriku yang naif, diriku yang menginginkan kebahagiaan walau palsu, diriku yang egois, dan diriku yang sakit.

Aku tersenyum. Aku tidak pernah marah sungguhan dengan anak ini, bagaimanapun juga...anak ini adalah aku.

"Ini bukanlah sesuatu yang harus dipikirkan, melainkan dirasakan." Ucapku membelai wajah lembutnya.

"Sekarang, rasanya aku mau pulang."

"Bukan pulang ke hari bahagiaku, namun pulang ke takdirku."

Anak itu tersenyum, lalu menangis. Air mata bahagia itu menetes pada wajahnya, dia meminta maaf terus menerus kepadaku.

"Terimakasih, sudah menerimaku."
.








.
"Jangan sampai keegoisan menelanmu lagi, [Name]."
.

.
Saat itu juga, aku membuka mataku.

Itu adalah mimpi.

Mimpi yang panjang.

Aku tertidur segitu lama..?

Aku melihat tanggal kalendar.

Saat ini 1 November

Aku sudah tertidur berhari-hari.

Aku berjalan lesu sambil memegang dinding, lalu tak lama aku mendengar suara samar dari pintu.

"Dia ingin mencari bukti perlawanan kita."

"Pasti dia tidak memiliki kewenangan mengirim seperti mama."

"Kurasa sister akan mempercayai kita selama kita tidak berbuat kesalahan."

Ah, apa mereka sudah bekerja sama dengan Sister?

Aku mendekatkan telingaku untuk mendapatkan suara lebih jelas-

*Brak!

Dan malah mendorong pintu itu dengan cerobohnya.

Norman, Emma, Ray, Don, dan Gilda memandang kearahku kaget, mungkin mereka mengira ada mama yang memergokinya.

Tapi setelah mereka tau bahwa yang terjatuh adalah [Name], mereka lebih terkejut lagi.

"[Na-[Name]...?!"

"Eheh...he..he ha-halo... Apa kabar semua selama ini?" Ucapku cengengesan.

"[NAMEE]!!"

•••

Ngerti gak kalian sama mimpi [Name]?

Singkatnya, [Name] terjatuh dalam mimpi yang dibuat oleh sisi [Name] yang naif dan egois.

[Name] memang memiliki gangguan mental, akibat hidup dulunya selama ini.

[Name] ingin hidup yang bahagia.

Kalau kalian perhatikan di chapter sebelumnya, kalian akan menemukan kata bahwa 2 Januari merupakan hari bahagianya, makanya [Name] tetep timeloop disitu akibat keinginannya untuk hidup bahagia.

Kan 2 Januari itu hari bahagianya, jadi dia timeloop disitu terus lhoo, karena dia pingin banget bahagia.

Ujung-ujungnya, dia malah stress saat menjalani hidup di hari bahagianya.

Intinya, jangan terlarut dalam penyesalan. Mungkin kalian ingin hidup sempurna dan bahagia, tapi hidup sempurna tidak akan selalu bahagia. Memiliki rintangan merupakan siklus kehidupan, sedih tidak apa-apa namun jangan kebablasan.

Okeh 👌

Btw saya nanti bakal sekolah offline ges semoga saya bisa menyempatkan waktu untuk up book ini...

Makasih ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡

(Note: saya tadi pengen bikin [Name] bangun pas Norman udah mau dikirim, tapi ga jadi kasian [Name] ga dpt dialog hwehwe)

[END] ➶𝐒𝐄𝐂𝐎𝐍𝐃➴ || The Promised Neverland x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang