"manis itu bukan hanya gula dan coklat. Tapi juga uang ketika ada di genggaman."
Gwina terdiam cukup lama sambil memegangi mangkuk yang berisikan sayur.Sontak ia terkejut dengan suara dari sang ibu yang ada di sampingnya. "Gwina.. kau sedang melamun kan apa? Sampai di panggil tidak mendengar.!"
"Ngghh.. maaf bu, Gwina tidak mendengar." Ucap nya tersadar.
"Cepatlah ke meja, semua orang menunggu." Ajaknya pelan.
"Baik bu." Ucapnya menurut.
Saat menghampiri meja makan, Jean langsung melambaikan tangan menyuruhnya duduk di samping dirinya dengan senyum yang mengembang.
Nenek Jena berpesan jika ia meninggal nanti. Beliau ingin semua keluarga nya berkumpul di hari kematian dirinya dan juga memperingati hari kematiannya setiap tahun.
Gwina sempat menolak pada saat itu, karena tidak mudah baginya untuk berbaur dengan keluarga besar nya.
Bagaimana pun juga ia merasa asing di tengah keramaian. Juga kesepian di dalam kesunyian.
Tapi Jean selalu memegang tangan Gwina selama 20 detik agar serangan panik nya tidak kambuh.
Bahkan adiknya itu pernah memegang ujung baju Jean memberikan kode, jika ia butuh di tenangkan ketika makan di hadapan ibunya lalu kakak nya dengan senang hati menghentikan makan nya dan memegang tangan Gwina selama 10 detik setelah itu menuntun nya untuk menarik nafas dan menghembuskan nya secara perlahan.
Ibu nya sudah terbiasa dengan kelakuan Gwina yang selalu menyusahkan kakaknya setiap kali ia merasa panik.
Gwina duduk di samping kanan Jean.
Dari kecil posisi mereka duduk tidak pernah berubah. Gwina selalu di samping kanan Jean.
Gwina tersenyum ke arah Jean, ia mengangguk sedikit untuk memberikan isyarat jika dia baik - baik saja.
Lalu Jean pun membalas dengan anggukan kecil sambil tersenyum manis.
*Senyum tipis namun menggemaskan.
Nenek Jena sangat suka dengan daging bulgogi begitupun dengan adiknya. Jadi ia memberikan daging yang banyak ke piring adiknya.
"Nenek pasti suka ini. Makanlah." Ucap nya pelan.
Ia hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight
Teen FictionJean dan Gwina adalah adik kakak tidak sedarah.. Gwina pikir keluarga barunya akan menerima dia dengan senang hati, tapi nyatanya ada pembenci di salah satu keluarga angkatnya. Sejak kecil Gwina tidak pernah merasakan kebahagiaan, sampai suatu ket...