0.0 Prolog

26 17 5
                                    

Pagi hari di desa itu cuaca cukup cerah untuk memulai segala aktivitas, sebagian para warga masing masing mengendarai kendaraan untuk menuju ketempat kerja mereka. Tak ayal juga sebagian anak sekolah juga sudah tampak ramai berjalan dijalan yang mungkin hanya selebar 4 meter itu.

Dari jauh nampak seorang gadis berpakaian putih abu abu terlihat buru buru turun dari rumah nya yang memang lokasinya berada di atas atau lebih tepatnya di dataran yang tinggi.

Menghidupkan sepeda motornya yang terlihat agak butut, gadis itu melirik jam tangannya sebentar yang dimana sudah menunjukan pukul 06.20. Dan artinya dia sudah cukup terlambat di hari pertamanya masuk Sekolah Menengah Atas.

Tanpa memanaskan sepeda motornya, gadis itu langsung menancap gas dengan kecepatan lumayan tinggi agar tidak terlambat datang kesekolah. Waktu dari tempatnya ke sekolah sekitar 30 menit sampai 40 menit.

Melewati jalan yang berhutan, beberapa desa, sampai jalur kebun sawit, akhirnya setelah memakan waktu hingga 34 menit gadis itu tiba di sekolah yang berada di kecamatan itu.
Melepas helm nya kasar, gadis itu sedikit memperbaiki penampilannya yang sedikit kumal.

Dari kejauhan mata gadis itu menyorot salah satu objek. gadis itu langsung berlari saat melihat seorang yang dia kenal.

"Naira!"panggil nya.

Gadis yang bernama lengkap Naira Ilesha itu berbalik, dan langsung tersenyum saat melihat sahabatnya yang baru datang itu, "Arsyila! Gue kangen sama lo!" pekik Naira dan langsung memeluk Arsyila kuat.

Bagaimana tidak? Hampir satu bulan mereka tidak bertemu, dan itu cukup membuat Naira rindu dengan sahabat karibnya. Karena perbedaan desa, Naira dan Arsyila hanya bisa bertemu diwaktu sekolah saja. Apalagi jarak Desa mereka lumayan jauh, dan Naira merupakan anak rumahan yang tidak diperbolehkan keluar jauh jauh.

"Gimana liburnya? Seru enggak?" tanya Arsyila. Mereka berjalan beriringan menuju ketempat duduk yang berada tepat di bawah pohon mangga.

"Gitu gitu aja, enggak dibolehin kemana mana sama ayah." Jawab Naira lesu, bagaimana tidak? Selama libur dia hanya dirumah saja dan tidak melakukan apa apa. Paling kalau ada kesempatan dia hanya jalan jalan ke kecamatan saja, dan itu sangat membosankan.

"Kalau lo gimana?" tanya Naira balik.

"Seru banget, karena air sungai lagi surut jadi gue bantuin ortu nangkep ikan, lumayan liburannya menghasilkan uang." Arsyi sedikit terkekeh di ujung kalimatnya.

Naira menatap Arsyila takjub dengan jawaban sahabatnya itu, "Gue salut sama lo Ar, kapan sih lo jadi pemalas kerja?"

"Nunggu gue kaya." Jawab Arsyi asal. Naira tidak tahu saja, kalau sebenarnya Arsyi itu sama seperti gadis lainnya yaitu pemalas. Semua yang dia lakukan tak lebih dari kata terpaksa. Kalau kata Arsyi sih Demi uang ku rela banting tulang

Dua gadis itu duduk di bangku yang mereka tuju sambil menunggu bel yang tak kunjung berbunyi. Arsyi dan Naira sudah bersahabat dari mereka masih kelas 7 SMP, oleh karena itu Arsyi dan Naira sudah mengenal cukup jauh satu sama lain.

"Katanya kita gak ada MOS ya?" tanya Naira penasaran, karena tadi dia sempat mendengar beberapa siswa yang berbicara kalau MOS tidak akan di adakan.

"Gak tau, tapi kalau gak ada syukur deh, males banget kalau disuruh ini itu."

"iya juga."

Setelah beberapa saat akhirnya bel sekolah pun berbunyi. Para siswa di minta berkumpul dilapangan oleh guru untuk menyampaikan sebuah pengumuman.

Arsyi dan Naira langsung beranjak dan bergabung dengan barisan khusus kelas sepuluh. Karena kelas belum di bagi, jadi mereka masuk begitu saja kedalam barisan.

FANTASTIS FOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang