Empat gadis itu berjalan beriringan menuju parkiran sekolah, motor mereka berderet sejajar yang langsung dinaiki oleh masing masing pemilik.
"Lo langsung pulang Nai?"tanya Arsyi sambil memasang helm dikepalanya. Niatnya Arsyi ingin pulang bersama dengan Naira, sebab Desa Naira dan Arsyi satu arah, hanya saja tempat tinggal Arsyi lebih jauh lagi.
Naira menggelengkan kepalanya, "Enggak, gue mau mampir kerumah nenek dulu"
Arsyi mengangguk paham.
"Kalian duluan aja!"Suruh Dixha yang masih berdiri disamping motornya.
"Lo lagi nunggu siapa? Bukannya Ririn gak sekolah ya?"tanya Ilmi, karena biasanya Dixha selalu berangkat sekolah bersama sepupunya, sedangkan Ririn hari ini tidak masuk sekolah dikarenakan sakit.
"Gue masih ada urusan sama seseorang, jadi kalian semua gak usah nunggu gue"Jelas Dixha yang dibalas jempol oleh Ilmi.
"Ya udah kalau gitu kita pulang duluan ya"Pamit Naira, mereka berempat melakukan cipika cipiki bak ibu ibu arisan hingga mendapat tatapan aneh dari beberapa siswa.
Memang itu sudah menjadi tradisi mereka sebelum pulang sekolah, bahkan pernah suatu hari sampai ditegur oleh salah satu guru, namun Arsyi langsung menjelaskan, kalau katanya "Ini tanda seberapa erat hubungan kita buk, kalau gak cipika cipiki dulu pasti bakal ada yang jatoh dari motor"jelasnya yang tidak sepenuhnya benar.
Memang ada hanya karena tidak cipika cipiki bikin orang jatuh dari motor? Sungguh dramatis sekali jawaban Arsyi ini.
"Byeee sampai ketemu besok"Seru Dixha sambil melambaikan tangannya kearah para sahabat yang sudah mulai menjauh. Gadis itu duduk di atas motornya sambil bermain HP untuk menunggu seseorang.
Hampir 10 menit akhirnya yang di tunggu pun tiba. Dixha mendengus saat melihat orang itu malah cengengesan menatapnya. "Sorry ya! Tadi gue ulangan dadakan, jadi lama keluarnya"ucap nya
"Ck langsung aja! Kenapa bang Deo nyuruh gue nunggu abang?"Tanya Dixha, karena Deo mengechatnya tadi dan bilang ada hajat yang penting yang ingin di sampaikan. Gadis itu sudah Geer duluan karena berpikir Deo akan mengungkapkan perasaan mungkin?
Deo berdehem sebentar "Gue mau nebeng lo, motor gue masih di bengkel, mungkin besok baru gue ambil, bisa kan?"Tanya Deo, rumah mereka tidak berjarak terlalu jauh, dan Mamahnya Dixha dan Deo juga kebetulan berteman.
Dixha jadi kesal mendengar jawaban Deo yang bukan dia harapkan, tapi gadis itu berfikir lagi, mungkin ini kesempatan untuk lebih dekat sama Calim atau dalam kurung 'Calon Imam'. Membayangkannya saja Dixha sudah senyum malu malu meong.
"Kenapa gak sama temen lo aja? Males banget gue numpangin lo, ntar jok gue jadi panas lagi gara gara nebengin penghuni jahannam" Dixha ini termasuk gadis yang gengsinya tinggi sekali. Ngomong nya aja begitu, padahal dalam hati sudah dag dig dug serrr.
"It's okey lo gak mau gue nebeng, tapi jangan salahin gue kalau video lo yang jatoh kena t*i sapi gue sebarin"ancam Deo tersenyum miring yang sukses membuat Dixha membelalakan matanya.
"Ya udah ayo!"Kata Dixha pada akhirnya.
Deo tersenyum sumringah, tanpa segan Deo langsung mengambil helm Dixha yang tergantung, dan langsung memakainya tanpa memperdulikan tatapan tak terima si pemilik. Tidak tahu diri memang.
"Terus gue gak pakai helm gitu!?"Sentak Dixha.
"Lo mah gak perlu makai helm, kan gue yang nyetir"
"Tapikan ini panas bang, kepala gue bisa ketombean kalau kayak gini"
"Lebay lo! Kepala kutuan gitu gak usah pake takut ketombean"
"Lo tuh anjim banget ya ternyata"Sungut Dixha, gadis itu menaiki motor menghadap kebelakang sehingga membuat Edo pening dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASTIS FOUR
Teen Fiction"Tinggal di tempat pelosok gimana sih rasanya? Disini mungkin kalian akan menemukan jawabannya dari kisah 4 orang gadis yang tinggal di desa yang berbeda beda dan bersahabat dimulai dari mereka kelas 10 SMA. Berkisah jalan kehidupan mereka di masa S...