9. What I Want

3.4K 396 99
                                    

Klik di atas untuk mendengarkan lagu Taylor Swift - Wildest Dreams

🌼🌼🌼🌼🌼

Yibo tidak bisa fokus dengan pekerjaannya sejak kepergian Xiao Zhan ke Bali. Pria itu telah mengirim pesan, tapi tidak dibalas. Hanya satu kali. Yibo enggan mengirim pesan lagi, tidak ingin Xiao Zhan menganggap bahwa dirinya menaruh perhatian lebih.

Sejak awal, itulah yang diinginkan Yibo. Dia tidak ingin Xiao Zhan mengharapkan lebih. Tidak ada cinta di dalam pernikahan mereka. Pikir Yibo, jika dirinya bersikap manis dan terjadi perceraian suatu hari nanti, Xiao Zhan mungkin akan jauh lebih terluka. Namun, saat ini pun ternyata Xiao Zhan sudah terluka.

Selama empat hari ini, Yibo terus memikirkan tentang Xiao Zhan. Paginya berjalan dengan buruk, tidak ada bekal makan siang, sore hari pun tidak ada yang menyambutnya sepulang kerja. Malam pria itu terasa sepi. Yibo tidak pernah merasakan tempat tidurnya begitu kosong dan dingin seperti ini.

Seperti ada yang hilang. Ketika Xiao Zhan tidak ada, hidup Yibo terasa tidak lengkap.

Yibo mengambil ponselnya di atas meja. Lelaki itu memeriksa aplikasi WhatsApp, berharap Xiao Zhan telah membalas pesan darinya. Namun nihil. Hanya dua centang biru terlihat, pertanda pesan darinya telah dibaca. Namun tidak ada jawaban.

Yibo meletakkan kembali ponselnya. Gelisah, terasa hampa. Ini adalah rasa baru yang tidak bisa dia pahami. Rasa yang sangat merugikan dan tidak rasional, tapi tak mampu untuk diredam.

.
.
.

Hari keempat liburan Xiao Zhan di Bali. Pemuda itu terbangun pada pukul sembilan pagi setelah ponselnya berdering berkali-kali.

Xiao Zhan membuka mata dengan malas, belum sanggup untuk bangun atau sekadar duduk. Kepalanya terasa pusing. Pemuda itu meraba meja nakas, mengambil ponselnya.

Ditatapnya layar ponsel itu dengan sepasang mata sayu dan berat. Terlihat masih sangat mengantuk. Pada layar ponsel tertulis nama Huang Jingyu. Xiao Zhan ingat sempat bertukar nomor ponsel dengan pria itu semalam.

"Eungh ... halo?" Xiao Zhan menjawab panggilan itu dengan suara serak khas bangun tidur.

"Kau baru bangun tidur?!" Jingyu berseru dengan lantang, membuat Xiao Zhan sedikit menjauhkan ponsel itu dari telinganya. "Cepat bangun! Aku akan menjemputmu sebentar lagi," ucap pria itu.

Mau tidak mau akhirnya Xiao Zhan bangun dengan kondisi kepala yang masih terasa sangat berat. Pemuda itu membilas tubuh di bawah shower yang mengucurkan air hangat. Setelah mandi, Xiao Zhan menyempatkan diri untuk menikmati sarapan yang telah disediakan oleh pihak hotel.

Smoothie bowl, sandwich, orange juice, pancake strawberry, Xiao Zhan tidak bisa melewatkan hidangan itu. Dia makan dengan sangat lahap dan penuh rasa kagum. Sangat lezat ... buah-buahan dari pulau eksotis memang terasa sangat segar. Tidak peduli ponselnya kembali berdering berkali-kali, pemuda itu tetap mengunyah sarapan dengan tenang.

Tiga puluh menit kemudian, Xiao Zhan baru keluar dari hotelnya. Jingyu rupanya telah menunggu di lobi hotel sambil memainkan ponsel.

"Pagi," sapa Xiao Zhan dengan senyuman lebar.

"Ini sudah siang," jawab Jingyu seraya menghela napas panjang. "Ayo jalan," ajaknya, kemudian bangun dari sofa lobi.

Xiao Zhan mengikuti langkah pria itu menuju tempat parkir. Di sana, mereka menaiki motor yang telah disewa Jingyu. Kali ini Jingyu membawa dua helm. Satu untuk Xiao Zhan dan satu untuk dirinya sendiri.

"Jingyu, ini bagaimana?" Xiao Zhan kesulitan memasang tali pengaman pada helmnya.

Jingyu membantu pemuda itu. Terdengar bunyi "klik" kemudian helm terpasang dengan baik. Setelah memakai helm, Xiao Zhan menaiki motor itu dan perjalanan pun dimulai.

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang