10. Hide Out

3.6K 391 72
                                    

🌼🌼🌼🌼🌼

Suasana senja selalu membawa sukacita. Memberikan kedamaian dalam hati, membuat segala sesuatu di dunia terlihat lebih indah.

Xiao Zhan berjalan perlahan, lelah seolah tak dirasa. Pemuda itu menyentuh jajaran rumput setinggi paha orang dewasa di samping jalanan berpaving di atas bukit.

Campuhan Ridge Walk, bukit dengan jalanan berpaving di tengahnya yang menyerupai punggung ular. Jalanan itu sangat panjang dan indah seolah dapat mengantarkan orang-orang yang melangkah di atasnya menuju ujung dunia.

Xiao Zhan sore itu adalah seorang pemuda yang tengah merenungkan perjalanan hidupnya. Dia memiliki segalanya, kecuali cinta.

"Hei, kau kenapa?" tanya Jingyu.

Xiao Zhan seolah tersadar dari lamunan. Pemuda itu balik bertanya, "Heum, kenapa?"

Keduanya menghentikan langkah. Jingyu menatap Xiao Zhan penuh selidik. "Kau baik-baik saja?"

Xiao Zhan hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Jingyu, kemudian melanjutkan langkah.

"Zhan?" panggil Jingyu.

Xiao Zhan masih terus melangkah, menikmati terpaan sinar senja yang hangat di kulit, berpadu dengan semilir angin yang aroma dedaunan. Sejuk ... berbeda jauh dari suasana di Singapura. Berbeda jauh dari kesehariannya selama pernikahan. Sangat monoton dan diwarnai dengan air mata.

"Aku selalu ingin berjalan di tempat seperti ini bersama seseorang, tapi sayangnya orang itu tidak menginginkanku," ucap Xiao Zhan seraya tersenyum sendu.

Mendengar ucapan itu, Jingyu melangkah cepat, kemudian menarik lengan Xiao Zhan. "Zhan?"

"Heum, kenapa?" Xiao Zhan masih sama. Bertanya dengan tatapan polos dan senyum tipis yang menghiasi wajahnya.

Mereka saling menatap selama beberapa detik, kemudian Jingyu melepaskan tangan lengan pemuda itu perlahan. "Aku pikir kau menangis," celetuk pria itu.

"Hah? Kenapa aku harus menangis?" Xiao Zhan malah tertawa mendengar ucapan Jingyu. "Apa aku terlihat seperti anak kecil yang cengeng?"

"Ya, kau memang anak kecil!" ejek Jingyu.

Pipi Xiao Zhan mulai menggembung kesal. "Sebentar lagi aku 27 tahun!" serunya tidak terima.

Jingyu tertawa remeh. "Hei, anak kecil. Bagaimana kalau kita berlomba? Kita lomba lari sampai pohon di sebelah sana. Kalau kau kalah, berarti kau memang anak kecil."

"Oke, siapa takut?!" Xiao Zhan menjawab tantangan pria itu.

Lomba lari pun dimulai. Xiao Zhan dan Jingyu berdiri di garis paving yang sama kemudian membungkuk, mengambil kuda-kuda.

"Tiga ... dua ... satu!" seru Jingyu.

Setelah hitungan terakhir, mereka langsung berlari sekuat tenaga. Sebenarnya tidak hanya Xiao Zhan dan Jingyu saja yang ada di tempat itu. Ada beberapa turis lainnya yang juga menikmati sunset di sana. Jingyu dan Xiao Zhan sama-sama nyaris menabrak pejalan kaki lain di tempat itu.

Semakin mendekati tujuan, semakin cepat pula gerakan kaki. Xiao Zhan merasa sangat bebas, lepas ... hatinya terasa sangat ringan tanpa beban.

"Aku menang!" seru Xiao Zhan setelah tiba di tujuan. Pemuda itu langsung mendudukkan dirinya di rerumputan. Tampak sangat lelah dengan napas terengah dan keringat yang bercucuran.

Jingyu berjalan santai menghampiri Xiao Zhan. Pria itu sebenarnya sengaja mengalah. Berlari selalu bisa memperbaiki suasana hati. Itulah yang dipercaya Jingyu selama ini, dan sepertinya cara itu juga berguna untuk Xiao Zhan.

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang