🍁Hyun-jea { 2 }

12 1 5
                                    

"khem" senyum Hyun-jea setelah memakan makanan yang ia pesan.

"makanlah pelan² nanti kau bisa tersedak" tegur Hyeung-su. "ibu, kau sudah lama tidak memasak ini untukku" ujar Hyun-jea yang berbicara sembari mengunyah makanannya.

"sudahlah, jangan membuat aku terlihat seperti seorang ibu yang kejam". "ibu, kau adalah ibu yang terbaik" puji Hyun-jea lalu melanjutkan makananya. Nam-yun yang melihat itu tersenyum tipis, sembari terus menatap Hyun-jea dan ibunya.

"nak, bagaimana keadaan ayah dan ibumu sekarang" saut Doe-hyun yang membuat Nam-yun terdiam seperti tak tau harus berbuat apa.

"ya nak, bagaimana keadaan mereka, dulu bibi sempat mendengar bahwa orang tuamu sedang tak baik² saja" saut Hyeung-su.

Pertanyaan dan pernyataan dari ayah dan ibunya, membuat Hyun-jea sedikit merasa tak enak hati dengan Nam-yun, karna menurut Hyun-jea itu adalah privasi Nam-yun. "Ayah, ibu" pangil Hyun-jea yang juga menghentikan makannya.

Dengan keadaan yang sangat cangung dan sepi, Nam-yun mulai menghela nafas seakan-akan ingin menjelaskan sesuatu."ibu dan ayahku sudah lama berpisah, dan aku tingal bersama ibuku"  ucap Nam-yun.

"aahh, bagaimana mereka bisa melalukan itu kepadamu, dan sekarang keadaan ibumu bagaimana" tanya Hyeung-su selanjutnya.

"Maaa" pangil Hyun-jea yang secara tak
langsung ingin menghentikan ibunya itu.

"khaah, mereka hanya mementingkan dunia mereka sendiri, kerja dan menghasilkan uang, itulah dunia mereka, tanpa memikirkan diriku" jawab Nam-yun.

"nak, sejak dulu aku selalu mengangapmu sebagai putriku, bahkan sampai sekarang" ucap Hyeung-su. "khem, kau bisa tingal disini selama yang kau mau, khem" ujar Doe-hyun.

Mendengar itu seketika Nam-yun tersenyum dan mengangguk kearah Doe- hyun, malam itu ia benar-benar merasa
bahwa sekarang ia memiliki keluarga.

                                     ***

Matahari cerah telah masuk kekamar
Hyun-jea, Hyun-jea yang terlihat sedang
menatap Nam-yun yang masih tertidur
tersenyum sesaat, lalu keluar menuju 
meja makan dengan membawa beberapa  
tas tambahan yang berisi buku²nya.

"apa kau lihat, wajah gadis itu meskipun sudah bertemu Hyun-jea, yaampun, aku tidak bisa membayangkan saat ia masih
tingal bersama orang tuanya" ucap Hyeung-su.

"sudahlah ibu, jangan pernah bicarakan
masalah ini didepan Nam-yun, atau ia
akan merasa sedih lagi" ucap Hyun-jea
sembari menaruh tas tambahannya diatas meja, seketika Doe-hyun tertawa melihat putrinya itu.

"ayah" pangil Hyun-jea

"ahh, putriku, kau sudah dewasa dan sudah memikirkan masa depanmu sekarang" tawa Doe-hyun.

"sekarang kau adalah putri ibu yang rajin"
saut Hyeung-su, sembari menaruh salah 
satu makanan yg baru selesai ia masak.

"sebenarnya aku tidak rajin tapi. terpaksa
harus membawa semua buku.  itu" batin
Hyun-jea yang langsung berdiri setelah
melihat jam dinding, dan berpamitan
untuk segera kesekolah, setelah
menghabiskan segelas susu.

"hati² sayang" triak ayahnya yang masih
tak berhenti menertawakan Hyun-jea.

Lalu sesaat kemudian dilanjutkan dengan kedatangan Nam-yun. "Bibi" pangil nam-yun, dengan penampilan berantakan setelah bangun dari tidurnya. Ia langsung duduk dimeja makan dengan kaki yang ditaruhdiatas kursi dan satunya lagi dibawah.

"Nam-yun, kau sudah bangun," sapa Doe-
hyun.

Mendengar hal itu Nam-yun membuka
matanya dengan jelas dan melihat Doe-
hyun yang duduk tepat didepannya, seketika ia langsung menurunkan kakinya dan merapihkan rambutnya lalu
tersenyum pada Doe-hyun.

"paman" senyum Nam-yun

"sudahlah tak apa, Hyun-jea juga suka
begitu, ini makan sarapanmu" jawab ibunya Hyun-jea.

Dengan senyum Nam-yun memakan
sarapannya, meski didalam hatinya
terdapat rasa malu yang sangat besar.

"bagaimana" tanya Hyeung-su yang 
menungu nilai dari Nam-yun untuk
masakanya.

"khem, lezat sekali" puji Nam-yun yang
langsung melihat kesekelilingnya. "Bibi,
dimana Hyun-jea" tanya Nam-yun

"baru saja ia pergi kesekolah"

Tanpa sadar, Nam-yun melihat setumpuk buku dan membuka beberapa buku karna penasaran, lalu ia melihat kearah Hyeung-su yang terlihat sedang sibuk dengan pekerjaanya di dapur.

"paman, punya siapakah buku ini" tanya
Nam-yun

"astaga, itu adalah buku milik Hyun-jea, dan mungkin buku itu sangat penting
baginya, aku akan mengantarnya" ucap
Hyun-su yang tampak sangat panik.

"sudah biar aku saja, aku juga akan berangkat kepabrik" saut Doe-hyun yang
langsung merapihkan buku² tersebut.

Mengetahui Doe-hyun akan segera bekerja Nam-yun pun menawarkan diri untuk mengantarkan semua buku itu. "sudah paman" henti Nam-yun."biar aku 
saja yang mengantarnya"

                                     ***

Terlihat Nam-yun yang sedang berdiri dilapangan sekolah yang tiba² saja turun salju, Nam-yun melihat keatas langit, wajah yang tertutup salju, langsung
membuatnya menurunkan pandangannya. Lalu melanjutkan perjalannya untuk mencari kelas Hyun
jea.

Setelah beberapa saat ia menemukan
kelas Hyun-jea, namun sebelum ia
memberikan buku² itu pada Hyun-jea, ia
tampak memandangi Hyun-jea terlebih
dahulu, tak berselang lama Hyun-jea
pun melihat kearah Nam-yun yang
menunjukan buku² miliknya, lalu Hyun-
jea tersenyum pada Nam-yun, namun
semua itu tak berlangsung lama setelah
Hyun-jea mengalihkan pandangannya,
Nam-yun yang heran langsung
menurunkan tangannya.

"ada apa dengannya, apakah dia tidak ingin buku ini, kalau begitu aku akan
membuangnya saja, lihat saja" ucap Nam-yun yang berfikir ingin pergi namun Ia terkejut ketika melihat seorang laki² yaitu salah satu guru disana.

"apa Kau terlambat, Kau kelas berapa, Kau
bukanlah siswa dari kelasku " tanya pria
tersebut yang ternyata wali kelas Hyun-
jea, Kyung-soo.

"good morning, khem tidak, selamat pagi"
tunduk Nam-yun lalu menjulurkan buku²
Hyun-jea ketangannya. "apakah kau bisa
memberikannya pada Hyun-jea, trimakasih, aku permisi dulu"
"astagah"ucap Nam-yun lalu pergi berlari
keluar.

"kenapa pergi, apa yang telah ia katakan"
ucap Hyun-jea yang melihat sahabatnya
berlari begitu saja.

Hyun-jea [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang