"jika aku tidur, aku akan bisa melupakan semua kemarah itu, dan kesedihan yang aku rasakan"ujar Hyun-jea. Ibunya yang berada dibelakang Hyun-jea tak kuasa menahan tangis, sembari memahami semua kejadian itu. Sedangkan Doe-hyun yang mendengar jawaban putrinya, langsung menuntun putrinya kearah tempat tidur.
Perlahan Doe-hyun menyuruh Hyun-jea tidur, perlahan namun pasti, Hyun-jea mulai menutup matanya, dan memberikan senyum tipis pada Ayahnya, namun mata yang tertutup itu masih tampak jelas terbuka, Ia masih meneteskan air mata, dan suara tahannan tangisnya yang membuat Deo-hyun beranjak perlahan dan pergi. "Maaf" ucapnya yang terdengar oleh Ayahnya, yang membuat Ayahnya langsung meneteskan air mata lalu pergi Yang disusul dengan Hyeung-su.
Nam-yun yang merasa bahwa itu semua adalah salahnya hanya bisa terdiam, perlahan memajukan langkahnya menuju Hyun-jea yang tampak sudah tertidur. Perlahan Nam-yun mengelus lembut tangan Hyun-jea dengan jari telunjuknya, dengan tatapan yang terus menatap Hyun-jea dengan penuh haru.
"bukankah kau suka dengan kata ini, Maaf" ucap nam-yun.
***
Keesokan paginya, Hyeung-su memasak dengan balutan air mata, mengingat putrinya tertidur dengan kesedihan yang membuatnya merasa sangat bersalah. "Sudahlah, apa gunanya kau menangis, lagi pula, itu tidak sepenuhnya salahmu, Aku tau kau mencemskan masa depan Hyun-jea. mungkin Hyun-jea juga harus belajar untuk mengejar masa depan yang lebih baik" saut Deo-hyun sembari memakan masakan istrinya itu.
Hyeung-su melihat kearah suaminya yang tampak berusaha membuatnya agar tidak terlalu merasa bersalah, namun Hyeung-su, sebagai ibu dengan anak tungal, mendapatkan kesedihan yang lebih besar dari pada ibu yang memiliki banyak anak. "tidak, itu adalah salahku, Aku terlalu keras menegur Hyun-jea yang memang tidak pernah aku marahi seperti itu, gadis itu adalah gadis yang masih sangat polos, ia seperti bayi" ujar hyeung-su yang langsung terdiam dan menghapus air matanya setelah melihat Hyun-jea dan Nam-yun yang baru saja datang dengan seragam sekolahnya.
"Ibu, kenapa Kau tidak memasak makanan yang aku suka hari ini" tanya Hyun-jea yang tampak sangat ceria seperti tak terjadi apapun. Hyeung-su yang mendengar itu terdiam menatap putrinya yang terlihat sangat polos, "Ibu, kenapa kau hanya melihat Aku saja" tanya Hyun-jea sembari berjalan kearah ibunya yang terlihat menahan tangisnya.
"Ibu" triak Hyun-jea. "apa Kau tidak akan memberi anakmu ini makan, Aku sangat lapar ibu" triaknya yang membuat Hyeung-su perlahan membuka lemari gantung di dinding dapurnya, dan mengambil piring makanan, makanan yang selalu dimasak untuk Hyun-jea dipagi hari, roti dengan isian daging dan saus, dengan sedikit sayuran.
akhh, memang tak seenak bayangan kalian tentang makanan yang selalu dimakan oleh Hyun-jea dipagi hari, namun itulah makanan yg selalu ia makan selain makanan yg lainya.
Perlahan Hyeung-su memberikan makanan itu pada Hyun-jea yg sudah menungunya, karna tak kuasa menahan tangisnya Hyeung-su langsung meneteskan air matanya, namun setelah Hyun-jea mengambil makanannya dan berjalan pergi meningalkan ibunya, ternyata Hyun-jea menghentika langkahnya dan berbalik kearah ibunya.
"Aku memang gadis yang bodoh, usahaku memang belum sekeras ayah, tapi aku tak akan pernah membuat ibu menyesali hari yang telah berlalu, Aku menangis kemarin, tapi esok harinya tidak akan" ucap Hyun-jea yang masih dengan pandanganya kepada ibunya yang terlihat masih menundukkan pandanganya, lalu disusul dengan kedatangan Nam-yun dan Deo hyun yang langsung memeluk Hyeung-su dan Hyun-jea dalam satu pelukan yg sama.
Momen itu, ya, tak akan ada mata yang sangup menahan tangisnya, dimana perdamaian antara orang lain dan diri sendiri, memang sulit melupakan momen itu, tapi berdamai dengan diri sendiri akan jauh lebih sulit, tapi percayalah orang yang benar² menyayangimu, akan membuatmu lupa dengan semua masalahmu, selagi kau berusaha berdamai dengan dirimu sendiri.
***
Pagi yang dipenuhi dengan salju, kaki yang melangkah dengan dinginya udara, namun tak bergetar sedikitpun kebahagian mereka, dua sahabat itu berjalan tanpa topik yang pasti, yaa, hanya membahas yang sebenernya tidak perlu untuk dibahas.
"Maaf" ujar Nam-yun yang mendapat senyum dari Hyun-jea yang tampak bersamaan menggangukan kepalanya. Namun tak berselang lama, senyum itu menjadi kerut wajah kesal.
Hyun-jea dan juga Nam-yun melihat kearah Hee yeon ji, dan kedua temanya, Yeong-un dan Du-ngo, yang baru saja mengambil tas milik Nam-yun, tas yang diberikan oleh Hyun-jea, hee yeon ji mengambil tas itu begitu saja, yang jelas membuat Hyun-jea bertanya-tanya bukankah semua masalah sudah selesai.
Dengan senyum sinisnya, Nam-yun melangkah mendekati Hee yeon ji dengan tatapan fokusnya. "bukankah kita sudah menyelesaikan masalah ini, lalu apa yang kau inginkah" potong Hyun-jea yang langsung berdiri ditengah mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyun-jea [ HIATUS ]
RandomHyun-jea adalah gadis dengan sifatnya yang kekanak-kanakan, ia memiliki sahabat yang menurutnya setia, bagaimana tidak, mereka bahkan telah berteman sejak kecil. Bahkan suatu ketika ia bertemu pria dengan sifat yang dingin, dan ia sempat terlibat ma...