Permainan Penyesalan

261 24 0
                                    

Penyesalan. Semua orang pasti pernah merasakannya, lantas berandai-andai jika semua itu bisa diperbaiki, jika waktu berputar kembali. Bahkan manusia mungkin tidak keberatan  untuk terus mengulang waktu hingga tidak ada kata penyesalan dalam hidup mereka. Andai, semuanya selalu berawal dari kata andai.

Pengandaian itu juga yang sedang Kim Taehyung lakukan, sembari menatap nanar ke arah langit malam yang belum berhenti menangis. Bau anyir hingga rasa nyeri di tubuhnya perlahan menghilang, berganti dengan rasa melayang, lantas semua rasa sakit itu sirna, tidak semua karena dalam dadanya, jauh di batinnya Kim Taehyung masih merasakan sakit luar biasa.

"Aku membencimu, benar-benar membencimu, dan tidak pernah sedetik pun aku menyayangimu."

Mata bulat yang berkaca-kaca, wajah pucat dengan bibir membiru, dan tatapan nanar penuh luka yang terpatri di ingatannya membuat air mata Kim Taehyung luruh.

Ketika sadar bahwa jiwanya sudah terpisah dari raga yang terbaring sendirian di jalanan sepi, laki-laki itu duduk mengamati langit dan merutuki Tuhan dalam hatinya. Penyesalan, pengandaian, Kim Taehyung benar-benar muak dengan semua itu, bahkan setelah dia berulang kali hidup dengan ingatan kehidupan sebelumnya yang masih melekat.

"Kim Taehyung."

Laki-laki itu mendongak, mendapati sosok malaikat yang sangat dia kenali sedang meletakkan setangkai bunga krisan putih di tubuhnya yang terbujur kaku kedinginan berdarah-darah.

"Heol, kau memang tidak pernah bisa membereskan masalahmu sendiri. Ini sudah yang kematian ke seratus dan di semua kematian itu kau tidak pernah tidak menyesal. Kematian kali ini pun, rasanya tidak adil."

Sosok dengan setelan hitam itu mendekati Kim Taehyung yang masih merenungi semua masalahnya. Makhluk fana yang tidak pernah terlihat manusia biasa itu berdecih, tangannya usil menggoyangkan jiwa Kim Taehyung yang sedang berantakan.

"Diantara semua kematian yang pernah aku lewati, yang kali ini begitu menyakitkan, penyesalan kali ini sungguh menyesakkan." Jiwa pemuda itu meremat bagian dada, diantara semua kematiannya, baru kali ini pemuda itu merasakan penyesalan yang begitu mendalam, rasanya seperti kematian pertamanya, seperti saat dia memohon kepada Tuhan untuk reinkarnasi dan berjanji tidak akan mati dalam penyesalan dan ketidakadilan.

"Seo Joon hyung, tidak bisakah aku mengulang waktu bersama adikku, tidak bisakah aku kembali hidup meskipun hanya satu menit. Aku ingin menarik ucapanku soal membencinya. Aku tidak membencinya, justru aku sangat menyayanginya." Kim Taehyung terisak, membuat sosok di depannya berdecak. Turut prihatin  melihat penyesalan Kim Taehyung yang  kali ini benar-benar menyentuh lubuk batinnya.

"Sedalam itu penyesalanmu?" Seo Joon memicingkan mata, mencoba mengamati setiap detail ekspresi Kim Taehyung. Selama ini, Kim Taehyung lebih sering bertingkah konyol dan bodoh, sehingga ekspresi frustrasinya adalah hal langka, terakhir diperlihatkan adalah beratus tahun yang lalu.

"Hyung."

"Aku benar-benar ingin membantu, tapi kali ini semesta berkehendak lain. Sesuai dengan kesepakatan kita beratus tahun yang lalu. Kim Taehyung, jika kau benar-benar ingin memperbaiki, Dewa Takdir memiliki rencana untukmu."

"Apa aku bisa bertemu dengan adikku?"  Kim Taehyung mengusap air mata di wajahnya, menatap penuh harap kepada Seo Joon, setidaknya kali ini dia benar-benar ingin memperbaiki semuanya.

"Itu tergantung keputusan Dewa Takdir." Seo Joon menyeringai, apalagi saat melihat ekspresi Kim Taehyung yang dalam sekejab berubah menjadi kesal.

"Lalu, apa yang diinginkan pria tua  narsis itu?" Kim Taehyung mendengkus, dia benar-benar sadar bahwa Dewa Takdir hanya mempermainkannya, tapi karena Ia bodoh, Kim Taehyung mengikuti saja permainan Dewa Takdir.

"Selama ini, setelah beratus tahun lamanya, semua dewa dan malaikat menyadari bahwa kau selalu bisa menyelesaikan masalah orang lain." Laki-laki itu menjentikkan jari dan seketika sebuah buku catatan hitam muncul di tangan kanannya.

"Aku tidak akan menyebutkan kasus yang sudah ratusan tahun berlalu. Satu kasus terakhir, kau berhasil menangani permasalahan keluarga sahabat terbaikmu, tapi lagi-lagi gagal memperbaiki masalah keluargamu sendiri." Seo Joon menggeleng, tidak habis pikir jika ada manusia seperti Kim Taehyung di semesta.

"Tidak seru, rasanya kurang bukti." Kim Taehyung menyeringai, membuat Seo Joon  menjadi berang, laki-laki rupawan dengan tinggi menjulang itu menatap Kim Taehyung dengan tajam.

"Aku tahu apa yang akan kau katakan." Kim Taehyung terkekeh, lantas mengubah posturnya sedikit lebih tegap dan berdehem.

"Yak! Kim Taehyung, lihat Pegunungan Himalaya? Sungguh buku yang mencatat masalah yang kau selesaikan bahkan lebih tinggi dari gunung tertinggi di sana, dan kau masih saja bodoh dan tetap mati dalam penyesalan?" Kim Taehyung menyeringai, kembali memasang ekspresi  sedihnya.

"Hyung, aku memang sangat bodoh dan aku baru mengakuinya. Aku begitu arogan saat Dewa memberiku kesempatan untuk reinkarnasi seratus kali." Taehyung mendongak, kembali menatap langit yang kini sudah menghentikan tangisannya, tersisa air yang tertahan di pepohonan,  menetes perlahan mengikuti hukum gravitasi.

Suara kendaraan setelah beberapa waktu hening membuat Kim Taehyung memutus pandangannya dari langit, pandangannya kini tertuju ke arah mobil yang berhenti sebab terkejut dengan keberadaan raga tak bernyawa di tengah jalan, dan mobil yang sudah ringsek menabrak pohon hingga tumbang.

"Aku begitu arogan hingga akhirnya jatuh begitu dalam di reinkarnasi terakhirku. Hyung, aku menyia-nyiakan 99 kehidupanku, dan sekarang aku benar-benar menyesal. Aku bodoh, hingga tidak bisa memperbaiki apa yang sebenarnya ingin aku perbaiki." Kim Taehyung menatap sekeliling yang mulai ramai, ada ambulans hingga mobil polisi dan sebuah mobil yang sangat dikenalnya hingga keluarnya sosok yang menjadi penyesalan terbesarnya.

"Kim Taehyung, dulu Dewa Takdir pernah bertanya kepadamu, apa yang ingin kau perbaiki hingga meminta reinkarnasi."

"Dia." Kim Taehyung mengacungkan jari ke arah sosok remaja laki-laki yang dipapah oleh seorang perempuan, sosok rapuh yang beberapa jam sebelum ini dia sakiti. Malaikat itu tersenyum simpul,  paham alasan Kim Taehyung jatuh begitu menyesal di reinkarnasi terakhirnya.  Dewa Takdir seperti mempermainkan Kim Taehyung, Ia tidak tahu permainan apalagi yang direncanakan Dewa Takdir untuk Kim Taehyung. Sepaham Seo Joon, Dewa Takdir mengajak kembali mengajak Kim Taehyung bermain penyesalan.

FIN.

Oneshoot BTS  (FF)Where stories live. Discover now