Part 4

515 62 0
                                    

Xiao Zhan menatap lekat seorang anak laki-laki yang saat ini tengah menyantap cookies pemberiannya dengan lahap. Wajahnya sangat tampan, ia seperti anak lelaki yang telah melewati masa pubertas...kulitnya putih bersih tanpa noda sedikit pun, sedikit pucat namun sepertinya halus tanpa celah, tubuhnya tinggi, dan surai dikepalanya─ hei, apa pihak sekolah mengizinkan para muridnya mengecat rambut dengan warna terang seperti abu-keperakan?

"Hei, kau kelas berapa?"

Ia bertanya namun lelaki itu tetap tak bersuara dan terus melahap cookies dalam toples yang didekapnya.

"Sebenarnya kelasmu...membuka stand atau caffe?" kedua kali Xiao Zhan bertanya namun orang itu tetap membisu.

Lelaki bertubuh mungil itu akhirnya bungkam dan lebih memilih untuk kembali mengamati sosok yang kini tengah duduk disampingnya, dibawah pohon halaman belakang sekolah.

Wajahnya jelas sekali jika ia adalah orang Asia. Ia nampak sangat cocok dengan kostum seperti kostum boneka yang dikenakannya...celana pendek sedikit diatas lutut motif kotak-kotak berwarna campuran merah-hitam, kemeja hitam lengan panjang dengan sedikit renda merah yang menghiasi bagian pergelangan tangannya, dilehernya melingkar apik dasi kupu-kupu besar dengan motif yang sama persis dengan celananya, sementara dikakinya ia mengenakan sepatu boots tinggi dibawah lutut berwarna hitam pekat dengan heels tipis yang membuatnya nampak cukup mewah.

Mungkin saja kelas anak ini membuka café dan ia bertugas sebagai pelayan...bukankah ada juga yang seperti itu, Xiao Zhan sempat melihatnya saat berkeliling sebentar dengan Paul.

"Kau benar-benar kelaparan, ya?" ucap Xiao Zhan seraya mengais serpihan kue disekitar dagu anak itu, membuatnya membeku sejenak dan kemudian memandang lelaki berparas manis tersebut sedikit terkejut...sementara yang dipandangi hanya balas menatap bingung "Ke-kenapa...?"

Anak itu tak menjawab dan kembali berkutat dengan toples cookies ditangannya. Xiao Zhan berdecak kesal...sebal juga rasanya diabaikan seperti ini.

"Dengarkan aku. Setelah selesai dengan makananmu, kau harus kembali kekelasmu dan melanjutkan tugasmu difestival...aku juga harus segera pergi dan menemui teman-temanku, paham?"

Mendengar ucapan Xiao Zhan, anak itu segera menghabiskan sisa kue ditoples hingga mulutnya mengembung karena penuh...susah payah ia mengunyah, sampai akhirnya memutuskan untuk menyambar sebotol air mineral ditangan Xiao Zhan dan meneguk isinya cepat agar lebih mudah menelan. Setelah itu ia tergesa mengusap mulutnya dan beralih menatap Xiao Zhan dengan 'mata tanpa dosa' miliknya.

"Aku Yibo!" ucapnya tiba-tiba membuat lelaki bertubuh mungil disampingnya melongo karena kaget "Na-namaku Yibo...aku tidak bersekolah ditempat ini. A-aku hanya merasa kesepian dan mendatangi tempat ini karena sangat ramai. Aku sangat suka keramaian..."

Sorot matanya mengundang hati Xiao Zhan untuk meng-iba. Mulutnya tertutup rapat mengunci seluruh kata yang hendak ia lontarkan...sosok asing ini membuat Xiao Zhan terpana. Paras tampannya, cara bicaranya yang lugu, sorot matanya yang tanpa dosa...sungguh mempesona.

"Kakak...apa aku telah melakukan kesalahan? Apakah kau berfikir kalau aku adalah anak nakal?"

"Kau...benar-benar bukan salah satu murid disekolah ini?"

Lelaki asing itu mengangguk pelan "U-ung~ maafkan aku..."

Xiao Zhan diam sejenak lalu menghela nafas, ia mengambil toples dan botol mineral dari anak yang mengaku bernama Yibo tersebut.

Senyum terlukis diwajah cantik Xiao Zhan "Tidak apa. Kau sama sekali tidak melakukan hal buruk, Yibo. Aku hanya sedikit salah paham." Ucap Xiao Zhan lembut seraya bangkit dari duduknya "Setelah ini kau bebas pergi atau tinggal jika masih ingin menikmati festival...tapi sayangnya aku harus kembali ketempat teman-temanku. Selamat tinggal, Yibo."

Lelaki bertubuh mungil itu mulai melangkah meninggalkan Yibo, namun langkahnya terhenti karena panggilan Yibo dan ia pun segera menoleh kebelakang.

"Kakak...aku kesepian dan tidak punya teman. Apa aku boleh menemuimu setiap hari? Aku berjanji tidak akan nakal, tidak akan membuat masalah dan jadi anak baik...bolehkah?"

Yibo telah berdiri dibawah naungan pohon, bayang-bayang dedaunan tecetak jelas diwajah putihnya. Xiao Zhan memandangnya sendu, kembali rasa iba muncul kepermukaan hatinya...mengapa sosok Yibo dapat dengan begitu mudahnya menarik hati?

Apakah bertemu dengan Yibo...merupakan hadiah dari dewi keberuntungan setelah kesialan yang terus menimpanya akhir-akhir ini?

"Ya, tentu saja..." ucap Xiao Zhan pada akhirnya, bibir tipisnya begitu saja melukiskan sebuah senyum tulus "Kau bisa datang kapan pun...selama tidak menggangguku belajar..."

... ... ... ... ...

Tiga hari setelah festival berakhir, kegiatan belajar mengajar kembali berlangsung seperti semula. Setiap sudut sekolah telah terbebas dari segala macam dekorasi festival dan semua kelas kembali berfungsi sebagaimana seharusnya.

Hari ini kegiatan belajar dikelas Xiao Zhan diawali dengan pelajaran olah raga. Separuh siswa bermain basket digedung indoor, sementara separuh sisanya bermain futsal dilapangan outdoor. Xiao Zhan memilih bermain sepak bola sementara Paul bermain basket.

Terlihat kini Xiao Zhan bersama tim-nya tengah beradu ketangkasan merebut bola dengan tim lawan. Dengan tubuh kecil dan kurus, gerakan lincah serta gesit... Xiao Zhan terlihat seperti pemain pro yang begitu mahir mengolah kulit bundar tersebut, bukan hal aneh sebenarnya karena sepak bola memanglah olah raga favorit lelaki manis berdarah asli China tersebut.

"Jo, terima ini!" seru Xiao Zhan langsung mengoper bola pada Jo yang berlari mengiringinya.

Jo mampu menerima bola dengan mulus, sambil terus men-dribble ia berlari menuju gawang... Xiao Zhan mengirinya dibelakang.

Sampai sebuah suara...meruntuhkan konsentrasinya.

"Kakak!!"

Langkah Xiao Zhan segera terhenti mendengar panggilan yang ia yakin ditujukan kepadanya meski tanpa menyebut nama. Entah sejak kapan warna suara tersebut terekam jelas dalam ingatannya, sehingga mustahil baginya untuk melupakan.

Pandangannya tertuju begitu saja kearah asal suara, kedua matanya mendapati sosok yang akhir-akhir ini selalu hadir didekatnya. Yibo. Berdiri dipinggir lapangan sepi, ia mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi seraya melambaikannya, tak lupa senyum lebar terukir jelas diwajah rupawan-nya yang berkulit putih-pucat itu. Xiao Zhan tersenyum kecil, mengapa anak itu senang sekali mengenakan pakaian seperti kostum boneka?

"Zhanzhan awas!!!"

Suara Jo menggelegar menusuk gendang telinganya. Xiao Zhan terhenyak dan segera mendapati sebuah benda bundar melesat dengan cepat kearahnya. Kepalanya kosong ketika itu, ia tak menggerakan kaki sedikit pun dan tetap bertahan...

Hingga bola tersebut...menghantam perut kecilnya dengan telak.

Xiao Zhan pun ambruk sambil merintih kesakitan dengan kedua tangan memeluk perutnya erat-erat.

.

.

.

To Be Continue

Kucing HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang