Epilog

603 72 13
                                    

Sebuah ruangan dalam suasana duka mendalam. Sebuah upacara kematian tengah berlangsung dalam temaram cahaya lilin sebagai satu-satunya sumber penerangan. Mereka semua mengenakan pakaian hitam, bertudung lebar hingga menutupi seluruh wajah dan kepala. Berkumpul dihadapan sebuah peti mati hitam yang terletak diatas udakan ujung ruangan...dengan rangkaian bunga mawar hitam mengelilingi tempat penyimpanan jenazah tersebut. Mereka menangis tersedu-sedu, bahkan meraung dengan sangat melengking.

Tak lama kemudian, terdengar derit engsel besi...tutup peti mati itu terangkat, sebuah tangan terlilit perban kotor muncul dari dalam, mendorong tutup peti hingga terbuka sepenuhnya.

Mereka berhenti tersedu secara bersamaan, hening menyeruak.

Tangan itu bertumpu pada tepi peti, menopang sesosok bertubuh mungil untuk meninggalkan posisi berbaringnya didalam peti.

Lelaki itu bersurai hitam, bertubuh mungil serta bermata bulat...dan dengan mata bulatnya tersebut ia menatap sekeliling. Sedikit lebih lama terpaku pada kerumunan berpakaian hitam tak jauh darinya, setelah itu ia memutuskan untuk berdiri menginggalkan peti mati kemudian melangkah pelan menuruni undakan satu persatu.

Tepat setelah kakinya menapak lantai, ia menatap sekujur tubuhnya sendiri. Tubuhnya yang mengenakan pakaian putih lusuh, ternodai tak sedikit bercak darah dan kecoklatan yang sepertinya adalah tanah kering. Bagian ujung celana serta lengan nampak habis dan lapuk akibat dikerumuni serangga.

Selain itu...terdapat pula lilitan perban kotor dikedua tangan dan kaki, leher serta kening.

Xiao Zhan meneguk liur tanpa sadar, tempat apa ini sebenarnya...ia bertanya pada diri sendiri.

Mereka yang berpakaian hitam menepi secara serempak, memberi jalan bagi Xiao Zhan untuk dilewatinya. Melangkah menuju pintu meninggalkan ruangan. Siapa mereka, Xiao Zhan sama sekali tak mengenal...wajah mereka sama sekali tak terlihat.

Kini Xiao Zhan tengah menyusuri lorong, entah ini rumah atau sebuah gedung...ia tidak pernah mendatangi tempat dengan penerangan minim semacam ini. Banyak serangga mati berceceran dimana-mana...terpajang tak sedikit lukisan menyeramkan didinding yang ia lewati.

Tiba-tiba terdengar derit besi berkarat mendekat, Xiao Zhan menatap lurus kedepan dimana terdapat dua persimpangan kanan dan kiri. Suara derit itu berasal dari arah kanan...tak lama kemudian muncul dari sana, sosok seorang dokter laki-laki tengah mendorong sebuh kursi roda kosong yang berderit bising.

Dokter itu memakai seragam operasi, dengan penutup mulut dan kepala serta sarung tangan karet. Ia terus berjalan...matanya melirik Xiao Zhan tajam sebelum pergi melewatinya begitu saja.

Sorot mata yang seolah menusuk jantung dengan telak.

Xiao Zhan kembali melangkah, ia berbelok kearah kiri dan hampir saja menjerit tatkala menemukan darah mengalir dari celah dibawah pintu. Darah kental itu terus mengalir, melebar hingga nyaris menyentuh ujung kaki telanjang Xiao Zhan.

Pintu terbuka secara tiba-tiba membuat Xiao Zhan tersentak. Seorang gadis bersurai panjang hitam kelam hingga menutupi sebagian wajahnya keluar dari sana, dia membawa sebuah golok berlumuran darah ditangan kiri...sementara terdapat kepala manusia ditangan kanannya. Ia membawa kepala itu dengan cara menjambak rambut tipis yang tersisa disana, darah masih menetes dari bagian leher yang putus.

Kepala itu bergerak...hingga nampaklah dua mata yang terbelalak menatap Xiao Zhan tajam, sebelum akhirnya berlalu dan menghilang begitu saja.

Pemilik surai Hitam itu meremas dada kirinya...tempat apa ini, tempat apa ini─

Ketika langit gelap

Sang raja iblis bangkit dari tanah

Membunuh manusia satu demi satu serta mengurung jiwa-jiwa mereka dalam penjara yang sempit, kotor dan gelap

Dia akan menyayat kulitmu

Dia akan memutus urat nadimu

Mencabut jantungmu

Dan menghancurkan tulang-belulangmu

Kini kau hanya seonggok daging tak berarti, tempat cacing dan belatung bersarang

Sampai membusuk, sampai membusuk, sampai membusuk

Kedua kalinya Xiao Zhan tersentak saat mendengar lantunan kata yang tidak asing baginya...ia berbalik, menghadap lorong kosong nan gelap tempat suara nyanyian berasal.

Ia melangkah lagi, kearah lorong gelap tersebut. Cukup lama ia melangkah hingga akhirnya menemukan sebuah ruangan dengan pintu terbuka. Cahaya merah terpancar keluar dari pintu, sungguh menarik perhatian. Xiao Zhan mendekat dan memasuki ruangan yang ternyata adalah kamar tersebut...terdapat tempat tidur klasik disana, lengkap dengan susunan laci, lemari serta meja rias dan cermin. Namun semua nampak tua, berdebu dan didiami sarang laba-laba.

Bunuh semua manusia

Jangan biarkan satu pun tersisa

Jadikan bumi ini sebagai lautan darah

Seseorang duduk diatas ranjang, membelakangi pintu hingga Xiao Zhan tak dapat melihat bagaimana rupanya. Ia mengenakan pakaian anak bangsawan kuno seperti boneka...mengingatkannya akan seseorang. Sepasang telinga kucing berwarna hitam mencuat dari kedua sisi kepalanya, juga sebuah ekor yang meliuk-liuk ditubuhnya.

Dia akan menyayat kulitmu

Dia akan memutus urat nadimu

Mencabut jantungmu─

"Membosankan!!" ucap sosok itu dengan gusar. Kedua tangannya bergerak-gerak seolah tengah mencari sesuatu.

Sosok itu lalu melempar sebuah boneka tanpa kepala tepat didekat kaki Xiao Zhan, membuat pemilik surai keemasan itu hampir terpekik.

"Tidak adakah sesuatu yang menarik?!!" ucapnya kesal kali ini. Masih duduk membelakangi pintu, mencari-cari sesuatu dan melempar benda yang tidak berkenan dihatinya.

Sebuah tengkorak manusia terlempar dan mendarat didekat kaki Xiao Zhan lagi, kemudian gigi manusia, tulang manusia serta bola mata manusia

"Aku bosan dan ingin bermain!!!"

Xiao Zhan nyaris menutup kedua telinganya mendengar lengkingan jeritan memekakan tersebut...ia menatap lekat punggung sosok didepannya tersebut. Berkali-kali meneguk liur yang tak jua dapat memuaskan kerongkongannya.

"...Yibo."

Tubuh sosok didepannya sedikit menegang...sebelum akhirnya menoleh kebelakang dan segera tersenyum lebar kala mata kuningnya yang menyala berbenturan langsung dengan mata bulat Xiao Zhan.

"Kakak!"

"Kakak...kau datang untuk menemaniku bermain kah? Senangnya~"

End

Kucing HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang