02 Nanon's Talk : The Jongcheveevats

337 41 7
                                    

"Buna, Nanon udah kenyang," buru-buru aku menghentikan tangan Buna yang hendak menuangkan kembali kuah kare ke piringku. Kalau tidak dihentikan, bisa-bisa seluruh isi panci akan diberikan Buna padaku.

Yep, aku tengah berada di rumah Ohm. Perlu waktu dua jam menggunakan kereta untuk sampai di rumah. Begitu aku dan Ohm sampai di depan gerbang, Buna--ibunya Ohm--langsung menyambut kami berdua, sebenarnya lebih tepat dibilang "menyambutku".

"Aduuhh, Nanon. Kamu kok kayaknya lebih kurus sekarang. Kamu jarang makan? Apa Ohm selalu ngambil makanan kamu?" Buna menepuk-nepuk pipiku sembari menggoyangkan badanku ke kanan dan ke kiri.

"Sebenarnya anak Buna itu siapa sih?" Ohm terlihat merengut di sampingku.

Tampaknya Buna tidak repot-repot menanggapi Ohm karena Buna langsung menarik tanganku menuju ke rumah.

"Ayo langsung makan aja. Buna udah siapin semuanya. Kamu makan yang banyak ya, Nanon. Masa-masa pertumbuhan kayak kamu gini perlu banyak makan," aku hanya tersenyum sembari mengangguk-angguk mendengarkan Buna. Ohm, masih dengan muka merengutnya, mengikuti kami berdua dari belakang.

Jadilah sekarang aku tengah berada di meja makan bersama Ohm dan Buna yang sedang sibuk menata makanan dalam kotak-kotak dan bungkusan. Ohm tidak bohong saat bilang kalau Uncle Mew membawa oleh-oleh yang kelewat banyak.

"Bang Iwin mana, Buna?" tanya Ohm dengan mulut berisi penuh dengan nasi kare.

"Kebiasaan, kalau makan dibilang telan dulu baru bicara," ucap Buna tanpa mengalihkan pandangannya dari kotak berisi sushi beraneka warna yang terlihat lezat.

"Loh, Bang Iwin juga pulang hari ini?" tanyaku menimbrung.

"Iya, tapi kayaknya masih di perjalanan. Mungkin bentar lagi abangmu itu datang," Buna menjawab dengan senyuman khas yang membuat wajahnya terlihat sangat cantik.

"Pas Nanon yang tanya langsung dijawab, giliran aku yang tanya malah dimarahin," Ohm tiba-tiba menyahut.

"Ohm, Buna kan sudah bilang telan dulu nasinya."

"Bunaaaaa!!" aku baru menyadari bahwa muka Ohm masih cemberut semenjak kami datang tadi. Aku tertawa kecil melihatnya.

Oke, jangan salah paham. Sebenarnya pemandangan seperti ini sudah biasa terjadi tiap kali aku main ke rumah Ohm. Buna memang hobi mengomeli anak-anaknya, dan yah seperti yang kita tahu bahwa rumput tetangga akan terlihat lebih hijau, mungkin bagi Buna, aku terlihat lebih baik dalam kategori menjadi "anak" apabila dibandingkan dengan Ohm, meski entah apa alasannya. Ohm yang sudah terbiasa akan selalu memasang raut muka merengut, akan tetapi dalam hatinya percayalah dia biasa-biasa saja kok saat dibanding-bandingkan denganku. Setidaknya aku harap begitu.

Ohm masih sibuk mengunyah makanananya ketika tiba-tiba Uncle Mew datang sembari membawa satu kotak berwarna cokelat.

"Sayang, ini nanti yang mau dikasih ke Tay?" Uncle Mew menghampiri Buna yang masih sibuk menata sushi.

"Oh?" Buna terlihat kaget melihat Uncle Mew tiba-tiba berdiri di belakangnya.

"Iyaa, benar kotak yang itu. Dan ini juga nanti sushi buat Nanon dan Newwie," Buna membalikkan badan menghadap Uncle Mew lalu menyuapkan sepotong sushi dengan salmon mentah di atasnya. "Aaaak," Buna mencoba menyuapkan sushi ke Uncle Mew akan tetapi buru-buru Uncle Mew menghindar dan malah memeluk Buna sembari menahan tangan Buna yang memegang sushi.

"Oi oi oi, sampai kapan aku bakal diusilin pake sushi mentah begini?" Buna malah terkikik mendengar perkataan suaminya.

"Ohok, ohok, uhukk," itu adalah Ohm yang sedang membuat-buat suara orang batuk.

Don't Get Close to Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang