"Nanon?"
Terdengar suara Ohm mengulangi perkataannya. Aku sengaja pura-pura tidak mendengar dan segera pergi melengos begitu saja. But it's too late. Sosok tinggi dengan badan kekar menjulang di sampingku. Kenapa aku mendeskripsikan Ohm layaknya tukang kuli angkut pasar ya? Well, tapi kalau boleh jujur, untuk seumuran anak yang baru masuk SMA, postur badan Ohm memang terlalu bulky. Dibandingkan denganku, Ohm memang lebih unggul di bidang atletis. Terbukti dengan dia yang masuk klub inti Tim Rugby sewaktu SMP. Mungkin itu yang menyebabkan postur tubuhnya menjadi kelewat kekar, meski tidak sekekar Ade Rai."Udah SMA, dan lo masih aja nyuekin gue?" suara Ohm terdengar kesal.
Baiklah, aku menghentikan langkahku sembari berbalik arah menghadap Ohm.
"Kali ini lo ngerayu Mom pake apa sampe tau gue daftar di sekolah ini?" tanyaku tanpa basa-basi.
"Ouh? Maksudnya apa nih? Kok lo nggak mikir simpel aja sih, misal kayak kita kembali dipertemukan oleh takdir dan akan selalu bersama di setiap babak hidup kita." Ohm mengucapkan kalimatnya tak lupa dengan peragaan ala-ala pujangga yang membacakan syair romantis, kalian bayangkan sendiri sajalah.
"Hoek, lo bikin gue merinding." aku kembali melengos meninggalkan Ohm.
"Eh, Non! Tunggu. Lo mau ke mana?" Ohm segera menjajari langkahku.
"Ke kelas lah. Abis ini upacara pembukaan bakal di mulai." jawabku tanpa menoleh ke arah Ohm.
"Emang lo udah liat masuk di kelas apa?"
Langkahku seketika terhenti.Shia! Benar juga. Aku belum sempat melihat namaku berada di kelas apa.
Ohm tampak tersenyum puas."Nanon Korapat, kelas XB. Pun juga Ohm Pawat. Jadi, ayo kita ke kelas bareng-bareng, my dear classmate."
Ohm merangkulkan lengan kirinya ke pundakku. Kalau situasi normal, aku pasti akan langsung menggeplaknya dan menghempas lengan bodi kuli pasar yang menggantung sangat berat di leherku. Namun kali ini biarlah, anggap saja terima kasih karena dia telah melihatkan nama dan kelasku. Well, maybe I can let my walls down a little bit.
Kami berdua berjalan berdampingan.
"Ei, Ohm." ucapku pelan.
"Ya?"
"Emang lo tau kelas XB di sebelah mana?"
"Nggak."------
Rasanya kakiku hampir copot.
Mungkin kalian pikir aku bercanda tapi aku serius. Kalau ingatanku tidak salah, setelah hampir 3 kali mengelilingi gedung lantai satu Wittaya SHS, yang menghabiskan waktu sekitar 30 menit dengan kondisi berjalan cepat, akhirnya kami berdua menemukan kelas XB, yang ternyata berada di lantai 2."Lo hahh hahh, shengajha khan hhah hahh mhuter-mhuterin hah hahhh ghu we?" kalimatku beradu aneh dengan napasku yang tersengal-sengal akibat anak tangga yang terlalu tinggi dan terlalu panjang untuk ukuran naik satu lantai.
"Ini namanya study location, Nanon. Gimana lo bisa nyebut diri lo siswa Wittaya kalo lo nggak tau medan area sekolah kita?"
Medan area pala kau! Ingin sekali kujitak kepala Ohm (seperti yang biasa aku lakukan) tapi saat ini aku benar-benar kehabisan energi.
Bagaimana tidak? Alih-alih segera mencari kelas XB, Ohm mengajak mampir ke kantin dengan alasan haus dan ingin mencoba Thai Tea yang katanya sangat lezat di kantin Wittaya, seperti asli dari Thailand. Setelah mendapatkan ThaiTea-nya, Ohm mengatakan kebelet pipis dan sudah tidak bisa di tahan lagi. Ohm bilang dia butuh privasi untuk melaksanakan hajatnya sehingga Ohm mengajak untuk pergi ke toilet di bagian belakang sekolah. Terakhir, dia bilang kalau dia lupa belum menggambil jadwal pelajaran dan kartu tanda pelajar di bagian administrasi, yang artinya kita harus ke bagian depan bangunan sekolah. Sesampainya di bagian administrasi, bel tanda upacara akan dimulai tiba-tiba berbunyi. Dengan dibumbui omelan-omelan dari Bu Penjaga TU lantaran dikira terlambat datang ke sekolah, Ohm segera mengambil jadwal dan kartu pelajarnya.
Berbekal arahan dari Bu TU, kami berdua segera berlari-lari kecil menuju kelas XB yang terletak di lantai dua.
"Naik tangga ajalah. Lift-nya pasti rame banget antrinya." ucapku sambil langsung menapak anak tangga yang menuju lantai dua. Ohm terlihat tidak protes dan langsung mengikutiku.
Sesampainya di kelas, aku segera melempar tasku ke bangku yang masih kosong. Tentu saja tidak banyak pilihan. Tinggal bangku di area dua baris depan yang masih banyak tersedia.
Tapi itu bukan masalah. Meski aku datang lebih awal dan memiliki kesempatan memilih tempat duduk, aku tetap akan memilih bangku depan, lebih mudah untuk mencatat pelajaran mengingat mata miopiku.Namun sepertinya Ohm tidak bergitu senang dengan hal ini. Meski tidak depan sendiri, Ohm mendapat bangku nomor dua dari depan, berjarak 3 deret dariku.
"Makanya lain kali kalau mau sekolah, pipis dulu di rumah!" ucapku dengan nada mengejek, sembari melempar cengiran yang secara tersirat berarti "Hah kapok kau!"
Alih-alih jengkel, Ohm justru tertawa lebar.
"Ouih! Setelah sekian lama, kayaknya baru kali ini gue liat lo ngomong ke gue sambil senyum nunjukin dimples lo gitu," ucap Ohm sembari menepuk pipi kiriku.
"Ei, satt!" ucapku sambil menghindar.
"Coba dong Non senyum tunjukin dimples lo dua-duanya. Yaa? yaa?? yaa??" Ohm semakin menjadi-jadi. Dia menelangkupkan kedua tangannya ke mukaku.
Jujur, sepertinya memang semua badan Ohm Pawat memiliki spek kuli angkut pasar. Saat ini mukaku hampir seluruhnya tertutup tangan Ohm.
"Ei, Ohm! Lo ngapain sih? Lepas cepet lepas. Entar ada yang ngelihat," sekuat tenaga aku berusaha menepis kedua tangan Ohm yang sekarang tengah memijat-mijat pipiku sambil terus merajuk.
"Senyum, cepet. Mana liat dimples-nya."
"Nggak! Udah cepet lepasin. Gila lo,"
"Iya gue lepas tapi senyum duluu. Nnaa?? Nnaaa??" sekarang giliran Ohm memasang mimik muka tersenyum lebar, yang membuat kedua matanya tenggelam.
"Oii Ohm udah jangan main-main abis ini upacara mulai. Ei, Ohm!!"
Suara langkah kaki dari luar kelas menghentikan kami berdua. Reflek aku dan Ohm segera menunduk bersembunyi di balik meja ketika kami mengetahui siapa pemilik langkah kaki tersebut.
"Lo udah tau Heesu di sini juga?" tanyaku pada Ohm.
"H'em. Gue ketemu dia waktu mau masuk gerbang. Sumpah gue kaget banget. Kok bisa ya tuh begundal keterima di Wittaya?"
Ucapan Ohm mungkin terdengar sinis dan merendahkan. Tapi kalau aku pikir-pikir lagi, Ohm ada benarnya juga. Kok bisa Heesu diterima di Wittaya?
Aku tidak perlu repot-repot menanyakan Ohm dia masuk lewat jalur apa. Mengingat koleksi piala dan piagam kejuaraan Rugby yang berjajar di lemari kamarnya. Selain itu, reputasi Ohm di bidang akademis juga dapat dikatakan cukup baik (Well, meski tidak sepertiku yang selalu dapat mempertahankan peringkat 3 besar paralel).
Kalau kalian tanya, aku masuk lewat jalur normal. Ya maksudnya normal, aku menyerahkan daftar nilaiku selama SMP, ditambah dengan sertifikat lomba Band Music kategori Best of Song's Writer yang aku ikuti bersama Ohm sewaktu kelas 8 SMP dulu, waktu di mana sebelum semua hal menjadi rumit.Okay kembali membahas Heesu. Jikalau ingatanku masih bagus, Heesu tidak pernah masuk dalam daftar 10 besar kelas. Meski juga tidak cocok kalau menyebutnya bodoh. Prestasi di bidang olah raga juga sepertinya tidak ada. Boro-boro ikut lomba bidang olah raga, Heesu adalah tipe murid yang akan mencari tempat paling teduh saat melakukan warming-up sebelum pelajaran di mulai. Satu-satunya hal yang andal dia lakukan adalah bergosip dan menyebarkan provokasi. Hmm, susah juga untuk tetap berpikir positif kalau menyangkut Heesu.
Mungkin Ohm menyadari bahwa raut mukaku berubah dan aku termenung sesaat setelah membahas Heesu.
Tiba-tiba Ohm menarik pundakku dan mendekatkan wajahnya persis di depanku."Jangan sedih gitu dong! No need to worry because husband is here to protect you."
Sangat dekat. Wajah kami berdua sangat dekat hingga aku bisa melihat dengan jelas tatapan sengit khas dari kedua bola matanya, dan senyuman separuh bibir yang selalu dilakukan Ohm setiap saat dia berbicara padaku.
Plak! aku sontak menggeplak kepala Ohm Pawat.
-to be continued.
ps : Sorry aku up Part 1 ini dikit-dikit ya. 😭
Hope you enjoy my story.
Much love❤💚💚❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Get Close to Me!
FanfictionDilahirkan dengan muka imut dengan dimples (lesung pipi) di kedua pipinya, membuat Nanon Korapat dibuli oleh teman-temannya di SMP. Wajah imutnya yang memberikan kesan "cantik" justru membuatnya risih. Situasi semakin menyebalkan ketika Heesu selal...