"Terima kasih, selamat datang kembali." ucap penjaga kasir sembari menyodorkan dua gelas ice tea less sugar.
Aku menerimanya sembari mengangguk pelan, lalu segera mengedarkan pandanganku ke penjuru cafe yang saat itu tengah ramai oleh pengunjung.
Shia! umpatku dalam hati.
Yah, memang begini resikonya kalau datang pada jam pulang sekolah, pasti akan ramai oleh anak-anak yang masih memakai seragam-termasuk aku.
Hari ini Ohm mengajakku untuk berkunjung ke rumahnya, Uncle Mew--Daddy-nya Ohm--baru saja pulang dari perjalanan bisnis dan membawa oleh-oleh yang sangat banyak. Yah, kalau aku ingat-ingat Uncle Mew selalu membeli oleh-oleh yang kelewat banyak tiap kali pulang dari suatu tempat. Tanpa perlu ditanya lagi, aku langsung meng-iya-kan ajakan Ohm dengan ekspresi muka yang kelewat girang.
Bagaimana tidak? Terakhir kali Uncle Mew memberiku oleh-oleh adalah satu kotak besar es krim 12 rasa yang sangat lezat--aku lupa apa saja varian rasanya--yang begitu sampai di kulkas rumahku, kotak es krim lezat itu hanya bertahan tiga hari sebelum habis tak bersisa.
Akan tetapi segala sesuatu pasti akan datang lengkap dengan sisi baik dan sisi buruk, seperti saat ini.
Sisi buruknya adalah setelah jam pulang sekolah (lagi-lagi) Ohm masih harus menemui Miss Pech dan lanjut untuk briefing strategi dengan tim rugby. Aku tidak habis pikir kenapa tim rugby sangat sering mengadakan briefing, bahkan hampir setiap hari. Mengalahkan rapat koordinasi acara inagurasi klub musik yang hanya satu kali tiap minggu.
Sebenarnya Ohm mengajakku untuk ikut dengannya, tapi hei yang benar saja. Aku akan merasa canggung dengan Miss Pech dan aku tidak mau mendengarkan ceramah dari coach yang kata Ohm selalu disisipi dengan curhatan rumah tangga dan masalah hidup.Jadilah aku memutuskan untuk menunggu di cafe dekat sekolah kami, sembari hendak melanjutkan rancangan konsep lighting untuk pentas inagurasi.
Aku kembali mengedarkan pandanganku sambil komat-kamit berdoa agar ada bangku kosong tersedia, hingga ekor mataku menangkap satu meja yang terletak di pojok ruangan, agak tertutup oleh hiasan bunga-bunga dekorasi cafe. Meja tersebut untuk dua orang, akan tetapi hanya ada satu orang yang tengah duduk di sana.
Hmm, aku rasa aku tidak punya pilihan lain.
Segera aku mendekati meja tersebut, lalu berkata pelan.
"Um, permisi. Apakah kursi ini kosong? Kalau iya, boleh nggak saya tempatin? Soalnya saya rasa semua kursi yang lain sudah ada pemiliknya," aku berkata sesopan mungkin.
Beberapa detik kemudian aku terkejut, lantaran melihat orang yang kini tengah berbalik badan dan menghadap ke arahku.
"Phi Dim?" aku langsung mengenali pemuda dengan kemeja putih dan celana hitam--tentu saja seragam anak kuliahan--yang tengah duduk sendirian dengan satu kursi kosong di depannya.
"Nanon," ucap Phi Dim sembari tersenyum. Ekspresi Phi Dim tampak tenang, tidak terlalu terkejut sepertiku."Phi datang ke sini sama temen?"
"Santai, duduk aja. Kosong kok," jawab Phi Dim, yang membuatku sontak bersyukur dalam hati.
Aku segera mengempaskan badanku ke kursi dan melepas tas dari punggungku. Lantaran membawa laptop, isi tasku menjadi dua kali lebih berat dari biasanya.
Aku hendak meminum ice tea yang tadi kupesan, tapi kemudian aku berhenti sejenak lantaran bingung apakah aku harus membagi ice tea--yang sebenarnya akan kuberikan untuk Ohm--atau aku minum sendiri saja. Phi Dim seakan menyadari hal itu, karena kemudian ia berkata,
"Minum aja, aku udah pesan minum juga kok," kata Phi Dim sambil meneguk segelas minuman di depannya--yang sepertinya adalah Americano Iced Coffe.
Oh, syukurlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Get Close to Me!
FanfictionDilahirkan dengan muka imut dengan dimples (lesung pipi) di kedua pipinya, membuat Nanon Korapat dibuli oleh teman-temannya di SMP. Wajah imutnya yang memberikan kesan "cantik" justru membuatnya risih. Situasi semakin menyebalkan ketika Heesu selal...