"Gue lebih percaya Hitler mati di Garut daripada anak Psikologi bersedia ganti panti mereka," celetuk Satya ketika ia dan para BPH berkumpul di sekretariat.
"Lebih mungkin Hitler mati di Garut enggak sih," timpal Serena yang sama-sama menolak percaya.
Karin cuma diam memainkan ponselnya. Sesekali menatap dua orang itu dengan senyum miring.
Sengaja ia meminta Januar agar tidak mengabarkan bahwa ialah yang berhasil 'membujuk' Mahesa untuk menyetujui permintaan mengganti lokasi panti. Bakal sangat merepotkan meladeni pertanyaan mereka jika teman-teman HIMA-nya tahu apalagi Satya.
Untungnya Januar tidak banyak protes selain memberi tatapan curiga kepada Karin.
"Enggak usah dipikirinlah –yang penting lo gak perlu minta ttd lagi kan?" sahut Karin.
"Iya sih... Eh tapi kalau gitu jadi mereka gak sih yang minta ttd ulang? Gak cuma itu mereka juga harus ngetik ulang proposal sama surat-surat kan?"
Karin tertegun.
Sungguh ia sama sekali tidak kepikiran ke sana. Saat menemui Mahesa yang ada di otaknya hanyalah bagaimana mereka mesti berhasil mendapatkan panti itu balik tanpa terlintas di benaknya anak Psikologi akan mengalami situasi yang juga berbalik –alias merevisi semua dokumen-dokumen yang dibutuhkan.
Bagaimana cara Mahesa ngomong ke teman-teman HIMA-nya ya? Well, itu bukan urusan Karin juga sih. Toh Mahesa sendiri yang menawarkan. Kemarin pun Mahesa tidak mengatakan kendala apapun tentang penggantian lokasi panti. Berarti segalanya aman kan?
"Ya itu urusan mereka. Pokoknya kita enggak perlu capek-capek lagi," balas Karin disertai kedikan bahu.
"Nah makanya gue lebih percaya Hitler mati di Garut daripada anak Psikologi mau ngerevisi ulang surat-surat mereka karena yang benar aja –mahasiswa Psikologi IPK 4.00 cum laude lulus tiga tahun pun gue rasa gak bakal serela itu buat ngetik ulang tuh surat-surat hanya karena anak fakultas sebelah mohon-mohon."
"Tapi emang ketuanya yang setuju sih, Januar bilang gitu." Serena menjawab.
"Si Mahesa? Njir waktu pertama kali kita ketemu gayanya kayak mau nantangi –napa dia tiba-tiba berubah pikiran ya?"
Refleks Karin memalingkan wajah.
Untuk masalah begini baru Satya serius menggunakan otaknya. Benar-benar ingin Karin pukul.
"Kalian ada liat Januar gak?" Cantika si bendahara mendadak muncul di depan pintu.
"Astaga Can, bikin kaget aja lo tiba-tiba muncul gitu," keluh Satya sambil mengelus dadanya. "Enggak ada dia ke sini, udah lo chat?"
Obrolan pun berganti tak lagi membicarakan Mahesa. Namun bukan berarti Karin serta-merta lepas dari cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
wildest dream - heeseung x karina
Fanfictionspinoff limit || 17+ Arjuna Pradipta adalah patah hati terbesar Karenina Sekar Ayu. Enam bulan menjalin hubungan hanya untuk menerima kenyataan bahwa Arjuna jauh lebih berengsek dari apa yang ia kira. Mahesa Aditya adalah kejutan tak terduga Karenin...