Pertemuannya dengan Mahesa bagai takdir yang tidak Karin kehendaki. Selain Karin jadi kehilangan daftar penyumbang dana, ia juga malu karena teringat Mahesa menyebutnya sebagai 'pacar' Juna bukan 'mantan' yang sialnya tidak Karin koreksi sama sekali. Bisa-bisa Mahesa berpikir kalau Karin masih belum move on (walau memang iya).
Namun Karin sangsi Mahesa tahu menahu mengenai status hubungannya dengan Juna. Kecuali jika ia berada di bar waktu itu. Karin penasaran apa Mahesa juga berada di kejadian titik awal putusnya hubungan ia dan Juna tapi ia berdoa semoga saja tidak.
Karin menguap. Perkuliahan hari ini berlangsung hingga larut. Pukul 17.45 baru mereka dipersilakan pulang. Karin berjalan menuju halte bus seusai berdadah ria dengan Sonya dan Nana yang bertolak arah ke parkiran motor. Mereka selalu pulang bareng karena satu kosan.
Langit mulai menggelap. Biasanya jam segini Juna akan menjemputnya dengan motor Kawasaki Ninja miliknya lalu mereka berjalan-jalan sejenak mengelilingi kota sebelum menghabiskan malam berduaan di kos Karin.
Tapi sekarang Juna sudah tidak eksis di agenda Karin. Kendati Karin tetap sulit beradaptasi dengan kenyataan itu. Adakalanya ia masih menunggu Juna acap kali perkuliahannya selesai yang kemudian dihantam realita bahwa ia dan laki-laki itu sudah putus.
Damn. Karin really hates herself. Apa sebenarnya kelebihan Juna dibanding mantan-mantannya yang lain sehingga cowok itu senantiasa menempati posisi teratas di hatinya? Karin tahu jawabannya tapi ia menampik diri. Ia benci mengakui bahwa Juna memang sespesial itu di dalam hidup seorang Karenina Sekar Ayu.
Pernah Wina berkata Juna hanyalah bad boy berkedok jamet dan ia kerap meledek selera Karin yang aneh tapi Wina sendiri sadar jikalau Karin jauh terlihat bahagia ketika bersama Juna.
Perkataan itu benar.
Juna is a color for Karin's canvas.
Kini kanvas itu kembali kosong merongrong minta diwarnai tapi sang pencipta telah kehilangan catnya.
Karin menghela napas, menyandarkan tubuhnya ke tiang penyangga. Ia memejamkan mata yang lelah bergelut dengan power point dosen sedari siang. Sudut kepalanya berputar menuntunnya pada memori tentang Juna dan masa lalu.
Waktu terus bertambah tapi bus yang Karin tunggu tak kian datang.
Rasa kantuk perlahan menyerang. Barangkali tidur sebentar tidak masalah. Karin mendekap erat tas selempangnya berjaga-jaga supaya tidak kecopetan alih-alih copet ia malah dikagetkan teguran seseorang.
"Mending lo ke perpus kalau mau tidur sebentar."
Membuka kelopak matanya, Karin berdecak malas. Rupanya ia dipertemukan lagi dengan si Mahesa Mahesa ini dan ya —pertemuan kedua yang tidak dikehendaki. Kenapa laki-laki ini ada di mana-mana?
"Lo ngapain di sini?"
"Nunggu bus."
Karin menjulingkan pupilnya. "Gue tahu —maksud gue kenapa lo gak nunggu di fakultas lo?"
"Memangnya kenapa kalau gue nunggu di sini? Ini halte cuma buat anak FE aja?"
Tidak ingin marah-marah, Karin pun tidak merespon. Hanya mendengus lalu lanjut menutup mata.
Bus kampus yang mereka tunggu melewati seluruh fakultas dan alasan Karin menaiki bus supaya ia tidak perlu capek-capek jalan menuju gerbang utama kampus guna mencari bus kota. Karin enggak punya kendaraan pribadi untuk pulang ke kos. Orangtuanya (ibunya lebih tepatnya) tidak sekaya itu hingga sanggup membelinya mobil atau motor. Lagian kosnya berada dekat sini jadi membeli kendaran pribadi cuma buang-buang uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
wildest dream - heeseung x karina
Fiksi Penggemarspinoff limit || 17+ Arjuna Pradipta adalah patah hati terbesar Karenina Sekar Ayu. Enam bulan menjalin hubungan hanya untuk menerima kenyataan bahwa Arjuna jauh lebih berengsek dari apa yang ia kira. Mahesa Aditya adalah kejutan tak terduga Karenin...