2 | when i let you go (ii)

1.4K 192 4
                                    

Penampilan Karin sangat buruk hari ini. Kantung mata melebar, jerawat yang entah kapan munculnya menghiasi jidat, rambut yang diikat acak-acakan, dan bibir pucat tidak dilapis lipstick. Teman-temannya yang melihat hanya bisa memberi tatapan prihatin sebab mereka mengerti apa yang tengah terjadi kepada Karin.

"Jangan bilang lo gak tidur lagi?"

Karin mengangguk tidak membantah. Bagaimana mungkin ia bisa tidur setelah pesan yang dikirim Juna minggu lalu? Setelah mereka akhirnya memutuskan untuk mengakhiri enam bulan jalinan cinta. Ia mengeluarkan laptop yang berisi data-data kuliahnya. Kepalanya masih pusing akibat kekurangan tidur tapi saat ini ia memiliki kerjaan yang lebih penting yaitu mengetik proposal dana.

"Rin, nanti aja itu dikerjain. Makan dululah, lo dari tadi ga ada mesan apa-apa," pinta Nana teman sekelas Karin.

Mengedarkan pandangan ke etalase, Karin mengernyit tidak bernafsu melihat menu makanan yang tersedia. Seandainya suasana hatinya tidak buruk maka ia sudah memesan soto ayam Bu Irda yang merupakan menu favoritnya di kantin ini.

"Gue gak nafsu," sahut Karin.

Nana memandang Sonya meminta bantuan agar ikut menyuruh Karin makan tapi si gadis yang juga sekelas dengan mereka mengangkat bahu pasrah. Sadar apapun yang mereka perintahkan tidak akan digubris Karin.

"Lo lagi ngerjain apa sih?" Akhirnya Nana bertanya hal lain.

"Proposal dana. Si Januar udah minta."

"Ini tuh yang kegiatan nyambangin anak panti ya?"

Karin mengangguk. Sudah menjadi agenda bagi anak-anak HIMA Manajemen setiap enam bulan sekali wajib mengunjungi panti asuhan atau panti jompo. Lantaran enam bulan lalu Karin dan kawan-kawan memilih panti jompo maka kali ini tujuan mereka ialah panti asuhan.

Selaku sekretaris HIMA tentu Karin yang bertanggung jawab atas surat permohonan dana.

"Mau minta dana ke siapa aja Rin rencananya?"

"Ke dosen yang utama. Mau minta ke LKM juga tapi pada beda-beda tempatnya jadi bingung."

"Ke LKM dekat sini gak ada emang?"

Jemari Karin berhenti menekan keyboard, ia memiringkan kepala tampak berpikir. "Ada sih satu dua tempat disarankan Januar, katanya mesti dicek dulu mereka mau apa gak tapi belum gue cek cek, kelupaan."

"Kepikiran Kak Juna mulu sih lo—" Sonya refleks menutup mulut ketika Karin menatapnya tajam lalu ia buru-buru melanjutkan, "Btw kenapa kudu dicek?"

"Biasanya ada LKM yang cuma bersedia biayain satu kegiatan. Makanya dipastiin dulu mereka udah ada yang minta atau gak daripada namanya keburu dicantumin kan."

"Iya dengar-dengar HIMA Psikologi sama Akuntansi mau ngadain kegiatan juga," timpal Nana.

Sejatinya ini juga sempat dipermasalahkan pengurus yang lain. Anak Psikologi dan Manajemen sama-sama memiliki jadwal menyambangi anak panti tahun ini. Jadwalnya berbentrokan tapi ujung-ujungnya tetap dilaksanakan karena yakin panti yang mereka sambangi pasti berbeda naungan.

"Lah mesti cepat-cepat dijumpai dong? Gak mau lo datangi pulang kuliah nanti? Gue temani deh," tawar Sonya.

Karin menghela napas. Jujur, sepulang kuliah ia ingin cepat-cepat balik ke kosanya kemudian tidur sepuasnya tapi wajah menuntut Januar yang terbayang di pikiran menghalangi niatnya tersebut.

Ugh. Ini gara-gara Juna sialan.

"Serius?" tanya Karin memastikan.

"Serius. Lo ikut gak Na?"

wildest dream - heeseung x karinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang