6. nasihat dari Rendi

12 2 0
                                        

"Mencoba beradaptasi dengan diri sendiri itu sulit,"
-Rendi


6.nasihat dari Rendi

"Udah di kasih tau, jangan ketemu sama papa. Batu banget kamu,"

"Yakan namanya penasaran itu tidak bisa di kalahkan,"

"Ya ya, dia ngomong apa aja?,"

"Banyak lah, tapi yang paling gue benci, bajingan itu nyuruh gue nikah,"

"CK, brengsek,"

"Woy, anjing ngga inget ada orang lain disini hah,"

"Coba lah untuk mengerti, saya agar saya tidak gabut. Gue cape lho lari-larian lho dari apart ke cafe abis itu ke sini lagi,"

Kenna memang sudah menjemput Zela dan membawanya ke apartemen Kenna. Apartemen yang di belikan Zela, ralat punya Zela. Tapi sesampainya Kenna di cafe Kenna melongo karna bukan dia saja yang di panggil ke cafe itu. Tapi ada Kayla. Memang Kenna sudah mengenal Kayla Karna Zela sendiri yang mengenalinya

Flashback

Kenna mencari Zela ke tempat cafe itu tapi nihil. Namun ada beberapa benda yang bergeser menunjukkan tempat Zela berada, seperti kursi-kursi mendadak menjadi bergeseran seperti menunjukkan suatu ruangan yang sangat aneh, pasalnya ini cafe bukan restoran maupun ruang makan.

Kenna yakin ini adalah perbuatan teman tak kasat mata Zela. Dan ya Kenna mengikut kursi-kursi itu mengarah ke mana. Di depan pintu ia kebingungan, mengapa ada ruangan ini?, Apakah ini rumah makan, tapi Zela mengatakan ini cafe

Di depan pintu yang terbuka sedikit, ia mengintip. Di sana ada dua orang berkelamin perempuan, lalu ia membuka pintu itu sampai semua yang ada di dalam ruangan tersebut terlihat dari luar. Kenna diam terpaku karna melihat dua perempuan itu saling berpelukan, (yang otaknya kemana-mana skip)

Pelukan itu seperti menguatkan satu sama lain, seperti handphone yang kekurangan baterai. Ya Zela ia kalau di ibaratkan seperti handphone yang kekurangan baterai, dan Kayla adalah power Bank

"Zela,"

"Eh Kenna, sini sayang," balas Kayla sambil menghapus air mata dengan tersenyum manis

"Maaf kalo kenna ganggu, Zela kenapa kak,"

"Ketemu lagi sama si brengsek itu,"

"Papa Jo?,"

"Iya, marahin aja si Zela sana, kakak cape ceramahin dia,"

"Pulang yuk, ke apart aku,"

"Heh apart gue tuh, yang beli gue enak banget lo. Sini maju lho,"

"Ni anak ya lagi mewek masih aja masih ngamuk"

"Kak, pulang aja deh yuk,"

"Lo anjong banget sih, gue nya ngga dia ajak,"

"Bangsat lo, buru ah,"

Zela berlari untuk menyusul kedua orang yang berbeda umur, atau berbeda segalanya??

Flashback off

"Kak, bagaimana tanggapan anda memiliki adik yang aneh seperti Zel-, bangsat," ucap kenna terpotong di karena kan ada tangan yang sudah mendarat di lengan gadis itu

"Zela itu sebenarnya ngga aneh tapi, mau caper aja makanya aneh,"

" Ngga ya enak banget Lo pada, emang paling bener cuma Rendi,"

"Maaf kak dia hanya hantu, tak bisa di peluk, haha," ucap Kenna Sabil tertawa terbahak-bahak

"Andai kau tau, kau sudah menjadi indigo,"

"Anjir, ah lo bajingan," ucap Kenna sambil menutup matanya dan berucap bismillah

"Kenapa di tutup anjir,"

"Mau tidur gue, awas lo pada berisik," ucap Kenna sambil melangkah jauh menuju kamarnya

🌧️🌧️🌧️

Hari ini terasa sangat singkat, jika tadi siang Zela bertemu dengan ayahnya dan berakhir di rumah Kenna, saat ini Zela mendiamkan diri di kamar. Sudah biasa jika Zela melihat sesuatu yang akan terjadi di hari yang akan datang Zela akan merenungi diri

Yang ada di pikirannya adalah seorang yang akan menjadi korban di hari yang akan datang itu, walaupun Zela tak mengenali gadis itu tapi rasanya sakit jika Zela harus melihat gadis itu mati di matamya sendiri. Meninggal secara tragis

Rasanya ingin menyalahkan takdir jika ia harus merasakan dan melihat kejadian yang sangat penuh kesedihan. Di dalam lubuk hatinya menyalahkan diri nya sendiri telah mendahului tuhan dan melihat korban. Namun Rendi selalu menyakinkan dirinya, ada hal yang penting mengapa Tuhan memberikan Zela kelebihan itu

"Kenapa harus gue Ren, kenapa gue ngga bisa gue ngga kuat kalo harus lihat kayak gitu terus. Gak bisa gue Ren," racau Zela sambil menjambak rambutnya sendiri

"Zela percuma kamu mau menyalahkan Tuhan, kamu mau menyalahkan segalanya. Kalo pun aku bisa menyalahkan takdir kenapa aku harus meninggal disaat yang lain masih bisa bermain kejar-kejaran ataupun berangkat sekolah. Tapi apa yang terjadi, aku harus meninggal di umur yang masih kecil Zel," jelas Rendi

"Maaf Ren, aku hanya belum bisa Nerima takdir. Maaf," ucap Zela sambil menunduk

"Tak apa, mencoba beradaptasi dengan diri sendiri itu sulit dilakukan aku pun begitu dulu saat aku belum bertemu dengan mu, aku selalu menyalahkan Tuhan menyalahkan takdir dan ingin kembali ke masa lalu," ucap Rendi sambil berjalan menuju Zela dan duduk di sebelah nya

"Zela, aku sudah menganggap mu kakak ku maaf, aku tak bisa menganggap mu teman. Aku tau nanti atau kapan aku akan pergi meninggalkan mu sendiri di sini, tapi aku berjanji aku tak akan melupakan mu," jelasnya sambil menatap kearah langit-langit

"Sungguh kau bisa pergi, aku tak percaya," elak Zela

"Entahlah akan kah hal itu terjadi atau tidak, tapi jika aku pergi bisa kah kau berjanji agar bisa mendewasakan pikiran mu," ucap Rendi yang masih melihat langit-langit

"Aku tak bisa janji, Ren ku mohon kau jangan mengatakan itu sungguh aku ingin menangis lebih kencang," ucap zela di tengah isakanya

"Maaf, tidur lah itu akan membuatmu tenang," ucap Rendi mempersilahkan zela untuk tidur di ranjang

"Kurasa, aku harap esok aku bisa tersenyum lagi," ucap Zela berjalan sempoyongan menuju kasurnya untuk tidur

"Semoga," gumam Rendi

Malam itu adalah saksi dimana Rendi menceritakan kisahnya dulu, walaupun tak terlalu jelas. Namun Zela yakin Rendi akan menceritakan kisahnya dahulu saat ia masih bisa berbicara dengan orang lain. Pasti

🌧️🌧️🌧️

HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang