Bab 10

912 96 15
                                    

Soobin tertegun. Ulang tahunnya yang ke dua puluh dua sebentar lagi. Kenapa Yeonjun bisa mengetahui detail hari ulang tahunnya? Soobin tertarik, tetapi dia akan memuaskan Yeonjun kalau dia mengikuti pria itu untuk berbicara dengannya. Jangan-jangan memang itu tujuan Yeonjun, supaya dia tidak berhujan-hujanan dan mengikutinya masuk ke dalam.

"Nanti aku akan menyusulmu kalau aku sudah puas disini."

Api menyala di mata Yeonjun, dan tampak jelas lelaki itu  mencoba menahan diri.

"Terserah, nanti temui aku di ruang kerjaku." suaranya lebih seperti geraman, kemudian membalikkan badan dengan marah.

***

Setelah puas menikmati hujan, Soobin masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian dan makan malam. Dia sengaja tidak menemui Yeonjun, lagipula sepertinya lelaki itu tadi hanya asal bicara ketika bilang ingin berbicara tentang hari ulang tahunnya. Dan Soobin tidak yakin kalau Yeonjun akan menunggunya. Pria seperti Yeonjun itu pastinya sangat sibuk dan punya banyak urusan.

"Kenapa kau tidak menemuiku di ruang kerjaku?" suara di kegelapan itu mengagetkan Soobin. Dia menajamkan matanya dan melihat Yeonjun yang sudah duduk di sana, di keremangan kamarnya.

"Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?" Soobin berteriak kaget, tangannya meraba-raba saklar lampu di diniding, berusaha menghilangkan kegelapan yang menyelubungi Yeonjun, karena lelaki itu tampak lebih menyeramkan di antara cahaya yang remang-remang.

Soobin berhasil menyalakan lampu dan cahaya itu langsung menyelubungi Yeonjun. Lelaki itu duduk di sofa, dengan santai, hanya memakai piyama sutera warna hitam dan disebelah tangannya memegang gelas minuman. Soobin melirik ke botol brendy yang entah berasal dari mana, yang sepertinya sudah dituang Yeonjun selama menunggunya. Apakah lelaki itu mabuk? Jantung Soobin mulai berdegup. Dalam keadaan sadar saja emosi Yeonjun sangat tidak mudah ditebak, apalagi dalam kondisi mabuk.

"Apa yang kau lakukan disini, Yeonjun?"

Yeonjun mendengus dan menatap Soobin dengan tajam, "Kau pikir apa? Aku menunggumu di ruang kerjaku dan kemudian menyadari bahwa kau, dengan kepalamu yang keras kepala itu memutuskan untuk melawanku."

Soobin mundur ke belakang, melirik pintu putih itu dan berusaha sedekat mungkin di sana, sehingga ketika Yeonjun bertindak di luar batas dia bisa segera melarikan diri.

Yeonjun tersenyum melihat tingkah Soobin.

"Kau persis seperti kelinci ketakutan lagi Soobin. Apakah kau takut aku akan melakukan sesuatu yang kejam? Seperti mencampurkan obat di minumanmu, atau…melemparkanmu dari balkon lagi?" Yeonjun menyeringai, meletakkan gelasnya dan berdiri, makin lama makin mendekati Soobin.

"Apakah kau mabuk, Yeonjun?" Soobin melirik ke arah pintu, hanya butuh beberapa detik kalau dia ingin melarikan diri dari Yeonjun, Soobin pasti bisa melakukannya.

"Seorang Choi Yeonjun tidak pernah mabuk." Yeonjun melangkah mendekat dengan tenang, seperti singa yang mengendap-endap mengincar mangsanya. "Dan kau…Seharusnya kau mendengarkan apa yang kuperintahkan, Soobin."

Soobin tahu di situlah titiknya. Di situlah titik Yeonjun kehilangan kesabarannya. Karena itulah Soobin langsung melompat dan mencoba melarikan diri ke pintu. Dia berhasil membuka pintu itu sedikit, sebelum dengan gerakan lebih cepat dan tanpa suara, Yeonjun sudah ada dibelakangnya, mendorong pintu itu menutup kembali sebelum sempat terbuka.

Yeonjun mendorong Soobin rapat ke pintu, dan dengan terkejut Soobin bisa merasakan kejantanan Yeonjun yang mendesak keras di bagian belakang tubuhnya. Dia ingin bergerak dan menghindar, tetapi ternyata Yeonjun sudah menahannya di semua sisi.

Sleep With The Devil [YEONBIN Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang