KETIKA punggung gadis itu menghantam dinding beton, tulangnya seakan rontok satu-persatu.
Darah segar merembes dari sobekan pada ujung bibir, membuat lidahnya terasa amat getir. Namun tak lama kemudian, luka itu tertutup sempurna seolah tak pernah terjadi apa-apa.
Berbeda halnya dengan memar yang tak kunjung hilang di sepanjang lengan dan kakinya. Nyatanya, kemampuan regenerasi gadis itu juga memiliki batas. Jika tubuhnya terus mendapat luka pada tempat yang sama, sulit baginya untuk pulih dengan cepat. Terlebih ketika tenaganya sudah terkuras habis akibat latihan tanpa henti--sejak pukul tiga hingga lima pagi.
Rin baru saja mendapatkan tinju dari Hawks tepat di muka. Bulu-bulu merah pada sayap lebarnya itu mulai menipis. Ia terengah-engah; keringat mengucur deras pada dahi dan lehernya. Sama seperti Rin, tampaknya Hawks juga mulai kelelahan.
"Kita istirahat dul--
"Hanya ini kemampuan peringkat satu jalur rekomendasi?"
Sebuah suara menginterupsi, diikuti oleh gema langkah sepatu yang memecah keheningan ruang latihan itu. Dari kegelapan, muncul sesosok wanita. Surai keemasannya disisir ke belakang dengan rapi, menampakkan garis wajah yang tajam dan elegan.
"Rupanya standar yang ditetapkan U.A. semakin menurun tiap tahunnya."
Tatapan dinginnya yang ditujukan kepada Rin membuat leher gadis itu merinding.
"Rin sempat menumbangkan saya beberapa kali sebelum Anda datang," bela Hawks. "Mendapatkan peringkat pertama pada ujian rekomendasi U.A. tidaklah mudah. Kurasa itu cukup untuk membuktikan peningkatan Rin dalam mengendalikan bakatnya."
"Begitukah?"
Wanita itu berjalan menuju area berlatih.
Hentakan kakinya terdengar bagai melodi kematian yang terus mendekat ke arah gadis itu. Ia menantap telapak tangan bibinya dengan ekspresi horor. Wanita itu menyentuh wajahnya, lantas menekan ujung mata gadis itu dengan kukunya yang tajam.
"Lalu bagaimana kau menjelaskan ini?"
Yang dimaksud oleh wanita itu adalah sklera mata sebelah kanan Rin yang menghitam.
"Setiap menggunakan bakat sedikit lebih banyak, dia mengambil alih sebagian dari dirimu. Bagaimana jadinya jika suatu saat kau harus menggunakan seluruh bakatmu? Yang ada, dia akan mengambil alih keseluruhan darimu. Bukan hanya tubuhmu, namun juga nyawamu."
Darah mencuat dari ujung mata gadis itu.
"Wanita sialan!" gertak Rin dengan suara parau.
Sontak, Rin langsung membungkam multnya.
Peluh membanjiri dahi. Tangannya bergetar ketakutan, seiring dengan air mata yang merebak jatuh membasahi kedua pipinya. Ia bahkan tak sanggup menyanggah bahwa yang mengatakan itu bukanlah dirinya. Gadis itu hanya bisa memejamkan matanya rapat-rapat, bersiap menerima pukulan yang selalu ia dapat setiap melakukan kesalahan.
Beberapa detik telah berlalu, namun Rin tidak merasakan ada sesuatu yang datang.
"Peningkatan yang bagus ya, Hawks?" sarkas wanita itu.
Hawks tak menjawab.
"Jadilah kuat dan berhenti menjadi beban," tutur wanita itu seraya melangkah pergi. "Aku akan pergi ke Amerika hingga satu bulan ke depan. Kau harus menunjukkan sesuatu yang baru saat aku datang."
Begitulah cara Minamoto Hori berpamitan pergi kepada ponakan tersayangnya.
Hawks menghampiri gadis itu, mendekapnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐢𝐧 𝐂𝐡𝐚𝐫𝐚𝐜𝐭𝐞𝐫 | 𝐌𝐨𝐧𝐨𝐦𝐚 𝐍𝐞𝐢𝐭𝐨
ActionDia tidak pernah kalah, sebab menang adalah caranya untuk bertahan hidup. Setelah ayahnya menghilang secara misterius, Minamoto Rin hidup di bawah kejamnya didikan sang nenek. Rin selalu menganggap bahwa kemenangannya selama ini tidak berarti apa p...