Chapter 18

2.4K 438 12
                                    

Babang Riley kambeeeekkk....


**** 



Aku terbangun ketika merasakan pegal di sekujur tubuhku. Ketika membuka mata, keadaan di kamar gelap dan kuraba kasur di sampingku tapi kosong. Aku segera duduk dan menatap ke sekeliling, beringsut ke samping dan menyalakan lampu tidur hingga memberikan pencahayaan yang temaram. Jam sudah menunjukan pukul 3.00 malam dan aku tidak melihat Riley di kamarku.

Kami bercinta dan melakukannya beberapa kali sampai aku tertidur karena lelah dan Riley masih bersamaku. Memelukku dan berbagi ciuman denganku. Aku pun menyibak selimut dan terkejut melihat kaos besar sudah terpasang di tubuhku dengan celana dalam.

"Riley?" panggilku dengan pelan. Aku merasa sedikit marah dan kesal, Riley meninggalkanku sendirian setelah ia mendapatkan apa yang diinginkannya. Aku merasa seperti tak berharga.

Memutuskan untuk turun dari ranjang dan pergi keluar, sebelum menuruni tangga aku melirik pintu kamar Riley sejenak dan berpikir untuk melihatnya. Akan tetapi egoku yang tinggi menang, dan aku tak mau melihat Riley tertidur di kamarnya dengan pulas tanpa memikirkan bagaimana perasaanku yang ditinggalkan sendirian.

Aku menuruni tangga dan berjalan ke arah dapur. Keadaan sangat sepi pada seperempat malam seperti ini dengan rasa dingin yang semakin menusuk. Tiba di dapur, aku segera masuk tapi langkahku terhenti ketika melihat Riley sedang duduk dengan kepala bertumpu di meja konter hanya mengenakan celana training tanpa kaos, di depannya ada sekaleng soda. Aku mendekat dan bersandar di kulkas dengan kedua tangan terlipat di dada.

Kuperhatikan Riley seperti tertidur dan kepalanya bertumpu di tangan. "Riley?" panggilku.

Riley mengangkat kepalanya dan berbalik, bibirnya menyunggingkan senyum ketika melihatku berdiri di depannya. Matanya terlihat memerah dan rambutnya berantakan.

"Hay," katanya dengan suara serak dan dalam. "Mau soda?"

Aku menaikan sebelah alis melirik soda di depannya. "Tidak," jawabku singkat dan seakan tak peduli. Aku membuka pintu kulkas dan mengambil air mineral, lalu meneguknya.

"Ava."

Aku berbalik dan menatap Riley dengan wajah dibuat tanpa ekspresi. Riley sedang menatapku dari atas sampai bawah. Tatapannya mengerling nakal ketika tiba di pahaku yang hanya mengenakan celana dalam. Ia mengangkat tatapannya ke wajahku, dan senyum jahil terbit di sana.

"Kau mencariku ya?"

Aku memutar bola mata dengan malas. "Yang benar saja, aku baru saja minum dan artinya aku haus."

"Ken bilang kau bukan orang yang akan terbangun pada tengah malam karena haus." Senyum jahil masih bertengger di bibirnya. Jika dia tahu aku terbangun dan memilih pergi ke dapur karena ditinggal olehnya itu akan membuat ego Riley semakin tinggi.

"Ken bukan orang yang tahu aku terbangun di tengah malam atau tidak."

Riley masih menatapku, kini jarinya mengepit dagunya sendiri dengan wajah berpikir. Ia berdecak dan tersenyum lebar padaku. "Tapi aku merasa kau terbangun dan mencariku. Kau terbangun sendirian dan berpikir bahwa aku meninggalkanmu untuk tidur di kamarku."

Sialan, tebakan Riley selalu tepat sasaran dan benar. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana bisa Riley membaca pikiranku atau pun tahu apa yang kupikirkan, aku merasa seperti buku yang terbuka dan mudah sekali dibaca.

"Apa aku semudah itu untuk dibaca olehmu?"

Riley tertawa, kembali dengan posisi bersandar di meja konter. "Tidak juga, aku hanya asal menebak saja," katanya. "Tolong ambilkan satu kaleng soda."

Living With The Devil [MASIH UPDATE] / TERSEDIA DI GOOLE PLAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang