Prologue

444 37 4
                                    

MATA MENATAP NANAR, memperhatikan puing-puing jurang yang berjatuhan. Para shinobi telah terkapar. Tubuh mereka hancur, darahnya merembes melalui sela-sela bebatuan yang telah menimpa tubuh. Senjata yang digunakan telah tergeletak dengan tidak berguna. Dari sudut matanya, Naruto melihat potongan tangan yang telah tertebas dari tubuh utamanya.

Jerat rantai chakra merah melilit tubuh dengan keras. Naruto terjatuh di kedua lutut. Rintih kesakitan tertahan dalam mulut. Citra seorang makhluk pucat, dengan ukuran tubuh dua kali lebih besar dari manusia pada umumnya, membayangi. Cahaya bulan terhalang oleh tubuh agung itu. Rambut panjangnya terembus angin malam. Sepasang tanduk di dahinya tampak runcing, siap menggantikan senjata murahan yang digunakan pada shinobi tidak berguna.

Naruto menggertakkan rahang, menahan lilitan chakra rantai yang hendak menghancurkannya.

"Bukankah sudah kuperingati agar tidak terus-terusan menggangguku?"

Nada suara congkak bergema di sepenjuru lembah.

"Aku sudah memberimu penawaran istimewa, Uzumaki. Kenapa kau tetap menggangguku dan tidak kembali saja ke duniamu?"

Tubuh masif itu melayang turun, mengambang tepat di hadapan Naruto. Kuku panjang jemarinya menyentuh dagu sang shinobi. "Aku mengunjungi dimensi ini bukan karena takut pada kalian, para shinobi yang mencuri kekuatan keponakan sialanku, Hagoromo. Aku ke sini karena aku tidak ingin direpotkan oleh Isshiki, sepupu kurang ajar yang selalu merebut semua hal yang telah menjadi milikku. Tahukah kau, manusia rendahan? Kau tidak akan menang di sini. Pada saat bersamaan, kau juga tak bisa melindungi dunia asalmu sendiri. Sepupu sialanku akan segera bangkit. Dia akan langsung menghancurkan tanah kesayanganmu."

Kuku tajam di dagunya mulai menusuk kulit. Naruto mengatupkan mulut.

"K-kami akan mencegahnya melakukan itu setelah kami menghancurkanmu!" tandas Naruto dengan rahang mengeras.

Makhluk itu tertawa.

"Apakah kau bermimpi? Lihatlah orang-orang yang telah bertarung di sampingmu!" Sosok tersebut menegakkan diri, masih mengambang di tengah udara. Dia merentangkan tangan. "Mereka bahkan tidak bisa bergerak! Satu-satunya orang yang bisa membantumu sudah kulempar ke dimensi antah berantah. Di sini hanya tinggal kau saja! Bagaimana caramu mengalahkanku? Dengan umpatan dan sumpah serapah belaka?"

Rahang dicengkeram kuat-kuat. Naruto dipaksa mendongak.

"Aku bisa langsung menghancurkanmu dengan rantai chakra itu. Tubuhmu akan langsung musnah, terbelah hingga aku bisa melihat otak kecil yang membodohimu dengan memberi gagasan bahwa kau bisa mengalahkanku. Sayangnya, kematian seperti itu terlalu membosankan. Aku sudah sering mendengar jeritan putus asa para manusia menyedihkan ini. Untuk itu, bagaimana kalau aku memberimu tiket liburan saja? Bukankah kau senang berkelana? Mati tersesat dalam perjalanan dan dikalahkan oleh semesta terdengar lebih menyenangkan."

Jeratan rantai chakra semakin kuat. Sesaat, Naruto benar-benar yakin bahwa tubuhnya akan meledak.

Sosok di hadapannya mendengkus congkak. Dia menjentikkan jari. Rantai chakra ditarik keras. Naruto merasakan nyeri pada seluruh tubuh ketika sabetan kuat melemparnya pada sebuah portal gelap. Napasnya langsung tersekat. Oksigen dalam dada seperti ditarik keluar. Dia tersedak dan tenggelam dalam pusaran hitam, untuk pertama kali, gagal mengemban misi yang telah menjadi tanggung jawabnya. []

Advice From The Stranger [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang