Sebelum baca cerita ini pastikan kalian sudah vote dan follow akun author ya fren:)
Kamu senang authorpun senang:)
Untuk pembaca lama aku ucapkan terimakasih sudah mampir lagi
Untuk pembaca baru terimakasih juga sudah mampir ke sini
Cerita ini murni hasil pemikiran saya sendiri
WARNING!
Cerita mengandung unsur baper yang akan membuat kalian laper.
Laper kasih sayang😭
Cerita mengisahkan Reon yang akan membuat kalian gagal move on
Gamon gak tuh😭
Siap membaca ceritanya??
Siapkan mental kalian okeh
Okeyy
Start
Rea sedang membersihkan meja. Jam menunjukan pukul 11 malam. Keadaan caffe sudah sangat sepi. Mungkin waktu-waktu sekarang orang-orang sudah pulang, atau bahkan mampir ke tempat di mana pikiran mereka bisa terpuaskan dan menghilangkan beban pikiran sementara.
Desi tiba-tiba menyentuh bahu Rea.
"Re, Kamu dipanggil sama Bos."Rea menengok kaget. "A-aku? Tapi ada apa?"
Desi menggeleng tidak tau. Dia menepuk bahu Rea beberapa kali. "Temuin aja dulu Re, semoga ada kabar baik."
Rea berusaha mengangguk. "I-iya, yaudah aku ke ruangan Bos dulu yah."
Desi mengangguk dan tersenyum.
Setelah beberapa waktu menunggu Rea, Desi akhirnya bangkit dari duduk dan menghampiri Rea. Gadis itu baru keluar dari ruangan Bos.
"Re, gimana? Kabar baikkan?" tanya Desi antusias.
Rea tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. "Aku dipecat hari ini juga."
Desi membelalakan mata. "Tapikan kerja Kamu bagus hari ini! Aku harus bilang sama Bos, aku harus bikin kamu gak dipe--"
"Aku gak papa Des, udah kamu jangan ancam pekerjaan kamu demi bela aku oke. Sekarang aku mau pulang, mau bareng?" tanya Rea.
Desi menggeleng. "Aku dijemput Papah."
Rea tersenyum gugup. "Oh, Papah ya?"
"Iya, kenapa?"
"E-enggak, kok. Kalo gitu, aku duluan yah." Rea beranjak mengambil tas slempang di dapur, lalu melangkah pergi meninggalkan area caffe.
*
*
*Melangkah sendiri di antara daun pepohonan yang bergoyang terkena angin, juga berjalan sendiri di bawah terang sinar rembulan malam ini. Kaki Rea lemas melangkah, dia tidak kuat berjalan lagi. Separuh tenaganya terkuras akibat harus berjalan beberapa kilometer dari caffe menuju rumah Rea. Tidak ada pilihan baginya, karena Rea tidak ingin membuang-buang uang yang tersisa 20 ribu lagi. Selagi Rea bisa berjalan, dia tidak ingin menaiki angkutan umum dan menghamburkan uang dengan gampang.
Rea akhirnya memutuskan untuk duduk sebentar di sebuah kursi kayu taman. Punggungnya bersandar pada kursi, tangannya digosok-gosok, juga sedari tadi ia mencoba menahan lapar perut yang menggerogoti tubuhnya ini.
"Baru pertama kerja sudah menimbulkan masalah. Bagaimana saya mau mempekerjakan karyawan seperti kamu."
"Senior lama di sini bukankah sudah memberitahukan Kamu, bahwa pelanggan harus merasa sangat puas atas pelayanan caffe! Kamu malah melakukan kebalikkannya!"
"Saya tidak mau mengambil resiko besar. Satu complien dari pelanggan, bisa saja mencoreng nama caffe saya! Saya lebih baik kehilangan satu karyawan seperti kamu, dari pada harus kehilangan nama bajk caffe ini!"
"Dengan berat hati, saya memecat kamu sekarang juga!"
Rea menghembuskan napas panjang saat mengingat kejadian tadi di dalam ruangan bosnya. Hari ini kesialan menimpanya kembali, di mana pada hari pertamanya bekerja, Rea sudah dipecat saja, tidak adil rasanya. Rea tidak bisa menerimanya, tapi... Dia bisa apa?
Rea mengambil uang dari dalam tas. Uang sisa sekolah yang seharusnya Rea gunakan untuk membeli jajanannya. Lihatlah, kini dia menjadi bimbang antara menggunakannya atau tidak.
Rea baru ingat jika uang ganti rugi untuk mangkuk pecah milik bu kantin saja belum dia tebus. Baiklah, sudah ditentukan pilihannya bahwa uang ini akan Rea simpan untuk tebusan nanti. Dia akan mencari pekerjaan lain untuk menambah ekonomi keluarganya.
"Oke Re, malam ini bakal jadi malam yang melelahkan pasti. Tapi harus tetap semangat! Demi Ibu!" Rea mulai bangkit untuk melanjutkan acara perjalanan menuju rumahnya.
Berjalan berkilo-kilo meter demi sampai ke rumah yang ditinggali, mungkin kebanyakan orang akan lebih memilih menggunakan uang 20 ribu itu untuk menaiki angkot. Tetapi ini Rea, gadis yang sangat berbeda dari orang lain. Kegigihan dan keras kepala yanh dimiliki, membuatnya menjadi seperti sekarang. Selagi dia mampu, dia tidak akan mengorbankan hal lain sebagai jalan pintas dirinya melangkah.
"Re, pulang."
Begitu masuk ke dalam rumah, Rea sudah disambut oleh bi Ami. Wanita itu terlihat keluar dari dalam.kamr ibunya, dan langsung tersenyum menyambut Rea. Kebetulan pintu rumah tidak dikunci, jadi Rea bisa langsung masuk ke dalam rumah.
Bi Ami mendekat. "Gimana kerjanya hari ini Re, lancar?"
Rea menelan ludah. Bagaimana pun juga, tidak boleh ada yang tahu jika dia langsung dipecat saat hari pertama bekerja. Apalagi orang rumah seperti bi Ami. Rea tidak mau jika berita ini sampai ke Ayu ibunya.
Rea memasang wajah ceria. "Lancar kok, Bi."
Bi Ami tersenyum. "Syukur kalau begitu Re, oh iya Ibumu sudah tidur, Kamu bisa langsung istirahat saja."
"Eh iya, di meja makan sudah ada makanan untuk Kamu. Jangan lupa dimakan yah, Bibi pulang dulu ya Re."
"Bibi udah makan?" Rea bertanya sebelum Bi Ami pergi.
Bi Ami mengangguk. "Sudah kok Re. Jangan terlalu memikirkan orang lain, lain kali pikirkan dirimu sendiri. Bibi tau Kamu menahan lapar, segera bersihkan diri kamu, lalu makan. Bibi pergi ya Re."
Rea menatap sendu kepergian bibinya. Kebaikan ini sangatlah berarti bagi Rea dan ibunya. Satu-satunya tetangga yang sangat peduli pada kondisi keluarganya hanyalah bi Ami.
Pukul 12 malam Rea sudah selesai dengan kegiatan rumahannya. Rea kini berbaring lelah di atas kasur sambil menatap langit-langit atap.
Rea sepertinya merasakan hal agak beda pada hidupnya. Merasa gampang lelah sekali, dan memang akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang datang padanya. Salah satunya adalah Rea harus berurusan dengan ketua geng di sekolahnya itu. Sungguh tidak pernah Rea duga jika ini akan berlangsung lama.
"Tidur Re, bermimpi di alam bawah sadar bakalan bikin lo istirahat sebentar," ujar Rea mulai memejamkan matanya.
Tbc....
Okey tenang....
Ini belum apa-apa ya guys!
Bakalan ada chapter part selanjutnya dan selanjutnya yang akan bikin kalian semakin jatuh lagi.
Oke yu next chap!!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian okeh!!
KAMU SEDANG MEMBACA
REON
Teen FictionPLAGIAT MINGGIR!! Reon Syamuedra si lelaki dingin, galak, dan angkuh. Seorang kapten dari geng Marata. Geng yang paling disegani di sekolahnya. Terbilang sangat berani jika ada saja salah satu orang yang mencari masalah dengan lelaki satu ini. Bukan...