"Mbak Gretta, ada paket!"
Pandangan mata Gretta yang semula sibuk memerhatikan angka-angka dari tabel excel di layar PC teralihkan ketika mendengar seseorang memanggil namanya.
Mandala, orang yang tadi memanggil Gretta, menghampiri kubikel gadis itu dengan seorang driver ojek online. Di tangan supir ojek online itu Gretta bisa melihat dia membawa bungkusan kardus cukup besar.
"Ini yang namanya Mbak Gretta, Pak. Sudah saya antarkan dengan selamat, saya permisi dulu, ya?" pamit Mandala pada Gretta dan driver ojek online kembali ke kubikelnya.
"Makasih, Man!" seru Gretta yang dibalas Mandala dengan lambaian tangan oleh laki-laki itu.
"Atas nama Gretta Tiffany?" tanya si driver ojek memastikan bahwa si penerima paket merupakan orang yang benar.
Gretta menganggukan kepalanya, "Benar, Pak. Dengan saya sendiri."
Si driver ojek online itu menyodorkan bungkusan kardus besar yang Gretta tebak kiriman paket untuknya. Dengan sigap Gretta berdiri menerima paket tersebut.
"Mohon maaf sebelumnya, boleh saya fotokan dulu? Supaya pengirimnya percaya paketnya sudah diterima di tangan orangnya langsung." izin si driver pada Gretta.
Gadis itu kembali menganggukan kepalanya, mempersilahkan si bapak driver itu mengambil gambar untuk bukti.
"Oh, iya, Pak. Silahkan."
Setelah mendapat izin, si bapak driver ojek itu mengambil gambar paket yang sudah diterima dengan cepat.
"Sudah selesai, Mbak." kata si bapak itu ketika telah selesai melakukan tugasnya.
"Oh iya, Pak. Terima kasih banyak, ya, Pak." sahut Gretta sambil memberikan uang tip ke bapak driver ojek itu sebelum pamit meninggalkan Gretta yang tengah sibuk membuka bungkusan paket miliknya.
Aneh, pikir gadis itu. Tidak biasanya Gretta menerima paket di kantor seperti ini. Siapa yang mengirimkan paket ini untuknya? Gretta menyesal tidak sempat bertanya kepada driver ojek tadi siapa pengirim paket tersebut.
Ditambah paket yang diterimanya itu cukup besar. Apa pula isinya? Batin Gretta.
Seingat Gretta, gadis itu tidak memesan apapun secara online. Bahkan Gretta ingat sekali gadis itu belum belanja apapun lewat layanan e-commerce.
Gretta jadi ingat banyak kasus orang banyak menerima barang yang aneh dari paket yang mereka terima. Panik perlahan mulai menyerang gadis itu.
Bagaimana kalau barang yang dia terima ini merupakan barang ilegal?
Bagaimana kalau isinya barang yang berbahaya?
Atau bagaimana kalau isi paket tersebut merupakan potongan mayat kiriman dari orang yang ingin menerornya?
Gadis itu bergidik ngeri memikirkan kemungkinan yang terakhir. Seingatnya Gretta tidak pernah bermusuhan dengan seseorang. Apa lagi bermusuhan hingga berlarut-larut hingga seseorang sampai nekat menerornya.
Takut-takut gadis itu membuka bungkusan yang dia letakan di atas meja kerjanya. Tangannya saja sampai tremor saking takutnya. Memang Gretta pada dasarnya panikan. Apa-apa panik, apa-apa over thinking. Susah memang kalau sudah punya sifat macam Gretta.
Setelah memakan waktu yang cukup lama, akhirnya bungkusan paket itu terlepas sudah. Gretta melihat ada kotak lain yang masih ditutupi bubble wrap tebal.
Hati-hati gadis itu melepaskan bubble wrap yang melindungi kotak hitam tersebut. Karena di kardus sebelumnya tertulis barang mudah pecah jadi Gretta memilih membukanya dengan penuh kehati-hatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend For A Month
FanficGretta terpaksa meminjam jasa rental pacar selama sebulan agar tidak terus-terusan diejek karena statusnya sebagai jomblo abadi. © leadmyway Mulai: 19 Maret 2022 Selesai: