Fourth Dreams - "First Meet."

5 5 0
                                        

Jadilah diri sendiri.
Orang-orang tidak terlalu menyukaimu.
Dan kau tidak perlu peduli itu.

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

Aku tentu saja mengingat momentum saat aku menanyakan sesuatu kepada ibuku kala itu.

"Bu, menurutmu mengapa orang hidup?"

"...?"

"Aku ingin tahu, untuk apa seseorang diciptakan dan hidup di dunia ini?"

"...!"

"Apakah kehidupan atau kelahiran kembali setelah kematian itu benar adanya, Bu?"

"..."

"Jika ada yang namanya takdir, kenapa orang malah mencoba ...?"

Ibuku yang sedang mengemasi wajahnya untuk meluruskan kerutannya, menatapku dengan aneh.

"... Semuanya itu tidak berguna. Bagaimanapun, semuanya selalu berjalan satu arah."

Dan aku mulai berubah.

»»——⍟——««

Anak-anak seusiaku datang ke tempat kursi yang sedang kududuki untuk menanyakan berbagai macam pertanyaan setelah waktu perkenalan yang lama di depan kelas tadi. Mereka datang ke sisi mejaku dengan membawa mainan boneka favorit mereka dan mengobrol denganku tentang set unicorn dan panda favorit mereka, tetapi aku tidak terkesan sama sekali. Beberapa ada yang menanyakan diriku berasal dari mana, aku tinggal dimana, sepulang sekolah naik apa, ingin berteman denganku dan sebagainya.

Teman sebangku diriku, yang sedang menonton situasi mendesak itu, bertanya dengan nada dingin.

"Berisik, pergilah pertanyaan kalian tidak bermutu dan kalian semua mengganggu."

Pada saat yang sama, interior yang tadinya berisik dikelilingi oleh keheningan. Sejenak aku dapat merasakan situasi semakin dingin. Anak-anak seusia di sekitarku mendadak melayangkan tatapan tidak suka kepadanya. Sementara beberapa anak perempuan bersikap kasar sambil mencibir dan melontarkan kata insinuasi begitu juga dengan pihak laki-laki, kupikir aku tidak ingin melihatnya. Bahkan jika aku ingin berteriak, aku tidak punya energi yang tersisa setelah memakan roti bakarku saat sarapan tadi.

Kemudian beberapa anak-anak yang mengerumuniku kini mengasingkan diri dari anak itu.

Tentu saja gerak-gerik seluruh penghuni kelas terhadap anak tersebut sungguh mudah untuk diketahui. Situasi ini cukup aneh jika kau melihat dan memperhatikannya secara seksama. Cukup jelas bahwa mereka mengasingkan bocah itu dan tidak berteman dengannya.

"Terima kasih."

Aku harus mengucapkan terima kasih padanya karena sudah menolong diriku dengan menjauhi situasi yang berdesakan seperti tadi. Dan apakah kau tau reaksinya bagaimana?

Hei, apa kau anak dari seorang Limbat?

Teman sebangku yang tidak kuketahui namanya itu tetap diam seakan-akan ia tidak mendengar ucapan terima kasihku, namun yang janggal dari dirinya adalah raut wajahnya. Setelah kuperhatikan dari awal perkenalan ia selalu menatap kosong, dengan mata yang tak berbinar sama sekali.

Awalnya aku merasa aneh saat melihatnya, namun setelah itu penasaran peristiwa apa yang menimpa anak ini. Jika diperhatikan dengan seakurat mungkin wajah dan tangannya itu dipenuhi dengan lebam yang sudah membiru dan luka goresan dimana-mana. Hei, apa yang terjadi denganmu teman? Mengapa kondisimu seperti ini? Dimana orang tuamu? Nah, apakah wali kelas tak memperhatikan kondisimu saat ini?
Banyak pertanyaan yang timbul di pikiranku. Orang tua macam apa yang tidak mengawasi kondisi perkembangan anaknya?

DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang