Seven

333 59 3
                                    

Peringatan!

Mengandung kata kasar! Jangan ditiru! Jangan diterapin!

-Hikari Chiyo-

.

.

.

.

.

Aku membencimu.

Luka yang kau berikan cukup besar.
Bahkan untuk menyelipkan maaf bibirku kelu.
Kau definisi dari rasa sakit itu.
Sampai kapanpun.

-HH-

.

.

.

.

.

"Kau! Kau menghancurkan hidupku, Sasuke!" pekik Hinata dengan marah. Tangannya mengepal. Mengabaikan kepolosannya, Hinata segera beranjak dari tempat tidur setelah menendang Sasuke agar tidak mengukungnya dalam pemaksaan.

"Aku hanya menjauhkanmu dari Naruto."

"Kenapa?! Kau tau aku mencintainya! Kau benar-benar iblis!"

Sasuke terkekeh layaknya orang gila. Tangannya mengelus pundak Hinata yang terbuka dengan senyum menyeringai. "Aku pemilikmu. Kau boleh membenciku. Mengutukku juga tidak masalah. Tapi aku tidak akan pergi dari pikiranmu. Bahkan jika jasadku terkubur dalam tanah."

Hinata mengumpat keras-keras sembari mendorong tubuh Sasuke agar melepaskan pengaruh pria itu dari dirinya. Gegas Hinata berlari ke kamar mandi dan memakai semua pakaian. Hendak berlari menuju Naruto yang sudah meninggalkan Mansion Uchiha sejak beberapa saat yang lalu.

"Kau mau kemana, Hinata?" cegah Sasuke. Pria itu sudah mengenakan celana baggy nya dan terlihat acuh dengan keringat yang masih menyelimutinya.

"Lepaskan aku! Ini bukan urusanmu!"

Hinata terus meronta dan Sasuke malah membopongnya dan menaruh Hinata kembali ke kasurnya.

"Kita akan melewati masa pertunangan. Tidak ada gunanya. Kita langsung menikah saja."

"Aku tidak mau menikah denganmu! Lebih baik aku mati dibanding ..."

Sasuke mencium ganas bibir Hinata. Pria itu gelisah setiap kali Hinata mengatakan soal kematian. Tubuhnya bahkan bergetar ketika membayangkan Hinata terbujur kaku di hadapannya.

"Ada dua peraturan yang harus kau tahu dari hubungan kita ini, Hinata. Harap kau mengerti jika kau memang ingin menjaga pria sialan yang kau cintai itu. Pertama, kau milikku. Kau harus menanamkan itu jauh di dalam kepalamu. Dan kedua ... Satu-satunya orang yang boleh mati duluan di antara kita adalah aku. Bukan kau."

"Kalau begitu buat dirimu sendiri mati dan lepaskan aku!"

"Aku tidak bisa jika saat ini. Kau tidak mengerti dan aku tidak menyalahkanmu soal ini."

"Jangan bertingkah seolah kau yang menyelamatkanku karena Demi Tuhan! Kau membuatku muak."

"Telan semua rasa muakmu itu karena itu yang seharusnya kau rasakan sampai aku bisa memastikan ketika aku pergi, kau akan baik-baik saja."

.

.

.

Brak!!

Sakura berjengit ketika mendengar Naruto masuk dengan setengah membanting pintu. Pria itu berjalan cepat menuju ruang tamu dan langsung membanting segala hal yang ada di sana. Tidak peduli dengan kakinya yang mulai berdarah berkat pecahan kaca yang menancap di sana.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang