Author's Note:
Tolong jangan benci Hinata. Jangan benci Sakura juga. Mereka berdua ini bukan tukar karakter. Keadaan yang bikin Hinata sarkas dan pendendam. Sementara Sakura berada di kondisi rendah diri karena dia bertemu dengan Naruto dalam kondisi yang sangat buruk (Sakura menjadi seorang lady escort, jujur Chiyo nggak tau gimana caranya menyampaikan ini dengan cara yang lebih sopan). Akan tiba waktu mereka kembali ke karakter asal.
Kalau mau benci Naruto sama Sasuke, boleh aja sih. Tapi yakin nggak bakal nyesel waktu sampai di endingnya? hahaha.
.
.
.
.
.
Apa takdir akan membawa kita bersama?
Atau justru akan terpisah?
Aku benci bersamamu.
Tapi aku rapuh tanpamu.
-HH-
.
.
.
.
.
"Aku akan pergi cukup lama. Mungkin akan sampai rumah saat malam tiba. Seharian ini agar kau tidak bosan, kau boleh pergi kemanapun kau mau," ujar Sasuke lembut. Tangan kasar pria itu membelai rambut Hinata lembut.
"Kemanapun aku mau! Apa kau yakin benar-benar seperti itu?" tanya Hinata sarkas.
"Kemanapun kecuali kediaman Naruto dan mansion Namikaze. Kalau kau mau berjanji soal itu, aku akan terus mengizinkanmu keluar."
"Apa kau bisa menghentikan pertemuan tidak sengaja?"
"Hal itu berbeda, Hinata. Jika kalian bertemu tanpa membuat janji sebelumnya, aku tidak akan bisa mengubahnya. Hal itu di luar kekuasaanku sebagai manusia. Tapi berbeda lagi dengan kalau kau membuat janji dengannya di belakangku."
"Aku cukup yakin kau bahkan memakai cara licik dengan meretas ponselku. Untuk apa aku capek-capek melakukan perjalanan dan berakhir dengan tidak mendapat izin lagi untuk keluar?"
"Kalau kau sudah sangat memahami seperti ini, aku menjadi sangat lega."
"Aku bukan tahanan, Sasuke!"
"Kau memang bukan tahanan, Hime. Kau istriku. Aku hanya melakukan ini sampai bisa memastikan kalau kau mencintaiku."
"Apa kau pikir membenci orang selama bertahun-tahun bisa berubah begitu saja?"
Sasuke tersenyum dan mengecup lembut puncak kepala istrinya. Kedua netra gelap pria itu bersirobok dengan netra Hinata dari pantulan kaca. "Membenci dan mencintai bedanya sangat tipis. Tidak ada yang tahu bagaimana Tuhan akan mengaturnya, Hinata. Kau membenciku hari ini, kau bisa saja mencintaiku nantinya."
"Dan kau yang gila ini akan membenciku suatu saat nanti?"
Pria raven itu tergelak sembari menggelengkan kepalanya tak percaya. "Aku akan mati terlebih dahulu sebelum hal itu terjadi."
"Orang jahat sepertimu akan berumur panjang."
"Ah ... Tidak semua orang jahat berumur panjang, kan? Beberapa justru meninggal di usia muda."
Hinata memutar kedua netranya seolah sangat kesal dengan apa yang dikatakan oleh Sasuke. Tidak melanjutkan obrolan mereka karena selalu berujung dengan perdebatan. Walau kebanyakan dari perdebatan itu hanyalah suara marah Hinata dan tawa jahil Sasuke. Seolah hubungan mereka memang sudah baik sejak awal. Bukan jenis hubungan yang timpang karena apa yang dilakukan pria gila itu begitu memuakkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Before You Go
Fanfiction"Bukankah hubungan yang penuh luka seperti ini sebaiknya dihentikan?" Hinata merintih dalam hati. Menatap pria yang masih ia cintai hingga detik ini. Pria bermata biru lembut itu berusaha menggapai tangan Hinata yang langsung dihentikan oleh wanita...