Sixteen

390 49 8
                                    

Jangan berspekulasi tentang ending karena masih jauh. Masih puluhan bab lagi sampai ending ceunah. syabar ye ... syabar ... T_T

So, bear with it.

Best regard,
Chiyo

.

.

.

.

.

 Hinata terkesiap ketika merasa ponselnya bergetar. Wanita itu memicingkan mata ketika melihat nama yang tertera di sana. Nama yang masih menjadi tanda tanya baginya karena dia sama sekali tidak menginginkan pria itu memiliki hubungan semenjak kematian ibunya.

Hyuuga Hiashi.

Nama itu terus berkedip di ponselnya seolah menuntut Hinata untuk mengangkatnya. Wanita itu mendesah panjang dan langsung menekan tombol hijau untuk menerima panggilan.

"Di antara semua sampah, aku menyesal membiarkan istriku melahirkan sampah sepertimu, Hinata."

Kalimat itu tajam menusuk tapi tak lagi memberikan rasa sakit bagi Hinata. Wanita berambut indigo itu tersenyum dingin mendengarkan sumpah serapah berikutnya.

"Kau anak tidak berguna yang justru mengandung benih pria yang sudah menghancurkan Hyuuga! Benar-benar tidak tahu diri!"

"Aku hamil karena menikah. Kau membiarkan pernikahan ini terjadi. Bukankah kau juga sampah ... Ayah?"

"Kau harus ingat kalau Uchiha membunuh ibumu!"

"Untuk orang yang sama sekali tidak terlihat berduka dengan kematian Ibu, kau benar-benar tidak memiliki hak untuk mengatakan apapun!"

"Hah! Keras kepala!"

"Kalau kau menelepon hanya untuk memakiku, maki saja dirimu. Kau yang membuatku lahir di dunia ini dan membuatku menikah dengan pria yang kubenci!"

Hening sesaat. Hinata nyaris mengakhiri panggilan itu ketika suara ayahnya begitu nyaring dari seberang.

"Kalau kau ingin cara yang tercepat untuk lepas darinya, kau bisa membunuhnya."

"Aku tidak ingin mengotori tanganku dengan darah Uchiha!"

"Lakukan saja. Kau pikir dia akan melepaskanmu?"

"Jangan mencampuri urusanku. Jika kau ingin menghabisi Uchiha, lakukan sendiri dengan tanganmu."

Hinata membanting ponselnya segera setelah mematikan benda kotak itu. Matanya menyalang penuh amarah seolah tengah mengamuk pada dunia. Menyadari jika mungkin saja apa yang ayahnya katakan menjadi kenyataan dan itu terasa menyakitkan.

Sasuke sudah berjanji akan melepaskannya. Apakah pria itu akan mengingkari janjinya? Jika benar, apa yang harus dia lakukan? Dia tidak ingin menjadi pembunuh karena hal itu sangat buruk. Jika memang dia pembunuh, dia akan mampu membunuh bayinya. Bukan hanya kata seperti ancamannya pada Sasuke saat itu.

Dia tidak ingin tapi pernikahan ini sudah berubah layaknya racun baginya. Jika ada sesuatu yang bisa dia bunuh, hal itu adalah dirinya. Dan itu akan menjadi kesakitan terakhir yang dia rasakan sebelum dunia ikut runtuh bersamanya.

.

.

.

Sasuke menghela napas panjang setelah melihat layar komputer yang terhubung dengan kamera pengawas yang sengaja dia pasang di kamarnya. melihat bagaimana Hinata berbicara dengan ayahnya melalui ponsel benar-benar membuat Sasuke geram.

Bukan ... jelas bukan pada Hinata. Sasuke tidak pernah merasa takut andainya Hinata menodongnya bahkan dengan senjata. Hal itu sudah diperhitungkan Sasuke dan semua itu sepadan asal Hinata tidak pernah menjadi alat bagi sang ayah.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang