Fifteen

277 34 11
                                    

"Aku masih hidup?" pertanyaan bernada lirih itu membuat Sasuke terbangun seketika. Pria raven itu menatap tidak percaya pada sang istri yang sudah benar-benar membuka mata. Racauan tentang betapa bersyukurnya dia dan tentang bagaimana Hinata sudah membuatnya takut selama beberapa saat menggema di ruangan sempit berukuran 3x5 meter itu.

"Aku akan panggil dokter sebentar. Kau tunggu di sini," ujar Sasuke antusias dan gegas meninggalkan sang istri. Euforia yang dirasakan olehnya membuat kepandaiannya sedikit menumpul. Sasuke lupa jika ada tombol nurse calling tak jauh dari nakas di samping tempat tidur istrinya.

Tak lama kemudia, Sasuke sudah muncul sembari menyeret pria paruh baya yang menggunakan jas dokter dan tampak tidak senang dengan pemaksaan yang Sasuke lakukan. Tapi Sasuke sepertinya tidak terlalu peduli. Yang dipentingkan olehnya hanyalah keselamatan Hinata.

"Sejauh ini kondisi Nyonya Uchiha baik. Kandungannya stabil dan tanda-tanda vitalnya juga. Tapi mungkin perlu sedikit pendekatan agar kejadian seperti tempo hari tidak lagi terjadi karena hal itu akan sangat berbahaya bagi ibu dan janinnya."

Penjelasan itu seketika menerbitkan senyum di bibir Sasuke. Semuanya baik-baik saja. Hinata dalam keadaan yang baik begitu juga bayi mereka.

"Terima kasih banyak, Dokter."

"Saya sarankan untuk terus menemani Nyonya Uchiha agar kejadian seperti saat itu tidak terulang. Saya juga akan menuliskan rekomendasi jika memang ingin berkonsultasi dengan psikiater. Hal ini akan membantu banyak."

"Saya mengerti. Sekali lagi terima kasih."

"Saya permisi."

Sasuke yang sudah tidak sabar segera mendekat ke arah Hinata. Tangan pria itu menggenggam lembut tangan istrinya. Mengecup beberapa kali pada tangan yang begitu mungil dalam genggamannya. Sementara Hinata sendiri terkesan apatis. Matanya menatap kosong padang langit-langit seolah Sasuke tidak benar-benar ada.

"Hinata, syukurlah semuanya baik-baik saja. Apa ada sesuatu yang kau butuhkan? Atau kau ingin ..."

"Kenapa kau membiarkanku hidup? Aku ingin mati. Bayi ini benar-benar beban. Aku tidak sanggup menerima kehadirannya sementara aku tau secara sadar jika bayi ini milikmu."

"Hinata ..."

Wanita bernetra indigo itu tak bisa menahan laju air matanya. Beban yang menyesakkan dada harus dikatakannya sekarang juga. Dia hanya lelah. Apa seperti itu saja Sasuke masih belum paham juga?

"Aku janji tidak akan membencimu lagi. Aku akan berdamai. Tapi tolong, Sasuke. Aku mohon lepaskan aku. Aku tidak bahagia bersamamu."

"Aku masih belum bisa. Semua demi keselamatanmu."

"Lalu kau akan membiarkanku begini? Aku sudah tidak tahan Sasuke. Kumohon ..."

Hening cukup lama. Sasuke menghembuskan napasnya beberapa kali sembari menatap Hinata dengan tatapan mata yang sendu.

"Apa tidak ada opsi yang lain, Hinata? Apa kita memang harus berpisah?" bisik pria itu lirih seolah tengah bicara pada dirinya sendiri.

"Kurasa kita memang tidak ditakdirkan bersama. Hanya itu," ujar Hinata sembari memandangi jendela.

"Lalu bagaimana dengan bayinya?" tanya Sasuke dengan lembut. Tangan pria itu terangkat hendak mengusap perut Hinata namun diurungkannya ketika melihat bagaimana Hinata tidak menukai aksinya.

"Aku akan mempertahankannya. Walau aku tidak tahan ..."

"Apa kau bisa menjamin hal itu, Hinata?"

Wanita bernetra lavender pucat itu mengangguk, "Asal kau mau melepaskanku setelahnya. Apapun itu, aku akan bertahan."

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang