Bagian 21

46 3 1
                                    

Hari pun berlalu, ujian kelulusan pun sudah didepan mata, semua orang disibukkan dengan persiapan ujian dan tetek bengek lainnya

Berbeda dengan olivia dkk .. disaat orang lain menghabiskan waktu untuk belajar mereka malah hanya bersantai ria dikediaman Mension olivia, selama kehamilannya mereka tak mengizinkan olivia melakukan aktivitas yang berlebihan, Sekarang pun kepemimpinan Alba Aquila diambil alih sementara oleh Xavier, berlebihan memang tapi demi si jabang bayi teman-temannya dan anggotanya rela bergiliran jaga dimension olivia 2×24 jam memantau pergerakan sang mama muda itu

"Astaga kalian gak cape apa disini terus, gak punya rumah hah?!"jengah melihat teman-temannya asik bersantai ria, bukannya apa-apa cuma melihat rumah ramai setiap hari membuatnya agak tertekan dan tak punya waktu untuk tenang

"Yaelah ra, kita-kita tuh peduli sama lo, gak ada loh bodyguard yang mau jaga 24jam gak dibayar lagi"bela jordan diangguki lainnya

"Iya gue tau, tapi gak gini juga lah, mau sampe kapan kalian nginep dirumah gue?sampe gue lahiran gitu?oh no bisa brojol dulu ni anak sebelum hari H"memijit pelipisnya pusing

"Gue gak mau lo kenapa-napa ra, ini juga demi kebaikan lo, yakan guys?"yang hanya dibalas anggukan kepala setuju dari teman-temannya

"Dahlah kalian buat gue nambah stres"meninggalkan ruang tengah sembari menghentakkan kakinya kesal

"Lah ngambek tuh mahmud"heran jordan

"Semuanya mendadak jadi wajar juga kalo dia kaya gitu, ya udah gini aja gimana kalo kita kesininya pas weekend aja?kasian juga rara gak punya waktu quality time buat sendiri, menurut kalian gimana?"kata alice

"Gue sih setuju-setuju aja si, lagian gak enak juga sama tetangga kita selalu kesini kan rame-rame"imbuh jordan

"Oke kalian pulang dulu, biar gue aja yang pamit sama Rara"ucap xavier dan semuanya pun meninggalkan kediaman olivia

Kamar olivia
Tok tok tok

"Raaa gue masuk yah?"karna tak ada jawaban xavier nyelonong masuk dengan seenak jidat(udah biasa emang orangnya begitu)

"Mereka udah pulang, katanya bakal kesini kalau weekend, niat mereka baik ra, gue tau lo butuh waktu sendiri, kita tuh keluarga gak ada yang salah kalo mereka pengin nyemangatin lo, lo gak sendiri disini"jelasnya

"Hutf gue tau vier, dan gue berterimakasih banyak buat kalian karna udah mau peduli sama gue, gue cuma butuh waktu sendiri buat nerima semuanya, gue cuma pengin nenangin diri gue, semuanya terlalu mendadak buat gue, apa salah gue pengin sendiri? menepi dari dunia yang terlalu menyakitkan buat gue, salah yah?"tak sadar setetes air mata jatuh mengenai bantal yang ia tiduri membelakangi si lawan bicara

"Gue tau perasaan lo, tapi lo gak bisa kaya gini terus ra, masih ada lala sama gue dan semua anggota alba yang butuh lo disini, oke fine mungkin lo masih butuh waktu tapi gue mohon jangan lupa kalo disini masih ada keluarga lo yang siap nerima lo kapan aja dan apa adanya, gue pergi dan pikirin omongan gue yang tadi, jaga diri lo baik-baik kalo ada apa-apa lo bisa hubungin gue kapan aja"melangkahkan kakinya keluar

Tess tess
Hancur sudah pertahanannya, tekad yang ia bangun selama ini runtuh begitu saja, dia juga tak mau ini menimpa dirinya, dari kecil dunia tak pernah berpihak padanya dan sekarang apa lagi yang tuhan berikan padanya, kenapa semuanya tak pernah berakhir dengan indah? kenapa semuanya terasa menyesakkan dadanya, dan yang membuatnya tak habis pikir kenapa harus dirinya? Apa salahnya hingga tuhan memberikan kehidupan yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya

"Aku harus bagaimana Tuhan?aku hampir putus asa, terlalu berat beban yang aku pikul sendiri, terlalu berat untuk aku tanggung sendiri"hanya isak tangis yang mengisi kekosongan ruangan tersebut

T R O U B L E D  B E A U T I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang