Memburuk

3 1 0
                                    

Terkadang aku merasa membenci hujan yang tiba-tiba mengguyur seluruh tempat.  Itu terasa seperti mengejekku bersamaan dengan derai tangis yang turun.

Sampai tiba suatu waktu aku menyadari, kenapa aku marah dengan kawanku.  Bukankah aku menyukai hujan, bukankah malam dan isinya adalah temanku.  Bagaimana bisa aku membenci teman yang merangkul ku.  Bukankah itu sudah biasa, kesepian dan kesendirian selalu membersamai ku.

Dan itu selalu terulang lagi, lagi dan lagi.  Seperti kali ini.  Seorang manusia saja rasanya enggan untuk kutemui.

Rasa marah, benci dan merasa bersalah bercampur menjadi satu.

Dan semakin bertambah hari, aku menyadari bahwa pemikiran ku semakin jauh.  Apakah aku pantas untuk hidup? Apakah aku bersalah telah lahir? Apakah aku salah memperlakukan sebuah harta? Atau aku sebenarnya adalah tokoh antagonis?

Berkali-kali aku menyakinkan diriku sendiri bahwa aku bukanlah orang yang baik, bukan orang yang selalu benar dan suci, tapi berkali-kali juga itu menyakiti batinku.

Lalu bagaimana? Kapan berhentinya tangisku?

Katanya menangis membuat hati tidak mati?

Lalu mengapa tidak dengan ku.  Rasa sakit dalam tangisanku semakin membuat ruang untuk sebuah hati tidak ada.  Tidakkah layak aku mempunyai hati? Apakah aku selalu menjadi penjahat?

28 Maret 2022
Sepi dalam ramai

CATATAN SURAT SI-ANAK GEN-ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang