"Dokter Jiyi, apakah benar kau tidak mengambil kesempatan itu? sayang sekali loh" ucap seorang gadis berseragam suster yang sedari tadi menemani dokter cantik di sebelahnya tengah sibuk membereskan perlengkapan prakteknya.
"Nanti kalau aku mengambil itu, kau tidak akan bertemu denganku lagi. Nanti rindu, berat loh." ucap dokter cantik itu terkekeh semberi mencolek kecil hidung yang tak cukup bangir sosok junior.
Memanyunkan bibir, Shuhua Lee sudah seperti adik kecil bagi Jiyeon selama ia ditugaskan di rumah sakit ini.
"Tapi dok, ini sangat bagus. Karirmu semakin meningkat, kau bisa mencapai impianmu untuk membuat rumah sakit sendiri nantinya. Kau yang terpilih, seharusnya diambil saja. Sungguh aku tidak apa-apa asal dokter sukses." ucap Shuhua kembali, ia berusaha membujuk Jiyeon untuk mengambil posisi dokter spesialis bedah utama di salah satu rumah sakit terkenal di Korea.
"Kau baik sekali sih adik kecil, sayang sekali" senyum Jiyeon, mengusak kecil poni yang tersampir apik di dahi paripurna milik gadis itu.
"Baiklah, akan aku bicarakan dengan direktur-nim. Tapi, kau harus membantuku membereskan barang-barang ya. Ini bukan liburan tapi pindah kerja dalam waktu yang lama. Akan banyak barang yang dibawa" ucap Jiyeon
Shuhua tersenyum, ia senang dokter kesukaannya menurut juga. Ia bukannya hendak mengusir Jiyeon untuk pindah kerja, namun ia sangat menyayangi Jiyeon seperti Kakak perempuan yang ingin melihat kebahagiaan bagi Jiyeon. Ia tahu betul impian Jiyeon, jadi ketika kesempatan itu datang ia akan mendorong Jiyeon untuk mengambil kesempatan emas itu. Eonnie terbaik yang memahaminya saat awal-awal magang sampai saat ini ia berhasil menjadi seorang suster.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pagi Jungkook sangat sibuk, pekerjaannya benar-benar membuat ia harus menguras sebagian besar energi. Pikirannya kalut dan semakin suram setelah lusa lalu bertemu dengan Baekhyun dan Eunha. Tidak ada jawaban pasti, keduanya tidak menjawab sama sekali apa yang ingin Jungkook ketahui. Pun, rasa bersalah menggerogoti dirinya meski ia juga masih menganggap Jiyeon sebagai yang bersalah tentang masa lalu. Entahlah, ia sebenarnya merasa bersalah atau membenci Jiyeon, semua serba membingungkan kalau berbicara tentang hati.
Ckleekkk
Ruangan direktur itu pintunya terbuka dengan seseorang yang tidak sopannya masuk tanpa permisi terlebih dahulu. Jungkook sangat jengah, ..
"Hallo, sayang makan siang yuk"
Seorang gadis dengan gaya nyetriknya berucap manja di hadapan Jungkook, lihatlah pakaiannya. Ia bahkan bukan terlihat hendak mengajak makan siang biasa, tapi penampilannya sudah seperti orang yang hendak pergi ke pesta.
"Sudah berapa kali aku tegaskan, jangan pernah memasuki ruanganku tanpa permisi." ucap Jungkook nyalang, menatap tidak suka setiap kali harus berhubungan dengan gadis di depannya, sikap yang ditunjukkannya sudah tak lagi sama seperti masa sekolah dulu. Memuakkan untuk mengakui gadis di depannya ini adalah calon tunangan Jeon Jungkook. Dan nyatanya memang Jungkook tidak akan pernah mengakui itu dengan rela hati.
"Ah, kau masih saja kaku. Sebentar lagi kita akan bertunangan Jungkook. Aku calon istrimu, jadi bersikap manis sedikit ya. Jangan galak-galak, aku takut." ucap gadis itu dengan gaya centilnya, entah darimana sikap itu muncul setelah akses mendekati Jungkook terbuka lebar, gadis itu semakin kurang ajar.
"Nayeon, ... keluar dari ruanganku"
Rahang pria Jeon itu mengeras, matanya sangat tajam. Ini adalah mode terseram dari sosok Jeon Jungkook. Ia bisa mengusir atau bahkan menyeret seseorang dari hadapannya seketika itu, tanpa peduli siapa orang tersebut.
Nayeon paham situasi ini, kalau ia memaksa pasti Jungkook akan semakin mendesak eommanya untuk membatalkan pertunangan. Berhasil menahan dan mengikat Jungkook sampai sini saja ia sudah beruntung, ia hanya perlu berjalan selangkah-selangkah untuk semakin menjerat Jungkook. Eomma Jungkook yang putus asa dengan kondisi terpuruk putra semata wayangnya, dimanfaatkan apik oleh Nayeon untuk bisa menjerat Jungkook. Ny.Jeon terbujuk kebaikan palsu Nayeon, dan merasa Nayeon bisa menjadi pengganti gadis yang dicintai putranya itu. Sedikit memaksa Jungkook untuk menerima, namun tentu saja Jungkook tak menerimanya, dan Ny.Jeon merasa kembali bersalah atas pemaksaan kehendaknya untuk sang putra.
"Ok, No problem. Telpon aku jika kau ingin bertemu denganku, bye sayang" ia memutuskan untuk meninggalkan pria itu, cukup susah mendekati Jungkook ternyata. Sialnya ia masih kalah dengan Jiyeon untuk urusan hati Jungkook,.
-
-
-
-
-
-
-
"Direktur-nim, berkas2 perpindahan dokter bedah baru dari Singapura sudah ada di meja. Anda bisa mengeceknya ulang untuk mengetahui track record dan profilnya." ucap asisten yang baru saja ingin keluar dari ruangan atasannya. Ia meletakkan setumpuk berkas di meja sang direktur karena saat tadi pemilik ruangan tak ada di dalam.
"Terimakasih"
Jungkook menjawab sembari menggulung tinggi kemeja yang tengah ia pakai, jas hitam miliknya telah tergeletak di atas sofa. Ia baru saja selesai pertemuan dengan klien di luar. Mengambil berkas yang ada di meja, lantas langsung menyimpannya di dalam laci. Ia agaknya cukup lelah setelah melakukan perjalanan.
"Kapan doker itu tiba Pak Ma?" tanya Jungkook, bersandar apik di kursi kebesarannya dengan kepala yang menengadah keatas.
"Menurut jadwal malam ini ia akan tiba, dan mulai bekerja lusa. Apa anda perlu bertemu langsung terlebih dahulu direktur-nim dengan dokter tersebut?" tanya Pak Ma
"Ani, kupercayakan semua padamu. Itu rekomendasi dari mitra di Singapura yang cukup baik, jadi aku tidak akan meragukan pilihannya. Suruh ia langsung kerja saja lusa depan." putus Jungkook pada akhirnya,
"Nee, baik direktur-nim" balas Tuan Ma, si asisten
Pak Ma, kemudian beranjak pergi setelah melihat kode usiran dari Jungkook, tangan lelaki itu bergerak mempersilahkan Pak Ma untuk pergi dari ruangannya. Tanpa kata satupun, hanya sapuan tangan saja, dan Pak Ma sudah paham betul dengan hal-hal seperti itu.
-
-
-
-
-
-
"Ok, thank you for information."
Telpon itu terputus, tanda berakhirnya percakapan kedua orang yang sedari tadi membicarakan hal penting.
"Apakah berhasil Tuan?" Tuan Han yang menemani bos besarnya hanya diam memperhatikan.
"Successful"
Tuan Jeon semakin melebarkan senyum,
"Pak Han, menurutmu seperti apa ekspresi bocah es itu saat melihat bidadarinya ada di hadapannya nanti, menangis, terharu, memeluk, apa langsung menciumnya? Sungguh tak sabar melihat keberlanjutan drama dua sejoli itu." kata Tuan Jeon mulai berkhayal konyol tentang putranya
"Mungkin Tuan muda akan langsung menculik Nona Jiyeon, Tuan. " ucap Pak Han, menanggapi bosnya juga dengan candaan
"Betul, mungkin bocah itu akan menculiknya, membawa putri Sojoeng ke gereja mengucapkan janji suci, dan aku akan segera menimang cucu kelinci yang menggemaskan. Hah, senangnya" masih terus berlanjut, sadarlah kalian bahwa sifat konyol seperti ini tak bisa kalian lihat saat keluar dari ruangan pribadi Tuan Jeon.
Tuan Jeon yang telah membuat Jiyeon dipindah tugaskan ke rumah sakit Jungkook, tanpa mereka berdua ketahui tentunya ..
"Selanjutnya... keluarga Im" ucap sinis Tuan Jeon, memegang salah satu berkas yang entah apa isinya, sembari terus menatap kedepan dengan aura yang sangat dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Bunny Season-2
General FictionMeskipun roda terus berputar, namun waktu yang terlewat tidak akan lagi sama seperti yang sudah berlalu. Hidupku, cintaku telah sampai pada titik terendah. Kehampaan dan kehilangan yang telah aku goreskan dalam tinta kisah asmaraku, penyebabnya adal...