Pandangan matanya menegang, antara yakin dan tidak yakin. Mulutnya sedikit terbuka dan pompaan jantungnya tiba-tiba menggebu. Sekilas, benar-benar hanya sekilas karena pintu lift yang sudah benar-benar tertutup.
"Jiyeon, .." gumamnya
.
.
.
Terburu-buru direktur muda Jeon itu menekan tombol lift untuk kembali turun. Memastikan bahwa apa yang ada di depan matanya tadi bukan ilusi semata. Ya, ia harus memeriksanya kembali.
Ting
Sorot matanya memandang setiap sudut dalam Gedung rumah sakit, mencoba mencari siapa tahu orang yang baru ia lihat benar-benar ada.
"Tuan Jeon"
Jeon Jungkook menolehkan pandangannya kebelakang, security mendekati pria itu.
Dengan nafas yang masih tercekat, ia coba menjawab pertanyaan bawahanny itu dengan tenang
"Ne"
"Apa yang sedang tuan cari? Sepertinya ada yang hilang. Boleh saya membantu?"
"Ani, lanjutkan kerja"
Sepertinya memang ia salah melihat, pandangannya mengapa tidak bisa diajak kerjasama. Kenapa wajah Jiyeon semakin membuatnya gila, astaga. Dia benar-benar sudah gila karena gadis itu setelah sekian tahun berlalu.
Jeon memutuskan kembali untuk meneruskan tungkai kakinya ke atas, mengambil sesuatu yang membuat dia harus kembali ke kantornya. Ia jadi lupa kalau ada hal yang harus di lakukan.
.
.
.
Dilain tempat,
"Dokter Park, semua sudah selesai. Apakah dokter akan langsung pulang?" tanya st.Yujin yang sedari tadi membantu Jiyeon menata barang-barang di ruangan praktek barunya.
"Sepertinya iya" Jiyeon masih menata beberapa buku di rak buku belakang kursinya tanpa memandang Yujin dibelakang.
Yujin bergumam, dan menganggukkan kepala
"Yujin-si, berapa umurmu?" tanya Jiyeon sekarang ia sudah menghadap Yujin dengan senyum hangat sembari menggenggam botol mineral di kedua tangannya. Menyerahkan salah satunya kepada Yujin yang masih berdiri di depannya.
"ah, saya 24 tahun dok" jawabnya
Jiyeon tertawa renyah,
Yujin bingung melihat Jiyeon yang malah tertawa mendengar jawaban yang diberikan
"Aku panggil Yujin-ah saja ya, kau juga panggil saja aku Eonnie" jawab Jiyeon
"Aku menertawakan jawabanmu yang formal sekali, itu lucu. Jangan kaku seperti itu Yujin" imbuh Jiyeon
"Tapi, itu sudah aturannya Dokter, saat bekerja di rumah sakit harus memanggil dengan gelar masing-masing" jawab gadis itu yang masih sedikit kaku
"Ok, Ok. Tapi, Ketika kita berdua. Tolong panggil saja eonnie, aku juga punya adik yang seumuran denganmu. Jadi, kau juga adikku .." jelas Jiyeon lagi, ia pikir Yujin sama saja dengan Eunha jadi apa salahnya memperlakukan Yujin seperti adiknya.
"Baiklah eonnie" senyum Yujin
Jiyeon dan Yujin saling tersenyum, menyenangkan juga baru sehari di rumah sakit ini. Ia jadi tidak sabar untuk memulai kerja besok. Ia ingin sekali segera mengambil peran dan mengobati banyak orang.
.
.
.
.
.
"Ok, kelas kita tutup. Jangan lupa project kalian diselesaikan secara berkelompok, bentuklah kelompok terserah kalian, dan minggu depan presentasikan hasilnya di depan kelas sesuai kelompok. Are you get it guys?"
"Yes, Sir"
"Alright. Thanks for today, have fun!"
Seluruh mahasiswa riuh setelah Baekhyun mengakhiri kelasnya hari ini, ini sudah sore dan kelasnya sudah usai untuk hari ini. Dosen kece itu, keluar sembari memberikan senyum kebeberapa mahasiswa yang menyapanya.
Lihatlah pria cengengesan saat di senior high school itu tlah menjadi sosok yang dihormati mahasiswa dan mahasiswinya. Luar biasa! Tidak akan menyangka ia adalah orang yang sering membuat onar dan merusuh bersama sahabatnya Jiyeon.
Ah, Jiyeon. Hari ini Baekhyun akan singgah kerumah gadis itu. Ia sudah bilang semalam di telpon kalau ia akan mampir ke rumah seusai mengajar. Maka ia pun bergegas ke arah parkir kampusnya.
Sambil berdendang dan bersiul, pria itu mengarahkan kunci mobil kedepan. Berharap bisa mendengar suara alarm dari mobilnya.
Baekhyun masuk, dan segera mengendarai kendaraannya keluar dari lapangan parkir kampus menuju tujuan rumah Jiyeon.
"Ikuti mobil itu" titah seseorang yang berada di kursi belakang mobil hitam mewah,
Mobil itu ternyata memang sudah berada disana, menunggu untuk mengikuti mobil pria bermarga Byun yang baru saja lewat meninggalkan area kampus.
.
.
.
.
"Itu rumah Nona Park Jiyeon tuan, mereka sudah 2 tahun ini pindah kesini setelah ekonomi mereka semakin membaik. Usaha bakery nyonya Park semakin berkembang, dan tuan Park sendiri sudah menempati posisi manajer di salah satu Bank Nasional."
"Selain itu, yang saya temukan nona Jiyeon juga sudah mandiri. Ia sekarang seorang dokter bedah di salah satu rumah sakit terkenal di Singapura. Ia dokter muda yang diperhitungkan disana, sejauh ini hanya itu info yang saya dapatkan tuan muda"
Tuntasnya melaporkan tugas yang beberapa hari lalu di perintahkan oleh tuan yang sedang di kursi belakang.
Pria itu masih memandang lurus rumah yang ada di hadapannya. Ia membiarkan Baekhyun masuk kedalam rumah di depannya saat ini. Tujuan pria itu bukan untuk mencari perkara, ia hanya ingin tahu apa pria Byun itu masih berhubungan dengan keluarga Park. Dan ternyata masih. Berarti selama ini pria Byun itu berbohong kepadanya, pria itu mengatakan tidak tahu informasi tentang Jiyeon padahal pria itu sangat dekat dengan keluarga gadisnya.
Jungkook berdecih, tertewa pelan. Ia merasa dipermainkan, sebegitu buruk dirinya di mata semua orang, sebegitu tidak pantasnya ia bersama Jiyeon. Sehingga semua orang harus bersusah payah menyembunyikan dan menjauhkan Jungkook dari Jiyeon.
Masih di posisi yang sama, tak lama pandangannya mengarah pada taxi yang berhenti di depan rumah keluarga Park. Ia memperhatikan, ada seseorang yang keluar dari kursi belakang taxi itu.
"Kamsahamnida" ucap orang tersebut setelah menutup pintu taxi
Seseorang itu memasuki rumah keluarga Park dengan tersenyum, dan Jungkook masih memperhatikannya dengan seksama hingga pintu rumah keluarga park tertutup rapat kembali.
"Sayang ..."
"She's real" senyumnya mereka terlihat nanar
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Bunny Season-2
General FictionMeskipun roda terus berputar, namun waktu yang terlewat tidak akan lagi sama seperti yang sudah berlalu. Hidupku, cintaku telah sampai pada titik terendah. Kehampaan dan kehilangan yang telah aku goreskan dalam tinta kisah asmaraku, penyebabnya adal...