Bintang masuk kedalam kelas barunya. Sekarang ia sudah kelas 11 di SMA Negeri 75. Dirinya juga merupakan sie Dokumentasi OSIS dan si cerdas pemborong piala. Apa sih bidang yang Bintang tidak bisa? Dia jago dalam segala hal. Kecuali berenang.
Bintang punya wajah tampan dan mata sendu dalam dengan pahatan wajah manis indah rupawan yang membuat banyak orang terhipnotis karenanya. Bintang masuk club musik dan menjadi gitaris yang selalu di sorot banyak orang.
Walau terlihat mirip wibu karena kacamata bulat itu, Bintang sebenarnya tidak suka anime. Kebanyakan belajar saja yang membuatnya jadi rabun begitu.
Bintang masuk ke kelasnya dan duduk di bangku depan. Seperti biasa anak ambis yang lain, memang selalu begitu. Di depan dan paling mencolok dari yang lain.
Tidak, Bintang tidak seperti anak OSIS lain di wattpad ini yang pintar tapi santuy. Bintang itu Ambis dan suka menjatuhkan orang yang menghalangi jalannya. Ia tak suka tahta kecerdasannya di ambil orang. Ia akan berusaha semaksimal mungkin agar tetap berada di atas.
Selang beberapa waktu, bel berbunyi lalu pak Cipto selaku wali kelas baru Bintang masuk dengan senyum merekah membawa absen. Murid laki laki di belakang bersorak kencang membuat Bintang menoleh. Aish, ia satu kelas dengan biang kerok sekolah.
Bagaimana tidak? Pak Cipto adalah guru favorit anak berandalan SMA TUJUH LIMA karena beliau selalu berfikir positif dan tidak suka memperpanjang masalah, tidak suka membeda bedakan, adil, humoris, penyabar, tidak pelit nilai, tidak bertele tele, jarang kasih pr, cara mengajarnya asik, dan yang paling di sukai adalah ganteng.
Seperti biasa kelas lalu sunyi saat pak Cipto memulai salam. Memberikan beberapa kata mutiara lalu berpidato dan yang terakhir absen.
"Oh iya, pas kalian liburan kan bapak rapat." Ujar pak Cipto tiba tiba.
"Rapat apa ngapel sama Pak Arma?." Teriak anak laki laki di pojok kelas yang Bintang tahu namanya adalah Gilang. Pak Cipto hanya terkekeh pelan.
"Rapat kok, cuman pulangnya ngapel." Suara teriakan riuh di kelas mengejek guru di depannya yang malah cengengesan. Bintang hanya geleng geleng tak habis fikir. 'biasa, gini nih kumpulan manusia otak udang.' batinnya
"Nah terus kata Kepsek ada Rules baru." Pak Cipto menatap kearah murid muridnya dengan kedua tangan melipat di dada.
"Ini ada yang dapet baik dan buruk sih. Kata saya kamu dapet yang buruknya Gilang." Ejek pak Cipto membuat teman teman Gilang mendorong dorong pundaknya menertawai sang teman.
"Nah, kata pak Budi sipd...
"S PD pak! Sarjana pendidikan. Kalo yang pede mah bapak!." Teriak teman Gilang yang lain. Bintang menoleh lagi melihat siapa yang berteriak. Oh, itu Rafi.. si anak berandalan nomor satu.
"Ih motong Mulu kamu kek pelakor suka motong hubungan orang. Dengerin dulu sampe abis! Kali aja dapet promo buy one get you." Sekelas tertawa lagi mendengar ocehan pak Cipto
"Nih kata pak Budi, Sugar Daddy nya Rafi. Beliau bilang dapet surat cinta dari kepala yayasan suruh duduknya per absen. Biar gampang kalo mau apa apa. Bapak juga gak paham kenapa bisa gini, tapi turutin aja. Kalo gak nurut nanti gaji di potong, nanti gak bisa ngapel lagi sama pak Arma." Ujar pak Cipto membuat yang lain bertatapan.
Bintang menarik nafas tenang. Dia Bintang, Dia Bintang, tenang tenang... Dia pasti di depan. Bintang meyakinkan diri.
"kalian berdiri terus bapak absen. Absen pertama duduk di depan paling kanan. Afifah Sri Astuti!! Angelica Yoezar!! Aghta Garman!" Yang di sebutkan langsung berjalan ke tempatnya masing masing. Tempat di depan sudah habis namun nama Bintang belum kunjung di sebut.
Tempat duduk di tengah juga sudah mulai habis hingga sisa di paling belakang bagian tengah.
"Mahesa Bintang!." Ah!! Bintang duduk di belakang?!? Lalu siapa yang akan jadi Chairmate Bintang kali ini?
"Maharaja Paduka. Eh? Nama mu kok kebalik ya Raja?." Pak Cipto yang sudah mengenal Raja sedari lama sadar akan perubahan namanya. Pria itu duduk di samping Bintang dan menggaruk rambut berantakannya.
"Nanti saya benerin." Ujar pak Cipto.
"Gausah pak. Enak kok, saya jadi duduk nya deketan sama temen temen." Ujar Raja menunjuk bangku di sampingnya meja sebela dimana itu bangku milik 3 sahabatnya. Pak Cipto mengangguk paham.
"Yaudah kalo kamu maunya begitu." Ujar sang guru tak mau ambil pusing.
Bintang memutar bola matanya malas. Kenapa dia harus duduk bersebelahan dengan berandalan kelas kakap ini sih?!?
"Hey." Bintang menoleh saat merasa orang di sebelahnya memanggil. Raja mengulurkan tangannya namun hanya di tatap Bintang remeh.
"Kenalin. Nama gua Paduka Maharaja, panggil aja Raja. Gua harap kita bisa jadi temen bangku yang baik." Bintang malah memalingkan pandangannya kearah depan tidak mengacuhkan Raja.
"Gua gak pernah mau punya temen berandalan." Raja menarik kembali tangan itu saat mendengar ucapan Bintang. Kibaran bendera permusuhan sudah terasa di hari Raja. Dia bukan orang yang bisa di ajak kerja sama tentunya.
"Lo Rese ya.. Mahesa Bintang.." Bintang melirik Raja yang menyebut nama lengkapnya begitu lembut seperti sarkas.
"Gua tau, dan gua bangga." Ujar Bintang cuek.
"Lo harusnya tau, Lo baru aja ngibarin bendera permusuhan ke orang paling Rese nomor satu." Bintang menoleh kearah Raja dengan tatapan malas dan remeh.
"Coba aja. Gua pengen tau se rese apa tuan paling Rese nomor satu." Bintang menantang. Raja tersenyum simpul lalu mengangkat tangan.
"Ya Raja, kamu mau jadi ketua kelas?." Tanya pak Cipto.
"Enggak pak! Bintang yang mau. Tadi dia ngomong ke saya cuman dia malu." Pak Cipto langsung mengangguk dan menulis nama Bintang. Bintang yang melihat itu lalu menatap tajam kearah Raja.
"Lo!
"Kan? Gua tau kalo Lo gak pernah mau jadi ketua kelas karena itu pekerjaan sibuk. Alasannya Lo OSIS jadi pasti itu jadi beban buat Lo. Selamat menampung banyak beban Bintang." Ujar Raja dengan penuh kemenangan menatap Wajah marah Bintang.
Sial.... Kenapa kita harus satu kelas sih?!?.
KAMU SEDANG MEMBACA
SI NERD [JeffBarcode]
FanfictionJeffBarcode. Raja [Jeff] selalu membuli Bintang [Barcode] karena anak itu kaku dan terlalu ambis dari kelas 10. Mereka semakin dekat, dan hubungan mereka membaik. Entah menuju yang positif, atau malah jadi tambah negatif. "Kata mama jangan suka ngej...