Ternyata yang kemarin itu cuman berlaku satu hari. Karena hari berikutnya Raja tetap lah Raja. Tak ada satupun yang berubah berbeda. Benar benar tetap Raja yang menyandang gelar kebangsawanan Tuan paling Rese nomor satu bagi Bintang.
Karena pada saat jam pelajaran pertama Raja mengupil dan menempelkannya ke buku Bintang, setelahnya mengeluarkan seluruh isi tempat pensil Bintang dan mengeluarkan tinta Pulpennya hingga bercecer kemana mana. Mematahkan isi ulang pensil mekanik Bintang, dan mengeruk seluruh pensil faber Castell yang masih baru dengan pengeruk putar milik Kaina yang duduk di depan mereka.
Lanjut Ronde dua di pelajaran kedua. Saat Bintang sedang menulis Raja malah mencoret bukunya dan membuat Bintang kesal dan akhirnya mencoret pipi Raja dengan pulpen. Raja membalas dengan mencoret tangan Bintang dengan spidol permanen dan di balas lagi dengan Bintang yang berhasil mencoret leher Raja dengan stabilo.
Selanjutnya Raja mencoret coret meja mereka dengan Tipe-X menulis kata kata tak jelas yang membuat kotor. Bintang menepis tangannya berusaha mengambil miliknya namun Raja enggan memberikannya membuat Bintang lelah dan akhirnya membiarkan si usil sibuk dengan Tipe-X nya.
"Bin, liat coba." Raja menarik kepala Bintang hingga pria itu melihat jelas tulisan yang di tulis Raja di meja mereka.
"Bintang love Jaenudin. Gay bahagia selamanya.... Anjing Lo Ja! Balikin gak?!." Raja malah menjulurkan lidah mengejek lalu melempar benda itu ke meja sebelah yang bersebelahan dengan Raja.
"Ja! Nanti gua nge hapus pake apa?!." Bintang mulai geram.
"Pake ludah bisa. Sini nih gua ajarin." Raja hendak mengambil buku Bintang namun di hadang olehnya.
"Jorok lu babi." Umpat Bintang lalu di sentil oleh Raja.
"AJG gak boleh ngumpat!!." Bintang berdecih sinis.
"Lo juga ngumpat tapi di singkat doang tolol." Raja lalu bersender ke kursinya dengan kedua tangan melipat di dada.
"Fitnah Lo. AJG itu singkatan Astaga Jangan Gitu. Pikiran Lo itu... Emang yah anak muda jaman sekarang." Raja geleng geleng sok prihatin membuat Bintang menoyor kepalanya.
"Nge sok banget sih lu bulu babi." Kesal Bintang lalu lanjut menulis lagi.
Bagi Raja ia tak pernah puas dalam mengerjai Bintang. Saat istirahat, Bintang, Marvel dan Zaika sedang berbincang di meja kantin. Tiba tiba Raja datang dan memberikan Bintang Kayak di depan piringnya. Zaika lantas menjerit kencang ketika sang katak meloncat. Tangan Zaika Refleks mengambil nampan lalu memukul wajah tampan Raja hingga jidatnya merah.
Marvel dengan cepat mengambil katak itu lalu ia lempar ke meja komplotan yang empat dan membuat Yudas beserta Rafi berteriak kencang layaknya banci.
Raja berjalan sempoyongan menuju mejanya setelah di tabok Zaika tadi. Bintang tertawa sangat keras melihat itu. Gilang hanya geleng geleng menatap tiga temannya.
Jam pelajaran ketiga adalah favorit Raja untuk mengerjai Bintang. Karena saat ini pelajaran Matematika dan Pak Arma sedang Bad Mood. Guru boty itu sedang menjelaskan dengan wajah masam di depan. Pasti ada yang godain pak Cipto lagi makannya pak Arma mukanya gak enak.
"Heh.. tau gak?." Bisik Raja pada Bintang namun yang di bisiki malah cuek dan tak peduli sama sekali.
"Ada event pelestarian bulu babi tau." Bisik Raja dan membuat Bintang menoleh heran.
"Oh bagus. Lu bisa ketemu temen temen Lo" jawab Bintang cuek.
"Keluarga Lo juga. Makannya gua mau ngajak Lo." Bintang memutar bola matanya malas.
"Beneran! Nanti gua lempar bulu babinya ke kepala Lo buat Refreshing otak!" Bintang cuek tak mendengarkan dan tetap menulis materi yang di tulis pak Arma di Papan.
"Ada jus buntut buaya Lo mau order gak? Open b.o nih." Raja menunjukan layar ponselnya.
"Open p.o bodoh. Otak Lo ini gak pernah di pake apa?." Bintang tetap menulis meski harus menjawab ucapan ucapan nyeleneh Raja.
"Eh tau gak sih. Nih gua mau mulai ghibah Lo dengerin Napa!." Raja mulai menggoyang goyangkan tangan Bintang hingga membuat coretan di kertasnya. Bintang menghempaskan tangan Raja dan berdecak.
"Ganggu aja Lo tai!." Kesal Bintang.
"Si Inten hamil tau sama si Budi. Dan Lo tau gituannya sering dimana?." Bintang seketika mengerutkan alisnya heran.
"Di UKS lama!." Bintang seketika melotot.
"Hah? Yang bener lu!." Bintang mulai terbawa suasana. Raja mengangguk semangat saat Bintang masuk perangkapnya.
"Katanya sih udah tiga bulan sekarang. Makannya bulan kemaren si Inten pindah sekolah. Banyak yang bilang putus sekolah itu." Ujar Raja. Bintang menggigit kuku jarinya berfikir.
"Pantes. Sebulan ini gua gak liat dia. Bagus deh! Saingan nilai gua ilang satu, jadi makin gak ada penghalang buat gua untuk selalu juara satu." Bintang mulai berbangga. Raja tersenyum miring mendengarnya.
"Tapi Budi nya sih masih ada disini." Raja memainkan pulpen Bintang dengan memutarkan nya diantara jari jari pria tampan itu. Bintang berdecak mendengarnya.
"Kenapa sih gak sekalian keluar aja? Gak tau malu apa? Padahal kalo dia keluar, peluang gua bakal lebih besar." Bintang greget sendiri. Hingga tanpa sadar penghapus sudah melayang menuju kepalanya dan Tak!!
"Ahk!" Bintang refleks berteriak sembari memegangi kepalanya. Saat pria itu menoleh, satu kelas menatap kepadanya dan mata pak Arma yang sudah merah seperti hendak membunuh.
"Bintang.... Raja..." Panggil pak Arma lembut membuat bulu kuduk merinding.
"KELUAR DARI KELAS!!!!! SEKARANG!!." Suara menggelegar itu terdengar hingga ke koridor. Raja yang sadar salah langsung berdiri dan keluar. Namun Bintang malah bengong terlebih dahulu lalu mengikuti langkah sang rival yang keluar kelas.
Saat ada di lorong koridor, Bintang menginjak keras kaki Raja namun sang pria hanya mengatakan aw setelahnya bertatapan tajam dengan Bintang.
"Gausah kek gitu ngeliatin guanya!" Bintang menoyor kepala Raja lalu berpangku tangan dengan sebal.
"Lu yang ngajak ngobrol malah gua yang di lempar penghapus." Ujar Bintang kesal menyender ke tembok menatap ujung sepatunya.
"Gapapa. Nakal sekali kali kek! Idup lu belajar Mulu. Flat banget." Komentar Raja yang memutar pulpen Bintang di jari jarinya. Sengaja ia bawa tadi saat di titah keluar oleh bapak negara.
"Belajar lah! Biar sukses! Emang elo?." Raja hanya terkekeh pelan mendengarnya.
"Gua mau jadi CEO." Ujar Raja lantang. Bintang menoleh kaget kearah Raja lalu tertawa terbahak bahak mendengarnya.
"Lo? Jadi CEO? Ahahahaha" Bintang terlihat sangat puas mengejek Raja. Dan tanggapan pria itu hanya menatap datar Bintang.
Bintang menyudahi tawanya dan menatap Raja dengan senyum lebar yang masih menahan tawa pria itu lalu berdiri di depan Raja dan mengacak rambutnya yang sudah berantakan.
"Belajar yang rajin biar jadi CEO. Gua juga mau jadi dokter, makannya gua mau belajar giat supaya itu gak cuman jadi mimpi. Dan Lo juga harus kek gitu. Semangat Raja."
Raja tersenyum sembari menggeleng lalu menyisir rambutnya ke belakang membuat wajah tampan itu semakin jelas di lihat oleh Bintang. Bintang yang melihat itu membuang wajah, gak bisa ini terlalu sexy bagi Bintang.
Raja mendekatkan wajahnya pada si rival yang hanya setinggi hidungnya itu dan menatapnya dengan dalam. Bintang menoleh dan sedikit menjauhkan wajahnya pada wajah Raja yang amat begitu dekat.
"Lo juga. Semangat berjuang nya dok." Ujar Raja dengan suara beratnya yang membuat Bintang menahan nafas.
Raja lalu menegak kan badannya dan bersender lagi ke tembok Bintang menghela nafas panjang dengan satu jam penuh tak menoleh kearah Raja. Apa apaan itu tadi?!.
Bisa mampir ke twitter aku @Payakhos
KAMU SEDANG MEMBACA
SI NERD [JeffBarcode]
FanficJeffBarcode. Raja [Jeff] selalu membuli Bintang [Barcode] karena anak itu kaku dan terlalu ambis dari kelas 10. Mereka semakin dekat, dan hubungan mereka membaik. Entah menuju yang positif, atau malah jadi tambah negatif. "Kata mama jangan suka ngej...