04. Bukan peduli

164 23 0
                                    

Bintang diam di UKS lebih dari satu jam. Pria itu hanya duduk sembari menempeli pipinya dengan kantong es batu yang kini mulai sedikit mencair.

Bintang menghela nafas. Ia masih belum bisa kembali ke kelas karena pipi dan gusinya masih ngilu jika tidak ditempeli es. Pikirannya melayang. Kenapa ia berlari ke depan Raja dan menghadang pukulan yang akan di berikan kepadanya.
Padahal itu adalah hal yang menguntungkan bagi Bintang jika pukulan berhasil mendarat ke pipi si bangsat yang sudah mengganggunya belakangan ini.

Bintang jadi menyesal kalau mengingat kejadian tadi.

Seketika suara pintu terbuka menampilkan Raja yang membawa satu kantong kresek putih menghampiri Bintang yang sedang terduduk di ranjang UKS. Bintang hanya diam menatapnya duduk di samping Bintang dan menaruh kresek itu di bawah ranjang.

"Masih sakit?." Tanya Raja dengan suara pelan tidak seperti biasanya. Bintang mengangguk pelan lalu menggenggam kantong es itu di kedua tangannya.

"Ada bubur dari Kevin. Katanya dia gak bisa jenguk soalnya ada rapat OSIS. Dia juga udah ngizinin Lo ke Raviel, sama nanti pulang sekolah katanya dia mau minta maaf." Jelas Raja yang seperti canggung berbicara panjang dengan Bintang.

"Lo... Maaf-an sama dia?." Tanya Bintang yang menempelkan lagi kantong es batu ke pipi. Raja mengusap kedua pahanya canggung.

"Ya.. mau gimana lagi? Lagian masalah sepele doang. Kita juga gak nyangka bakal ada korban." Raja berujar dengan kekehan pelan di akhir kalimat.

Bintang menatap heran pada Raja yang terlihat seperti terus menunduk ketika berbicara padanya.

"Lo kenapa? Kayak lagi ngomong sama setan. Tegang banget." Raja menoleh menatap Bintang yang masih menatapnya dengan dahi mengerut.

"Gua... Cuma kaget. Tadi Lo batuk darahnya banyak banget sampe satu gigi geraham Lo patah satu. Gua jadi mikir, kalo Lo gak ada gua yang bakal patah gigi gerahamnya. Dan itu pasti sakit banget." Ujarnya yang menunduk lagi saat berbicara dengan Bintang.

"Oh.. ya." Jawab Bintang pendek. Raja menatap Bintang heran.

"Apa?."

"Iya.. sakit. Banget malah.." Bintang berujar sembari menatap kearah pintu masuk dengan tangan tetap memegang kantong es.

"Oh iya... Kata pak Cipto ada yang mau Lo omongin ke gua." Tanya Raja membuat Bintang berfikir sejenak lalu teringat akan pesan gurunya itu.

"Kalau masih sakit nanti aja ngomongnya. Lo... Bisa dapet w.a gua dari grup kelas atau temen temen kelas... Gua free twenty four sevens kok." Bintang menaikan satu alisnya menatap Raja.

"Kok gua jadi takut ya? Lo kesambet setan apa sih sampe jadi aneh kek gini?." Bintang kini benar benar menghadap Raja dengan wajah penasaran menyelidik.

"Gua.. gua... Gua cuman... Ya.. merasa bersalah?" Bintang makin heran.

"Gua sering denger kalo Lo itu sering ikut tawuran. Apa Lo ngerasa bersalah juga ke orang yang udah Lo sakitin di tawuran itu?." Tanya Bintang. Raja menggaruk rambutnya bingung.

"Kan mereka musuh gua. Jadi gua-

"Kan gua juga musuh Lo." Potong Bintang. Raja diam lagi.

"Engga... Lo bukan?." Raja ikut bingung sendiri dengan ucapannya.

"Kalo bukan? Terus apa? Gak ada istilahnya temen ngasih jus sambel ke temennya yang baru aja di smash kok sama dia pas tanding bulu tangkis."

"Lo masih dendam soal yang itu?." Bintang memutar bola matanya malas.

"Ya kalo lu punya otak pasti mikir." Raja meneguk ludahnya merutuki berbicara seperti tadi.

"Tapi konteks nya beda. Dalam sisi lain Lo juga melindungi gua, jadi... Gua ngerasa bersalah aja." Jujur Raja.

SI NERD [JeffBarcode]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang