Ekspresi wajah terkejut dan kebingungan terlukis di wajah Tono setelah pria itu mendengar ucapan Revan. Tono itu lebih terkejut mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari bibir tipis Revan. Mengapa Revan merasa bingung dengan pernikahannya sendiri saat Tono bertanya. Apakah anak itu hanya pura-pura? Pikir Tono.
"Apa yang kamu katakan?" Tono bertanya gugup. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan. Dahinya bertautan, mengartikan jika ia juga merasa sama bingungnya dengan Revan. Baru saja ia melihat sebuah kartu undangan beratasnamakan Revan sebagai mempelai di dalam undangan itu dan entah siapa nama pria lain yang tertera di dalam kartu undangan tersebut. Tono sendiri tidak mengenalnya. Setelah melihat kartu tersebut, lekas ia mendatangi ruang kantor Revan saat jam makan siang.
"Seharusnya, aku yang bertanya. Apa yang barusan kamu katakan? Pernikahan siapa?" Revan bertanya lagi untuk memastikan.
"Jangan bercanda! Tentu saja pernikahan kamu!" Tono kali ini memasang suara yang sedikit meninggi.
"Aku?" Tanya Revan dengan nada yang sama tingginya.
"Iya! Kamu, siapa lagi, Revan?!" Perasaan jengkel mulai menyelimuti Tono.
"Tidak ada pernikahan! Karena aku tidak akan menikah dengan siapa pun!" Jawab Revan kali ini sukses membuat Tono terdiam. Pria itu masih memandang wajah Revan. Mencari kebenaran di mata anak itu dan setelah ia menemukannya, Tono memijat pelipisnya. Semuanya ini sangat membingungkan. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?
Revan memajukan tubuhnya mendekati Tono. Lalu, ia membasahi bibirnya sebelum berkata, "Siapa yang menyebarkan berita pernikahan itu? Lagipula aku akan menikah dengan siapa? Aku pun sampai detik ini belum bisa suka dengan wanita. Kamu tau itu kan, Ton." Pertanyaan itu terucap lembut di bibir Revan membuat Tono yang sejak tadi memejamkan kedua matanya sambil terus memijat pelipisnya yang mulai berhenti. Tono mulai kembali membuka matanya.
"Mamaku. Ia sendiri yang memberikan kartu undangan pernikahan itu padaku!" Tono menghela nafasnya sebelum melanjutkan, "Aku melihat kartu undangan itu dengan kedua mataku sendiri."
Hening sejenak sampai akhirnya sebuah ledakan tawa keluar dari bibir Revan. Anak itu tertawa terbahak-bahak Setelah mendengar cerita Tono barusan. Dan pada akhirnya Revan mengerti dari kesalahpahaman ini.
Tono menatap Revan dengan jengkel, setelah tertawa akhirnya tawa Revan sedikit mereda sekarang. Revan membersihkan tenggorokannya sebelum kembali berkata, "Maaf tapi, aku rasa mama kamu telah membohongi kamu."
Tono menyisir rambutnya dengan kasar menggunakan jemarinya. Frustasi tampak jelas di wajahnya. Sungguh, ia tidak menyangka jika mamanya akan melakukan hal ini kepadanya. "Tapi aku melihat kartu undangan sialan itu dengan mata kepalaku sendiri." Lanjut Tono.
"Tolong hentikan mengatai kartu undangan itu Tono." Pinta Revan. Rasanya Tono yang ia kenal tidak pantas berkata kasar. Pria itu sebenarnya pria yang hangat dan lembut. Dan, kata-kata kasar tidak ada dalam kamus Tono dan Revan sangat yakin akan hal itu. "Aku rasa sih sebaiknya kamu langsung tanya aja sama mama kamu."
Tono mengangguk setuju. Ia akan melakukan hal itu nanti. "Kalau begitu jawab pertanyaan aku."
"Pertanyaan yang mana?" Tanya Revan lagi dengan heran.
"Jawab aja, Revan. Please! Apa susahnya jawab dengan jujur." Terlihat Tono sangat memohon dengan frustasi.
Kemudian Revan memutar bola matanya dengan malas, "Baiklah." Lanjut anak itu.
"Good!" Pujinya. "Kamu nggak akan menikah kan?" Tanya Tono untuk meyakinkan hatinya.
Lalu Revan memandang wajah Tono dengan begitu serius. "Tidak ada pernikahan dalam waktu dekat ini." Anak itu kembali menjawab dengan santai.
Tono memicingkan matanya dan menatap tajam ke dalam mata anak itu sehingga Revan langsung meralat perkataannya karena merasa terintimidasi.
"Sebenarnya, setiap orang pasti mempunyai impian untuk segera menikah," kata Revan membela diri sembari mengangkat kedua bahunya. "Seperti aku yang dulu selalu memimpikan sebuah pernikahan dengan seorang pria yang aku cintai dan menerima aku sebagai pasangannya. Hanya saja pria itu tidak peka sehingga lima tahun yang lalu aku memilih untuk pergi menjauh darinya, supaya pria itu bisa bahagia dengan sahabatnya yang aku pikir dicintainya. Tapi, ternyata aku salah." Wah, seperti ada sindiran halus dari ucapan Revan sekarang.
Tanpa diduga sebelah tangan Tono meraih tangan Revan lalu menggenggamnya. Sentuhan itu membuat jemari Revan seperti tersengat listrik, tapi Revan suka hal itu. Tono memandang manik mata Revan lekat-lekat, kemudian membasahi bibirnya sebelum mengucapkan sebuah kalimat yang berhasil membuat Revan merasakan jutaan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya.
"Tidak peduli apapun alasan kamu itu, jangan pernah sekali lagi mencoba untuk lari dari aku lagi, mengerti?" Ucapan itu sungguh membuat orang yang ada di hadapan Tono menjadi berdebar-debar.
Seakan terhipnotis dengan manik mata itu yang terus menatapnya, perlahan Revan menganggukkan kepalanya pelan.
"Dan kalau memang menikah termasuk salah satu impian kamu. Maukah kamu menikah dengan aku? Revan."
TBC~
•••°°°•••
REVAN
•••°°°•••
TONO
![](https://img.wattpad.com/cover/304093296-288-k574563.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Warmth Inside You - Boyxboy
RomanceDua insan manusia harus terjebak dalam dilema cinta terlarang yang memaksa salah satu dari mereka pergi menjauh. Setelah menghilang selama lima tahun, Revan kembali masuk ke dalam kehidupan Tono, pria yang dicintainya dalam ikatan pertunangan yang o...