SATU

3K 146 13
                                    

Setelah 5 tahun lamanya, tidak pernah terpikirkan sekalipun bahwa dirinya akan kembali ke Tanah Air lagi.  Sebab sudah menjadi keputusannya untuk menetap di Singapura. Di sana ia telah memiliki pekerjaan yang layak dan sesuai dengan bidangnya. Namun, telepon dari maminya mampu membuat keputusan nya berubah hanya dalam hitungan 1 hari. Walaupun dia tahu bahwa dengan kembali ke Ibu Kota, itu artinya dia harus menghadapi seseorang yang paling dirindukannya, seseorang yang telah ia tinggalkan dengan satu alasan yang sangat sulit dijelaskan.

Revan menatap pemandangan di luar jendela kaca taksi. Tak banyak yang berubah dari Ibu Kota ini meski telah ditinggalkan nya selama 5 tahun. Hanya gedung-gedung pencakar langit yang semakin bertambah jumlahnya. Tapi, kemacetan dan panasnya Ibu Kota yang tidak berubah seakan-akan tetap ingin menjadi ciri-ciri dari kota Jakarta.

Revan melangkah keluar dari sebuah taksi berwarna biru, membuka pintu pagar rumah dan dengan langkah yang sedikit lebar, Iya berjalan menuju pintu utama rumah yang besar itu. Kemudian, Revan menekan bel rumahnya sendiri. Hari ini ia bermaksud memberikan surprise untuk kedua orang tuanya mengenai kepulangannya ke Jakarta. Iya sengaja tidak memberitahukan kepada mami dan papi nya.

Lalu seorang wanita paruh baya membukakan pintu rumah secara perlahan. Wanita itu mendongakkan kepalanya, hendak melihat siapa gerangan tamu yang baru saja menekan bel rumah tersebut.

Pandangan matanya bertemu dengan sosok seorang pria tampan berambut hitam yang berdiri tegak di hadapannya. Sebuah senyuman tercetak di wajah Revan itu sehingga pipi kanannya dihiasi lesung pipi tercetak jelas pada wajahnya. Bibi Harti, nama wanita paruh baya itu yang masih menatap penampilan pria dihadapannya yang hanya mengenakan kaos dan celana jeans. Namun, di mata Bibi Harti, pria yang sudah bisa dikatakan sebagai pria dewasa ini tetaplah pria kecil yang selalu ditimang-timang nya saudari dulu. Pria kecil yang selalu mengikutinya ke mana ia melangkah dengan boneka beruang kecil didalam pelukannya.

"Tuan Revan?" Tanya Bibi Harti dengan kerutan di dahinya. "Ini beneran tuan Revan?" Ulangnya masih tidak percaya dengan penglihatannya sendiri.

"Iya, Bi. Ini aku Revan," jawab Revan diiringi senyum yang melengkung di bibirnya.

"Masya Allah, Tuan!" Bibi Harti memandang anak asuhnya dengan pandangan tak percaya. Tanpa menunggu lebih lama, seperti orang tua yang sedang menunggu kepulangan anaknya, Bibi Harti maju 2 langkah dan memeluk tubuh langsing milik Revan. "Akhirnya Tuan pulang juga, Bibi senang sekali bisa melihat Tuan Revan. Tuan Revan makin tinggi dan gagah ya, kulitnya juga makin putih bersih pasti selalu perawatan di luar negeri sana." Puji orang tua bernama Bibi Harti itu dengan tulus.

"Aku juga senang bisa melihat bibi. Aku kangen banget sama Bibi Harti. Terutama masakan Bibi yang enak banget. Aku kangen banget sama masakan tradisional yang dibuat bibi, selama aku di Singapura makanannya aneh-aneh banget tau bi." Sahut Revan dari balik punggung rapuh Bibi Harti.

Puas memeluk Revan, sekali lagi Bibi Harti memandang wajah Revan sebelum akhirnya mengajak Revan untuk masuk ke dalam rumah. "Bibi janji akan masak apa saja yang Tuan inginkan. Sekarang ayo masuk dulu." Dimiringkan tubuhnya untuk memberi jalan supaya Revan bisa masuk ke dalam rumah.

"Terima kasih, Bi. Maaf ya kedatanganku yang mendadak ini pasti sedikit mengejutkan bibi." Sambil berjalan beriringan Revan menjelaskan perlahan.

Beriringan mereka mulai memasuki ruang keluarga rumah tersebut. Rumah yang tidak banyak memiliki perubahan sejak kali terakhir Revan meninggalkannya. Dimana Revan masih dapat mengingatnya dengan baik, guci biru kesukaan maminya masih berdiri tegak di ruang tamu. Sofa bercorak emas dengan lukisan batik dan meja jati berukiran masih menghiasi ruang tamu tersebut.

Perlahan rasa rindu yang selama ini memenuhi dadanya mulai terobati. "Mami dan papi ada di mana ya, Bi? Aku harap mereka ada di rumah." Revan bertanya karena rasa rindu terhadap orang tuanya sudah sangat melekat di hatinya.

Warmth Inside You - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang