Ashley POV
“Zayn? Ashley? apa yang kau lakukan disini?” Tanya seseorang diseberang sana.
Aku tersentak, Zayn pun juga. Kami berdua langsung melepaskan pelukan kami.
Itu Harry. Aku hafal betul suara Harry.
“kami sedang tidak melakukan apa-apa, aku ke kemar dulu ya, aku mengantuk” Ucap Zayn tegas sambil meninggalkan kami berdua di taman ini. Ya, hanya berdua.
“jadi , kenapa kau berdua di taman ini bersama Zayn? Um.. kau juga berpelukan dengannya” Tanyanya sambil meneguk secangkir kopi yang ia bawa daritadi. Tunggu, apakah dia cemburu?
“kami hanya saling curhat. Kenapa memangnya?” Tanyaku santai.
Harry POV
“jadi , kenapa kau berdua di taman ini bersama Zayn? Um.. kau juga berpelukan dengannya” Tanyaku.
Aku menegung secangkir kopi yang kubawa, lalu duduk di gazebo, duduk di sebelah Ashley.
“kami hanya saling curhat. Kenapa memangnya?” Tanyanya.
“tidak papa, hanya tidak wajar saja. Kau curhat denganya dan lalu kau....”
Ucapanku terhenti.
Ia memelukku dari belakang. Memelukku hangat. Entah apa seharusnya yang kulakukan. Aku hanya diam.
“aku juga memelukmu, apakah itu tidak wajar?”
Aku diam. Dia lantas pergi meninggalkanku tanpa jejak. Ashley? Mengapa ia memelukku seperti tadi?
Lilly POV
Aku rasa semua orang telah tertidur. Rumah ini benar-benar sepi, seperti goa tanpa ribuan kelelawar. Aku tidak bisa tidur. Aku benci penyakitku ini, Insomnia. Dari kecil aku sudah menderita penyakit ini, cukup parah. Biasanya aku bisa tidak tidur sampai 2 hari. Penyakit ini menyiksaku.
Aku berjalan menyusuri sudut demi sudut rumah ini, dari depan sampai ke taman. Rumah ini benar-benar besar. Terutama tamannya. Super duper besar. Aku pun menyusuri taman rumah Ashley. Indah, sangat indah. Aku berjalan lagi, aku melihat ada sebuah rumah dari kejauhan. Aku pun masuk kedalam rumah itu, sepertinya itu rumah kaca. Nampak cukup usang dan berdebu. Tapi masih tetap indah karena banyak tumbuhan menjalar yang melilit rumah itu.
Saat di dalam rumah itu, aku merasakan aura yang sangat berbeda. Aura disini lebih kuat dan lebih menyejukkan. Aku melihat sebuah kain putih menutupi benda yang amat besar. Aku membukanya.
“uhuk.. uhuk.. uhuk”
Banyak sekali debunya. Aku rasa benda ini tidak pernah dipakai selama puluhan tahun, dilihat dari debu yang menempel di kain ini.
Mataku terbelalak meihat benda itu. Benda yang selama ini sangat ingin aku beli.
“Piano?” Ucapku kaget.
Aku melihat Brand Grand Piano itu. Steinway. Steinway adalah salah satu brand Grand piano terbaik. Aku rasa piano ini buatan tahun 90-an, dan kurasa sangat langka. Terlihat dari lukisannya, Ya, Piano ini pasti dipesan khusus, mungkin hanya ada 1 di dunia.
“bagaimana Ashley hanya menggeletakkan barang semahal ini?” Omelku. Entah mengomel pada siapa, karena memang hanya ada aku sendiri disini.
Aku menghela nafas panjang. Bagaimana dengan konser dimalam hari? Ya konser tunggalku, Konser piano yang selama ini aku dambakan.
“Ladies and Gentleman . Now Please Welcome, Lilly Violet Carter” Ucapku sambil membuat suara besar layaknya presenter. Aku mendengar tepuk tangan semua orang bergemuruh. Imajinasiku kali ini mencoba menghiburku. Aku langsung duduk di depan Grand Piano super mahal itu dan memainkan sebuah lagu Favorite ku, More Than This.
YOU ARE READING
I'm Here For You
Teen FictionCinta adalah kegilaan sementara yang bisa berubah menjadi kasih sayang yang abadi atau penyesalan yang panjang. ini adalah cerita tentang hati bertemu dengan belahannya di seberang, cerita tentang hati yang ditinggalkan belahannya untuk pergi ke seb...