Stressed

2.9K 316 64
                                    

5 hari sejak kejadian dimana Tay membawa Krist pulang bersamanya, Singto terlihat sangat kacau, penampilannya berantakan, jarang berada di kantor, bahkan pria itu malah lebih sering menghabiskan waktunya di bar malam, meminum banyak alkohol hingga membuatnya terkadang muntah akibat tubuh yang tidak bisa menerima lagi.

"Singto, hentikan.. lihat kau sangat terlihat kacau sekarang" Mew menghentikan pria itu yang ingin meneguk segelas wine lagi, padahal jelas-jelas ia sudah terkapar dengan kepalanya yang berada diatas meja, mata tertutup rapat, namun bibirnya masih meracaukan nama Krist.

"Hikss Krist.. aku mencintaimu Krist, tapi kenapa dia tidak percaya dengan ucapanku hikss.. kenapa?! aku bukan pria brengsek di masa lalu, tapi kenapa?! Dia memisahkan kita Krist.." racau Singto disela tangisnya.

"Aku tak sanggup kehilanganmu Krist hikss.. ini menyakitiku"

Mew yang mendengar itu merasa sangat ibah pada Singto, ya pria ini sudah menceritakan semua kejadian yang dirinya alami. Menurutnya sangat wajar jika Tay marah besar pada Singto, tapi untuk memisahkan mereka berdua itu sangat berlebihan.

"Sing dengarkan phi, apa dengan cara mabuk begini kau akan mengembalikan keadaan? Justru tidak, kau akan semakin kehilangan dia" tutur Mew, dapat gelengan dari Singto.

"Tidak!!tidakk!!! Aku tak mau kehilangannya" ujar Singto bersungguh.

"Aku mencintainya, phi Mew" lirih Singto, air matanya mengalir pelan, ia memejamkan matanya seketika lalu membukanya kembali.

"Maka dari itu berhenti melakukan hal bodoh ini, kejarlah dia, bicara pada Tay lagi buat dia percaya padamu, aku yakin kau bisa Singto" ucapan dari Mew mampu membuat Singto yakin lalu ia mulai bangun dan berlari menuju parkiran.

"Lalu apa aku di tinggal sendirian disini?" tanya Mew pada dirinya sendiri ketika Singto telah meninggalkannya di bar hanya seorang diri.

🦁🐢

Krist mengurung dirinya sendiri dikamar, matanya terlihat sembab karena terus menangis, ia hanya duduk di sisi kasur memandang foto nya bersama Singto. Krist sangat merindukan sosok yang selalu menyayanginya.

"Kit, keluar habiskan sarapan mu" panggil Tay dari ambang pintu.

"Gak mau! Phi makan aja sendiri" sentak Krist menatap tajam pria itu.

"Makan Krist, sebelum phi 'memaksamu' " ujar Tay memberi penekanan pada kata akhir.

"Menjauhlah, Aku tak ingin melihatmu phi.. hikss aku mem— bencimu" isak Krist membenamkan wajahnya pada boneka turtle besar.

Tay berjalan mendekat, menarik boneka itu dari wajah Krist, menampakkan wajah sang adik yang begitu kacau. Melihat kondisi seperti ini hati Tay merasa ikut sakit, bagaimana pun adiknya sedang mengandung.

"Kit, jangan keras kepala, pikirkan bayimu juga"

"Peduli apa kau dengan bayiku, phi? Kau bahkan ingin memisahkan dia dengan ayahnya bukan? Kau jahat, jahatt!!" teriak Krist seraya memukul bahu Tay.

"Justru aku peduli padamu Krist! Aku tidak ingin kau menjadi jalang pria breng—










Plakk!!!













"Cukup phi. Singto tidak seperti yang kau pikirkan! Dan Kit.... bukanlah jalang hikss" Krist menampar pipi Tay, sangat sakit mendengar kata-kata yang terlontar dari mulutnya.

Adorable Boy [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang