"Kapan ya, Mak, kita bisa naik mobil kayak mereka." Maaf ya, Nak, takdirmu tak seindah keinginanmu, batinku perih. Aku usap lembut kepalanya, "Sabar ya, Nak. Suatu saat kamu pasti bisa naik mobilmu sendiri, percaya itu. Saat kamu besar nanti, pasti kamu temukan peluang kejayaanmu, Nak."
Tahun berlalu cepat sekali rasanya. Mamak melihat bayang-bayang mu yang tengah bermain bersama kawan-kawan selama penantian pulangnya kamu dari tanah rantau. Para perantau kini sudah berhamburan turun dari bus menghampiri sanak familinya masing-masing, tapi tak Mamak lihat kamu di antara rombongan. Mamak kira kedatanganmu tahun ini semudah bisnismu yang sedang berjaya di sana. Tapi tak apa, kabar-kabar darimu nanti tetap membuat Mamak bahagia. Kabar darimu selalu membuat Mamak bangga, Jaya.
"Mak Inah!" suara teriakan seorang pemuda yang turun bersama penumpang bus lainnya memanggilku. "Ada apa, Nak?" "Aku mau memberi kabar tentang Jaya, Mak. Sekali aku melihat dia, dia sedang diiringi banyak orang menuju mobil." "Syukurlah, orang-orang itu pasti kawan bisnis Jaya." "Mungkin saja, Mak. Tapi mereka berseragam cokelat abu dan bertopi pet. Dan Jaya berjalan seperti dipaksa, dihimpit oleh mereka tak boleh ada gerak tambahan, Mak. Pundak Jaya dicengkeram kuat oleh dua kawan yang berjalan di kanan kirinya." "Ya ampun, Jaya. Apa tingkahmu di sana, Nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Pentigraf
Short StoryDisarankan membaca ketika dalam keadaan sibuk. Karena setiap cerita yang ada disini tidak habis dibaca sampai 5 menit. Semoga selalu sibuk dan tidak puas pada ceritanya🙌