Kabar Semut

67 7 1
                                    

Menyesap kopi melupakan sejenak tugas-tugas kuliahku. Mataku tertarik kepada barisan semut yang sedang berjalan beriringan, membuntuti satu sama lain. Semakin kuperhatikan semakin banyak semut-semut merayap di dinding kamarku. Pergi–kembali seakan memberi kabar kepada semut yang lain. Aku merasa ada yang aneh. Tak biasanya kamarku menjadi lintasan prajurit semut tapi ya sudahlah.

Kenapa rombongan semut ini benar-benar banyak? Jangan-jangan mereka akan membuat sarang di dalam kamarku. Enak saja, aku tak mau berbagi ruang denganmu, hei para semut. Aku harus mencari dari mana dan ke mana arah tujuan mereka. Aku susuri lintasan semut itu ke tujuan akhir mereka. Mereka menuju bawah ranjangku. Aku harus mencari senter terlebih dahulu sebab cahaya di kamar tak bisa menjangkau ke sana.

"Hachim ... Hachim! Di mana ya aku taruh senter. HP ku masih lowbat lagi." Aku buka satu per satu laci untuk mendapatkan senter. "Astaga, itu dia," aku ambil senter yang menggantung dibalik pintu. Betapa cerobohnya aku. "Hachim ... Hachim, aduh susah banget nafasnya," aku tengkurap untuk melihat ke mana tujuan para semut dengan bantuan cahaya senter yang kugenggam ini. Posisi tengkurap ditambah pilek yang mengganggu pernafasan ku semakin membuatku susah bernafas. Aku perhatikan betul-betul ada apa dibalik ranjangku ini sehingga menarik minat para semut mendatanginya. "Astaga!" aku kaget tak percaya apa yang aku temui. "Mayat siapa ini?! Tolong tolong!"

Kumpulan PentigrafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang