Tatapan Magis

49 5 0
                                    

Sekian lama aku mendambakan malam ini. Sekian usaha sudah aku mempersiapkan semuanya. Aku mencintaimu, Nur. Aku merasakan jika kamu juga merasakan hal yang sama. Setiap aku beradu pandang denganmu, kamu selalu memberi tatapan indah seakan ada kekuatan magis membiusku, tatapan favoritku.

Kini, kita sudah berada di luar. Ini semua tak mungkin bisa aku dapatkan jika kamu tak menerima ajakanku pagi ini ketika kita tak sengaja berpapasan di sekolah. Bersama indahnya langit malam meniupkan angin kasmaran yang menerbangkan helaian rambutmu, aku seakan tengah dibawa terbang dari negeri kahyangan menuju tempat favoritmu. Sesekali kamu menyunggingkan senyuman malu-malu setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang aku lontarkan. Betapa manisnya senyumanmu itu. Melengkapi indahnya cahaya mata dibalik kacamata ovalmu. "Dit, kamu benar 'kan mau antar aku kemana aja malam ini?" "Tentu pasti. Aku gak akan ingkar janji. Sekarang tempat mana yang pertama mau kamu kunjungi?" "Aku mau ke optik langganan, Dit. Mau ganti lensa. Habis itu kita ke kios mie ayam langganan kamu, ya."

Aku tarik gas motor tak mau mengecewakannya menghindari antrean panjang kendaraan bermotor malam Minggu ini. Sampainya di optik, Nur memintaku untuk menunggunya di kursi pelanggan. Ia hendak memeriksakan matanya terlebih dahulu. "Adit. Kita udah selesai. Yok," ucapnya sambil menyentuh pundak ku. "Oh, cepat juga, ya. Kalau gitu ayo kita ke--" "Eh eh, Dit, tadi aku dapat pesan dari ayah buat langsung pulang selesai dari optik. Sorry, ya." "Gak masalah. Aku antar, ya." "Gak usah," Nur menolak ku cepat, "iya gak usah. Aku bisa pulang sendiri, hehe. Makasih ya. Bye." Seperginya Nur aku mendengar bisik-bisik dari balik etalase kacamata. "Tuh 'kan benar kataku. Mba nya itu rabun jadi gak lihat gimana tampang asli si Mas nya. Udah dia ganti lensa baru deh dia sadar." "Haha, benar ya kata kamu."

Kumpulan PentigrafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang