Teriakan penonton memanggil-manggil namanya. Berteriak diselingi kata "Lagi, lagi" Terlihat dari tempat ku berdiri Awa sedang mengatur nafasnya setelah sebelumnya telah berhasil menghipnotis penonton dengan penampilannya. Ia tampak sangat bahagia dengan senyum merekah, jiwanya panas bersemangat berwarna merah seperti mini dress merahnya dengan motif bunga besar di pundak.
"Awa nyanyi lagi! Ntar Abang sawer." Teriak seseorang di antara banyaknya penonton. Awa memberi instruksi kepadaku untuk bersiap dengan gitarku. Dia segera memainkan lagunya yang ke sekian bukan karena tawaran saweran sebanyak apapun, aku tahu itu. Ia melakukan ini semua karena ia bisa merasakan kebebasan yang sudah lama tertahan. "Anwar!" Suara teriakan yang kalah besarnya dengan suara dari speaker dangdut itu berasal dari seorang perempuan dari belakang kerumunan penonton. Aku lihat wajahnya seperti sedih menahan amarah. Anwar yang dipanggilnya tak juga menggubris panggilan dia yang sepertinya ibu dari Anwar. Ia melangkah kasar menembus banyaknya penonton sampai akhirnya berhasil berada di atas panggung.
"Astaga Anwar! Ikut Mama sekarang. Kamu ini bikin malu ibu aja." Tiba-tiba ibu tadi menarik telinga Awa sambil memaksanya turun panggung. "Apaan sih, Ma. Mama malu sama aku? Biarin aja aku di sini. Aku merasa bebas menjadi Awa. Aku gak bisa jadi Anwar yang udah Mama atur kehidupannya. Sekarang, panggungku hidupku. Lepasin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Pentigraf
Short StoryDisarankan membaca ketika dalam keadaan sibuk. Karena setiap cerita yang ada disini tidak habis dibaca sampai 5 menit. Semoga selalu sibuk dan tidak puas pada ceritanya🙌