11. Untuk Boboiboy

317 23 2
                                    

Anara membuka matanya perlahan, sinar menyilaukan dari matahari menyambut.

"Cucu atok!" Anara merasakan pelukan hangat yang sudah lama ia rindukan. Saat pandangannya tidak lagi buram, ia melihat wajah sang kakek. Tidak jauh dari tempat tidurnya, berdiri kapten Kaizo.

"Atok?" pria tua itu menatap Anara. "Ana rindu Tok!" Anara memeluk tubuh kakeknya tidak kalah erat.

"Anara, komandan Kokoci berkata untuk sementara kamu tinggal di bumi." ucap Kapten Kaizo

Anara merenggangkan pelukan pada sang Kakek. Ia tersenyum pada alien tampan yang sudah menyelamatkan nya.

2 hari lalu...
Kapten Kaizo segera menuju kapal angkasa miliknya begitu mendengar percakapan antara Retakka dan anak buahnya. Dari dalam kapal angkasa miliknya, ia melihat alien gemuk memasangkan helm pada Anara lalu mendorongnya.

"Aku akan berpikir lagi tentang membunuhnya," gumam kapten Kaizo.

Setelah Anara melayang cukup jauh, Kaizo keluar dan membawa Anara yang tidak sadarkan diri kedalam kapal angkasa.

Kapten Kaizo segera menghubungi komandan Kokoci setelah memberikan pertolongan pertama untuk Anara.

"Komandan saya sudah berhasil membawa kapten Anara," lapor Kapten Kaizo

"Kerja bagus kapten Kaizo," ujar komandan Kokoci

"Saya akan segera membawa kapten Anara ke station TAPOPS."

"Jangan dulu, akan lebih baik jika kapten Anara kau bawa ke bumi. Jika disini dia akan tertekan, lagi pun Boboiboy belum menemukan power spera Sinarbot." jelas komandan Kokoci

"Belum ketemu? Kenapa?"

"Kita kalas cepat dengan Gigimo, dia sudah menjual Sinarbot."

"Baiklah komandan, saya akan bawa kapten Anara ke bumi."

***

"Abang akan kembali sekarang?" tanya Anara. Kaizo mengusap lembut surai coklat adiknya.

"Abang akan kembali, jangan beritahu siapapun tentang keberadaan kamu saat ini oke?" Anara mengangguk patuh, gadis itu menerjang tubuh Kaizo dengan pelukan hangat.

"Anara pasti rindu abang," lirih Anara

Kaizo membalas pelukan adiknya, ia berbisik "abang juga."

Kaizo melepas pelukan mereka, ia berjalan mendekati atok Anara. "Saya pergi dulu, tok Aba."

Tok Aba memeluk singkat Kaizo, "jaga diri."

Kaizo tersenyum, ia berjalan menuju kapal angkasa. Setelah melambaikan tangan pada Anara, ia segera masuk.

Anara menatap kepergian Kaizo dengan tatapan yang sulit diartikan. Tepukan di pundak menyadarkan Anara. Anara menatap sang Kakek dengan senyuman.

"Dah... Ayo balik, kau harus istirahat." Anara mengangguk, ia melangkah seiring dengan tok Aba menuju rumah.

"Bagaimana kabar ayahmu?" tanya tok Aba memecah keheningan

"Tidak tau tok, terakhir Ana berkomunikasi dengan ayah dua bulan lalu."

"Ana masih marah pada ayahmu?"

Anara menggeleng, wajahnya berubah sendu. "Ana tidak pernah marah pada ayah, Ana hanya kecewa. Ana merasa ayah tidak memikirkan perasaan Ana. Kenapa ayah tega melakukan semua ini pada Ana? Padahal Ana selalu menuruti apa kata ayah," airmata yang mengalir dengan cepat Anara seka.

Tok Aba tersenyum, beliau membuka pintu rumah, mengajak Anara duduk di sofa. Tok Aba mengeluarkan album lama dari lemari.

"Ayahmu tidak begitu," tok Aba membuka lembar demi lembar potret Anara, adiknya dan sang ayah yang tersenyum bahagia. "Ayahmu melihat tekat Ana yang begitu besar untuk melindungi orang lain. Ana berlatih setiap hari tanpa henti," tok Aba berhenti di sebuah foto dimana Anara sedang berlatih beladiri. "Alasan Ana melakukan ini adalah untuk melindungi dia," tok Aba memperlihatkan foto Anara yang sedang memeluk anak laki-laki seumuran. "Anara tidak ingin siapapun melukai Boboiboy."

[Boboiboy] Kapten - do you know me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang