Bukan memeluk, Jinan malah menyodorkan sesendok es krim kemulut Cindy. "A dulu, Hap. Keburu cair nih"
"Jinan?" lirih Cindy.
"Aaaa---" mau tak mau Cindy pun menerima suapan itu.
"Pinter" puji Jinan.
Berikutnya, tidak banyak obrolan diantara CiNan selama menghabiskan sisa es krim tersebut. Keduanya, sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai dimana, Jinan keluar sebentar dan masuk kembali ke kamar Cindy.
"Ayo" Jinan mengulurkan tangan, membangunkan Cindy yang duduk dibawah untuk pindah ke atas kasur saja.
"Ngevve yuk"
"Hah?"
"Hehehe, bercanda" Jinan tercengir kikuk, "Sini! Katanya kamu mau peluk" tanpa menunggu jawaban, ia menarik Cindy kedalam pelukannya. "Kangen sama aku ngga?"
"Kangen" akui Cindy, dan membalas pelukan Jinan.
"Iya"
"Kangen banget"
"Iya iya"
"Kangen banget banget"
"Iya iya iya"
"Kangen banget banget banget sama Jinan"
"Iya iya iya iya iya iya"
"Jinan!"
"Apa?"
"Ngeselin. Gue gigit, ya?"
"Gigit aja" tantang Jinan.
Hanya selang beberapa detik, Jinan langsung menyesali ucapannya barusan. Sebab, Cindy benar menggigitnya.
"Aw aw aw, ampun. Ampun, Hap. Ampun. Ampun" Jinan berusaha membebaskan pundaknya dari gigitan Cindy.
Begitu berhasil, Jinan menurunkan ujung kerah kaosnya dan mahakarya gigi Cindy pun tercetak jelas disana.
"Nyeplak, anjir" Jinan ngeri sendiri melihatnya.
"Kan lu yang minta" tanggap Cindy, santai.
"Kanibal" kepala Cindy ditoyor Jinan.
"Mmmm... Kok ngegeplak sih?"
"Kenapa gak boleh, huh?"
"..." Cindy cemberut.
"Iya iya iya... Maaf, ya?" Jinan mengalah, "Ututututuuh" ia mengusap-usap kepala Cindy yang kena keplakannya.
"Hii-ih. Udah tau gue lagi badmood, gausah lu bales bisa gasih? Bikin tambah kesel aja, ihh. Bete!" gerutu Cindy.
"Badmood kenapa?" tanya Jinan, dan dijawab dengan cubitan oleh Cindy. "Yawloh, Hap. Memar-memar dah aku pulang dari sini" ia memegangi tangan Cindy agar berhenti mencubit. "Cerita, ada apaan?" ulangnya lagi.
Dalam hitungan 1--- 2--- 3---, Cindy pun mulai terisak.
"Kenapa? Gegara Eril? Ipi? Mereka last show? Ato apa?"
"..." Cindy is still crying.
"Yaudah. Nangis aja, gapapa. Sampe kamu lega, Hap"
"..." Cindy is crying even more.
"Aku peluk ya, Hap!" Jinan mendekap lagi tubuh Cindy.
Meskipun Jinan belum tau perihal apa yang membuat Cindy bersedih, tetapi mendengar tangisan pilu Cindy tanpa sadar air matanya ikut meluncur deras. Kini, dua dua gadis itu kompak menangis secara bersama-sama.
Menit-menit terlewati, Cindy merasa lebih tenang. Lalu, ia melepas pelukan Jinan. Namun, tangan Jinan masih betah melingkar di pinggangnya enggan tuk beranjak.
"Kok ikutan nangis sih, Ji?" Cindy menyeka pipi Jinan yang basah. "Biar kamu ada temennya" gantian Jinan yang membasuh pipi Cindy dari sisa-sisa banjir tadi.
"Halah. Bilang aja emang cengeng"
"Iyakan kamu juga cengeng, Hap"
"Yaudah. Sama"
"Iya, kita sama"
"Haha" | "Haha"
CiNan tertawa setelah menyadari kekonyolan mereka.
Hingga, mode iseng Jinan aktif. Ia menangkup wajah Cindy, dan menjatuhkan kecupan tepat di dimple yang nampak menggemaskan baginya. Alhasil, pipi Cindy pun memerah akibat ulah Jinan yang tanpa aba-aba.
"Hahaha" tawa Jinan kembali menggelegar saat melihat ekspresi salah tingkah Cindy. "Lucu banget kamu, Hap"
"Gak lucu" diraupnya muka Jinan yang menyebalkan.
tbc
. . . . .
🧏 Salah satu foto CiNan terfavorit versi aku 👇
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anyways... Thanks for your support, see you next update 💨