#41 Please, Stay With Me!

1.3K 176 45
                                    

11 Februari 2022

ONE DAY WITH CINAN AGAIN [PART 4/4]

Notes :
Mohon kesediaan anda untuk bijaksana dalam memilih bacaan. Vulgar. Kalo gasuka, harap di skip yah 🔞

.
.
.

💜 Happy Reading 💜

.
.
.

[ Part sebelumnya... ]

"Haha" | "Haha"

CiNan tertawa setelah menyadari kekonyolan mereka.

Hingga, mode iseng Jinan aktif. Ia menangkup wajah Cindy, dan menjatuhkan kecupan tepat didimple yang nampak menggemaskan baginya. Alhasil, pipi Cindy pun memerah akibat ulah Jinan yang tanpa aba-aba.

"Hahaha" tawa Jinan kembali menggelegar saat melihat ekspresi salah tingkah Cindy. "Lucu banget kamu, Hap"

"Gak lucu" diraupnya muka Jinan yang menyebalkan.

* * * * * * *

"Haha... Yaudah, mending cerita. Kenapa aurora sedih?"

"Oke" setuju Cindy, "Btw... Gue lagi mens ya, Ji" infonya.

"Ya, terus?"

"Cuma ngasih tau, kalo lu gabisa macem-macemin gue"

"Bisa. Mau?"

Cindy berdecih, dan tak lama terdengar lagi suara Jinan mengaduh. "Aduuuduuuh" kali ini, rambut dia dijambak.

"Iya, ngga aku apa-apain. Dah cepet, jadi cerita gasih?"

"Jadi, gini... Tadi, sebelum kamu sampe sini aku dapet telpon dari jot. Mereka bilang, pengajuan aku ditolak"

Hei, dengarkan? Cindy menggunakan sebutan aku-kamu lagi ke Jinan. Itu berarti moodnya sudah lebih membaik.

Dan terlepas dari bahasa yang digunakan Cindy, Jinan justru senang atas apa yang baru saja didengarnya.

"Mampus! Ahaha... Mampus" syukur Jinan, agak frontal.

"Heh!" Cindy terkejut dengan respon Jinan, "Kok gitu?"

"Yeh, lagian kamu gila sih" Jinan mencerca, "Si ipi sama Eril aja baru mau last show tuh, besok. Nah, si kak Gaby sama kak Anin bahkan belum keluar jadwal mereka. Eh, kamu sok-sokan ngajuin ulang. Ditolakkan? Mampus!"

"Yakan, siapa tau aku di acc kayak mereka" kilah Cindy.

"Argh... Gini deh, Hap. Kalo beneran kamu di acc sama jot terus gimana? Kamu mau ninggalin aku? Inget gak, perjanjian kita apa? CiNan itu sepaket. Masuk bareng, keluar bareng. Kenapa sekarang kamu ngebet pengen duluan? Mau kemana emang buru-buru?" cecar Jinan.

"Ji, tapikan kamu tau alesan aku ma---" belum selesai, Jinan memotong omongan Cindy. "Apa? Mau apa?" ia menatap tajam ke mata Cindy bak mengintimidasinya.

Beginilah kira-kira, batas kesabaran Jinan.

Sekaligus, hal yang sangat Cindy hindari.

"Yaudah, yaudah" Cindy mengaitkan tangannya di leher Jinan, "Gausah dibahas lagi. Lain kali aja" alihnya.

"..." Jinan diam, ia selalu merasa sesak jika Cindy mulai membicarakan masa depan. Bukannya tak mendukung keputusan Cindy, hanya saja ia belum siap ditinggalkan.

Sabtu Bersama Keluarga BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang